Sabtu sore kembali Roy memenuhi ajakan salah seorang dari teman Cindy yang bernama Melly, wanita yang telah memiliki dua orang anak ini juga tak kalah cantik dan memiliki tubuh yang menawan. Jika beberapa waktu lalu Roy diajak kencan oleh Laura ke sebuah hotel di tepian danau yang sangat indah, kali ini Melly mengajak Roy ke sebuah pulau yang terletak di lautan berjarak kurang lebih 20 kilometer dari bibir pantai.Pulau itu juga sangat indah dan di sana terdapat beberapa buah vila mewah, untuk menginap di vila itu tentu saja orang-orang berduit lah yang mampu menyewanya. Pada saat itu harga sewa sebuah vila di sana berkisar Rp. 2.500.000,- hingga Rp. 10.000.000,- per 24 jam nya, bagi Melly yang memang tajir harga sewa vila segitu merupakan hal sepele, jangan kan 24 jam untuk mengontrak bahkan membeli vila itu ia pun sanggup.Diajak ke pulau yang tak pernah ia datangi tentu saja hal yang baru dan menyenangkan bagi Roy, itu terlihat saat ia turun dari speed boat yang membawa mereka ke s
Untuk makan malam Melly mengajak Roy ke salah satu restoran yang ada di sana, menu-menu yang tersedia di sana umumnya yang segar-segar dan bersifat selalu hangat, karena saat malam datang hawa di pulau itu terasa cukup dingin, akibat angin laut dari segala penjuru bebas lepas bertiup ke arah pulau.Sementara untuk minuman dan menu-menu ringan lainnya kapan saja mereka mau, dapat dipesan di cafe-cafe yang selalu buka 24 jam penuh. Oleh karena itu pula pulau itu selalu tampak ramai baik siang maupun malam, terlebih di cafe-cafe dan restoran yang memang tak pernah tutup seharian.Seperti janjinya setelah makan malam Melly langsung mengajak Roy ke lantai atas vila yang mereka sewa, tepat di beranda depan lantai atas vila itu Roy kembali takjub melihat panorama bias-bias lampu yang memancar hingga ke pinggiran pulau yang bertaut dengan laut, ditambah rasa sejuk saat duduk di lantai atas vila itu.“Wah, apa yang Tante katakan memang benar! Dari lantai atas vila ini kita dapat menikmati pano
Jika dipikir-pikir hal yang Roy lakukan dengan para Tante-tante yang tergabung dalam Genk Tante Sosialita itu benar-benar gila dan tak masuk akal, namun toh itu nyatanya banyak terjadi hingga masa sekarang ini, bahkan lebih gila lagi di masa yang sekarang ini hubungan terlarang itu terjadi antara saudara tiri, Ayah Ibu dan anak tiri, kakak adik ipar, Paman dan keponakannya, bahkan naifnya Ayah Ibu dengan anak kandungnya sendiri.Lalu jika ingin mencari siapa yang salah dari semua kejadian itu, siapa yang musti disalahkan? Semua terjadi tentu karena ada penyebab dan didasari suka sama suka. Jika hanya karena suatu kekilafan, kenapa juga musti terjadi berulang-ulang kali? Dan itu terjadi hingga membuat pihak wanita sampai hamil.Ini bukan sekedar cerita bohong dan memang faktanya terjadi hingga jaman modern seperti sekarang ini, tak bisa ditampik lagi jika godaan yang berkaitan dengan semua itu sangatlah berbahaya, jika seseorang tak mampu membendungnya sejak awal.Sejak melayani Clara,
“Besok pagi aku akan antar kamu ke tempat kursus Bahasa Inggris milik temanku itu, mengenainya biayanya kamu nggak usah repot-repot membayarnya karena aku akan menanggung semua itu sampai kamu lulus dan bisa berbahasa Inggris dengan baik.”“Loh, nggak bisa gitu dong Tante. Aku yang kursus maka aku lah yang membayar semua biayanya hingga selesai.” Ujar Roy.“Nggak Roy, aku yang akan tanggung semua biayanya sebagai permintaan maafku yang telah menyeretmu ke dunia hitam kami. Aku harap kamu nggak keberatan dan mau menerimanya, please Roy.” Harap Cindy.“Baiklah Tante, meskipun aku nggak merasa Tante telah menjerumuskan aku keinginan Tante itu akan aku ikuti.” Ujar Roy.“Makasih Roy, aku yakin nanti kamu akan menjadi sosok yang amat berguna dan berarti bagi keluargamu.” Ucap Cindy gembira.Tak sampai 5 bulan Roy yang mengikuti kursus di salah satu tempat kursus Bahasa Inggris di kota itu milik teman Cindy, Roy pun lulus dan telah pasif berbahasa Inggris.Cindy pun tak menunda waktu lagi l
“Terima kasih Pak, bagi saya dengan diterimannya saya bekerja di hotel merupakan hal yang menyenangkan. Saya akan berusaha semaksimal mungkin melayani para turis pengunjung hotel ini.” ucap dan janji Roy.“Hemmm, baiklah sekarang kamu silahkan beristirahat dulu di salah satu kamar khusus karyawan hotel ini. Kamar itu berada di belakang bangunan hotel ini, sebentar aku akan panggil seseorang untuk mengantarmu ke sana.” tutur Harry sembari menekan salah satu nomor di saluran telpon paralel yang ada di mejanya.Tak lama seorang wanita berpakaian karyawan hotel masuk ke ruangan itu, dan langsung mengajak Roy untuk menuju kamar yang telah disediakan di belakang bangunan hotel megah itu.Sore itu setelah Roy beristirahat, ia dipanggil ke sebuah ruangan di mana di sana telah menunggu seorang pria yang ternyata bertugas sebagai pembina dan mentraining karyawan baru.Berbagai hal ia ajarkan dan jelaskan pada Roy sesuai tugas atau pekerjaan yang dipercayakan Harry Pratama padanya, dan Roy dapat
“Rp. 500.000,- sampai Rp. 1.000.000,- tergantung orang yang aku layani Mas.” Jawab Jenny yang juga tak canggung.“Berapa pula komisi yang musti kamu keluarkan buat Bar ini?” Roy sepertinya ingin tahu lebih detil.“ 15% persen dari tarif, itu dihitung dari tarif Rp. 500.000,- yang telah ditentukan.” Jawab Jenny lalu menyulut sebatang rokok di bibirnya.“Oh, jadi kalau sampai dibayar lebih pihak Bar ini hanya akan meminta 15% dari Rp. 500.000,- itu aja?”“Iya Mas, berapapun lebihnya dari tarif pihak Bar tak pernah ingin tahu.” jawab Jenny jujur.“Baguslah kalau gitu, berarti jika pelangganmu membayar lebih kamu akan mendapatkan uang yang cukup lumayan setiap kali kencan. Lalu gimana kalau suatu ketika kamu nggak ada yang boking, apakah kamu tetap dikenakan 15% dari tarifmu itu?” ujar Roy kemudian bertanya kembali.“Nggak Mas, kami hanya dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 25.000,- sesuai perjanjian kami dengan pihak Bar untuk stay di sini setiap malamnya.”Setelah membayar semua mi
Tak terasa hampir 3 bulan Roy berada di Bali bekerja di hotel milik Harry, tentu selain telah mengenal seluruh karyawan hotel tempat ia bekerja Roy pun banyak pula dikenal oleh para turis-turis yang menginap di hotel itu.Sore itu setelah mengajar para turis berselancar, Roy ditemui salah seorang bule yang juga tadi ikut dalam rombongan berselancar di pantai yang terletak tepat di depan hotel mewah tempat Roy bekerja.“Hay.. Handsome!” sapanya pada Roy yang saat itu duduk santai di bagian depan bangunan hotel bertautan dengan lobi.“Hi too ma’am!” balas Roy.“Boleh aku duduk di sini bersamamu?” tanya bule wanita yang diperkirakan berumur 35 tahunan itu.“Oh tentu saja, silahkan Nyonya.” Roy mempersilahkan sembari ia berdiri dari duduknya.“Thanks.” Ucap bule itu, lalu seiring dengan Roy yang duduk kembali di kursi bule itupun duduk bersebelahan dengannya.“Ada yang perlu saya bantu Nyonya?” tanya Roy penuh dengan sikap ramahnya.“Nggak ada, aku hanya ingin ikut duduk santai di sini se
Hotel mewah milik Harry bukan hanya menyediakan kamar dan fasilitas lainnya yang berada di dalam ruangan hotel saja, melainkan juga menyewakan berbagai macam fasilitas yang dapat digunakan di luar bangunan hotel seperti mobil untuk keperluan pengunjung hotel itu berkeliling Pulau Bali atau mengunjungi tempat-tempat yang mereka inginkan di pulau itu.Sama halnya yang dilakukan Cristy saat ini menyewa sebuah mobil milik hotel itu, untuk ia gunakan berkeliling Pulau Bali serta singgah di tempat-tempat yang ia inginkan nanti.Mobil-mobil yang disewakan pihak hotel beraneka ragam jenisnya, karena Cristy menyewa mobil yang tergolong mewah maka harga sewanya pun cukup mahal. Jika biasanya mobil yang disewa lengkap dengan supir, namun kali ini Cristy sengaja tak membutuhkan supir itu karena ia hanya ingin menggunakan mobil itu berdua dengan Roy saja.“Ini kunci mobilnya, kamu aja yang bawa ya?” ujar Cristy menyerahkan kunci kontak mobil yang disewanya itu pada Roy, Roy yang memang sudah cukup
“Hemmm, kan emang perjanjiannya sejak awal begitu.” ulas Alice.“Perjanjian apa? Aku merasa nggak pernah buat perjanjian soal honor berkaitan dengan menemani kamu jalan,” ujar Roy heran.“Aku dan Pak Ardi yang berjanji, jika nanti kamu mau menemaniku jalan ke kawasan wisata pulau ini aku akan memberi honor.” Jelas Alice.“Wah, serius aku nggak tahu jika kamu dan Bang Ardi berjanji begitu. Aku bersedia menemani kamu jalan karena Bang Ardi yang meminta, aku akan bilang sama Bang Ardi nanti agar uang yang kamu berikan itu diserahkan lagi sama kamu.” Ujar Roy yang memang tak pernah berharap honor sepesepun atas kesediaannya menemani Alice.“Nggak Roy, aku harap kamu mau menerimanya karena aku udah terlanjur berjanji sama Pak Ardi dan mohon jangan kamu menolak atau meminta Pak Ardi untuk mengembalikannya sama aku. Anggap aja itu sebagai ucapan terima kasihku atas kesediaanmu menemani selama aku di sini,” pinta Alice.Roy tak dapat berkata apa-apa lagi atau kembali menolak, dia tak ingin me
Sepeninggalnya Alice kembali ke hotel tempat ia menginap, Puspa pun menghubungi Roy melalui ponselnya.“Hallo Bu Puspa,” sapa Roy setelah mengangkat panggilan di ponselnya.“Hallo juga Mas, masih di lapangankan?” tanya Puspa.“Iya, kan waktu istirahat siang belum masuk. Emang ada apa Bu?” jawab Roy balik bertanya.“Barusan ada bule datang menemuiku, namanya Alice. Mas Roy kenalkan?” tanya Puspa.“Ya, dia menginap di hotel tempat Bang Ardi kerja.” jawab Roy, dalam hatinya mulai merasa tak enak dan terkejut mendengar jika Alice mendatangi kantor menemui Puspa.“Dia minta Mas menemuinya karena ada hal penting yang akan disampaikannya, Mas bersediakan?” jelas Puspa sembari meminta kesediaan Roy.“Iya Bu, nanti jam istirahat siang aku akan menemui.” Karena yang meminta itu Puspa dan berkaitan dengan urusan kantor maka dengan berat hati Roy bersedia.“Oke deh kalau begitu, silahkan Mas Roy lanjutkan kerjaannya.” Ulas Puspa.“Iya Bu, terima kasih.” Ucap Roy, lalu percakapan mereka melalui sa
Di sebuah meja makan malam itu di Qatar, Pak Husein dan Bu Astrid bercakap-cakap sembari menikmati makan malam mereka.“Bagaimana cara kita menyampaikan perihal Viola yang menolak dijodohkan dengan Rehan pada kedua orang tuanya, Pi?” tanya Bu Astrid.“Itulah yang membuatku pusing karena mereka terlalu berharap perjodohan itu akan terlaksana,” jawab Pak Husein dengan raut wajah yang risau.“Tapi kita nggak boleh diam aja, apapun itu harus kita beri tahu mereka agar nanti masalahnya nggak semakin rumit,” Bu Astrid menyarankan.“Ya, aku cari waktu yang tepat untuk menyampaikannya pada mereka.” ulas Pak Husein tak bersemangat.“Papa dan Mama sepertinya memang nggak ingin Viola berpisah dengan mereka makanya mereka ngotot membela penolakan Viola yang akan kita jodohkan dengan Rehan,” ujar Bu Astrid.“Aku sampai nggak kepikiran jika Papa dan Mama akan menyangkut pautkan dengan masa lalu kita hingga kita nggak berkutik dibuatnya, tapi aku tetap nggak akan setuju jika Viola memilih Roy untuk
“Ada yang perlu aku bantu Non Alice?” tanya Ardi saat bule cantik berambut pirang itu menghampirinya di ruangan manajer hotel itu.“Sepertinya Roy marah sama aku, beberapa kali aku telpon nggak diangkatnya,” jawab Alice.“Loh, emangnya ada masalah apa sampai Roy nggak mau mengangkat telpon dari Non?” tanya Ardi lagi.“Mungkin karena kejadian malam itu,” ulas Alice merasa ragu untuk menjelaskan lebih rinci.“Kejadian? Kejadian apa?” Ardi penasaran.“Malam itu aku ngajak Roy jalan dan pulang ke hotel ini lewat dari jam 11 malam, sebelum kembali ke sini kami singgah dulu di night club dan karena cukup banyak minum membuat kami setengah mabuk. Saat itulah setiba di kamar kami hampir saja berhubungan badan, Roy kemudian pergi dengan raut wajah kesal karena aku memang aku yang memancingnya untuk melakukan hubungan badan itu.” jelas Alice.“Wah, kok sampai kamu kepikiran untuk melakukan hubungan badan dengannya?” Ardi terkejut.“Aku juga nggak tahu kenapa setiap kali aku jalan dengan Roy, ak
“Husein...!” Opa yang sejak tadi hanya diam mendengar tiba-tiba membentak.Pak Husein seketika itu juga terkejut, ia tak menyangka jika Opa akan membentaknya setelah berbicara lantang pada Viola, ia hanya berani menatap Opa sejenak lalu alihkan pandangan pada Bu Astrid.“Apa kamu lupa dulu sewaktu kedua orang tuamu menjodohkan kamu dengan wanita di Qatar sana? Kamu juga menolak dan bersikeras untuk memilih Astrid jadi istrimu. Waktu itu Astrid baru saja menyelesaikan kuliahnya dan hanya bekerja membantuku mengelola sebuah hotel,” sambung Opa, Pak Husein dan Bu Astrid hanya diam.“Kedua orang tuamu nggak merestui hubungan kalian dan tetap bersikeras pula agar kamu menikah dengan wanita pilihan mereka yang memiliki beberapa perusahaan itu, mereka sempat pula meremehkan Astrid dan juga kami dan hal itu membuat aku sangat tersinggung hingga tak menyetujui pula Astrid menjalin hubungan denganmu. Namun kamu tetap bersikukuh untuk menyakinkan kedua orang tuamu itu termasuk kami dan akhirnya
“Iya Pi, besok kita udah harus kembali ke Qatar. Tapi apa nggak sebaiknya kita tunggu Viola pulang dari kantor agar pembicaraan kita nantinya lebih jelas arahnya dan kita juga bisa langsung mengetahui tanggapan dari Viola?” ujar Bu Astrid.“Ya kita tunggu Viola pulang dari kantor dulu baru kita bicara sama Papa dan Mama, menurut Mami apakah Viola nggak akan menolak jika kita jodohkan dengan Rehan?” ulas Pak Husein yang ternyata tak sepenuhnya yakin jika putrinya itu bersedia dijodohkan dengan Rehan.“Kita dengar saja nanti bagaimana tanggapan Viola ketika kita menyampaikan keinginan kita itu di hadapan Papa dan Mama,” ujar Bu Astrid.“Ini adalah kesempatan baik karena Hamid bilang Rehan sendiri yang berkeinginan untuk dijodohkan dengan Viola, dulunya dia nggak merespon saat Hamid mengusulkan perjodohan itu,” tutur Pak Husein.“Oh, jadi dulunya Papi dan Bang Hamid udah pernah bicara soal keinginan menjodohkan Viola dengan Rehan? Kok aku nggak dikasih tahu?” ujar Bu Astrid terkejut.“Iy
“Sebaiknya mulai saat ini aku nggak lagi menerima ajakan Alice, jangankan menemaninya jalan bertemu pun kalau bisa jangan sampai terjadi lagi.” gumam Roy yang membuat keputusan tidak akan jalan bahkan bertemu dengan bule cantik berambut pirang itu.Sementara siang itu setelah Viola dan kedua orang tuanya mengantar Rehan sekeluarga ke bandara untuk kembali ke Qatar lebih dulu, Viola yang tiba di rumah pamit pada Papi dan Maminya untuk ke kantor karena sudah dua hari ini ia tidak masuk demi menghormati Rehan dan kedua orang tuanya.“Loh, kan sekarang udah siang dan sebentar lagi waktunya istirahat kerja. Apa nggak sebaiknya besok pagi aja kamu ke kantornya?” ujar Bu Astrid.“Udah dua hari aku nggak masuk Mi, aku rasa di kantor udah banyak kerjaan yang menumpuk yang musti aku tangani.” Tutur Viola.“Oh ya udah kalau gitu, berangkatlah tapi hati-hati di jalan nggak usah terburu-buru!” ujar Bu Astrid, Viola menggangguk dan setelah mencium tangan kedua orang tuanya itu, Viola pun menuju ke
Makanya sampai saat ini sosok Viola sangat berarti dalam hidupnya, CEO muda berparas sangat cantik itu juga mampu menghadirkan rasa cinta di hatinya yang selama ini seakan mati rasa dan tak pernah percaya akan cinta dari seorang wanita.Dalam lamunannya itu juga hadir sosok Rehan yang saat ini tentu masih bersama kekasihnya itu, hal itu membuat ia tiba-tiba saja terlihat cemberut karena siapapun prianya pasti tidak akan rela jika ada pria lain yang saat ini sedang mendekati kekasihnya terlebih pria itu menjadi pilihan kedua orang tua kekasihnya untuk mereka jodohkan.“Roy, kamu kenapa diam aja?” tanya Alice membuat Roy tersentak dari lamunannya.“Oh, nggak kenapa-kenapa kok,” jawab Roy.“Kalau kamu udah mulai bosan di sini, yuk kita jalan lagi!” ajak Alice.“Oke, yuk.” Ulas Roy yang tak ingin kembali mengingat masalah Rehan yang sekarang bersama Viola di rumah Opa.Beberapa menit berkeliling di seputar kawasan tempat wisata malam hari di Pulau Bali itu, Alice kembali mengajak Roy ke n
“Hemmm, mungkin itu karena kamu emang baru pertama kali ke sini makanya begitu.” ulas Roy.“Emang setiap orang yang baru pertama kali berkunjung ke sini akan merasakan hal yang sama ya, seperti hal aku merasa betah dan ingin di sini lebih lama lagi?” tanya Alice.“Ya nggak tahu sih, aku hanya nebak aja. Tapi emang kebanyakan dari para pengunjung yang baru datang ke sini akan merasa betah dan ingin kembali ke sini lagi,” jawab Roy.Setelah makan malam Roy dan Alice memang ke luar dari dalam restoran itu, akan tetapi Alice masih ingin menikmati panorama laut dari atas perbukitan itu, makanya mereka memutuskan untuk tetap berada di sana yang kali ini mereka duduk lebih dekat ke tebing bukit di mana di sana juga tersedia tempat duduk untuk bersantai.Alice benar-benar takjub akan pemandangan pantai di kala malam dilihat dari atas perbukitan itu, meskipun malam bukan berarti tak dapat memandang lepas ke tengah lautan, di sana banyak sekali terlihat pancaran lampu dari kapal kecil dan perah