“Rp. 500.000,- sampai Rp. 1.000.000,- tergantung orang yang aku layani Mas.” Jawab Jenny yang juga tak canggung.“Berapa pula komisi yang musti kamu keluarkan buat Bar ini?” Roy sepertinya ingin tahu lebih detil.“ 15% persen dari tarif, itu dihitung dari tarif Rp. 500.000,- yang telah ditentukan.” Jawab Jenny lalu menyulut sebatang rokok di bibirnya.“Oh, jadi kalau sampai dibayar lebih pihak Bar ini hanya akan meminta 15% dari Rp. 500.000,- itu aja?”“Iya Mas, berapapun lebihnya dari tarif pihak Bar tak pernah ingin tahu.” jawab Jenny jujur.“Baguslah kalau gitu, berarti jika pelangganmu membayar lebih kamu akan mendapatkan uang yang cukup lumayan setiap kali kencan. Lalu gimana kalau suatu ketika kamu nggak ada yang boking, apakah kamu tetap dikenakan 15% dari tarifmu itu?” ujar Roy kemudian bertanya kembali.“Nggak Mas, kami hanya dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 25.000,- sesuai perjanjian kami dengan pihak Bar untuk stay di sini setiap malamnya.”Setelah membayar semua mi
Tak terasa hampir 3 bulan Roy berada di Bali bekerja di hotel milik Harry, tentu selain telah mengenal seluruh karyawan hotel tempat ia bekerja Roy pun banyak pula dikenal oleh para turis-turis yang menginap di hotel itu.Sore itu setelah mengajar para turis berselancar, Roy ditemui salah seorang bule yang juga tadi ikut dalam rombongan berselancar di pantai yang terletak tepat di depan hotel mewah tempat Roy bekerja.“Hay.. Handsome!” sapanya pada Roy yang saat itu duduk santai di bagian depan bangunan hotel bertautan dengan lobi.“Hi too ma’am!” balas Roy.“Boleh aku duduk di sini bersamamu?” tanya bule wanita yang diperkirakan berumur 35 tahunan itu.“Oh tentu saja, silahkan Nyonya.” Roy mempersilahkan sembari ia berdiri dari duduknya.“Thanks.” Ucap bule itu, lalu seiring dengan Roy yang duduk kembali di kursi bule itupun duduk bersebelahan dengannya.“Ada yang perlu saya bantu Nyonya?” tanya Roy penuh dengan sikap ramahnya.“Nggak ada, aku hanya ingin ikut duduk santai di sini se
Hotel mewah milik Harry bukan hanya menyediakan kamar dan fasilitas lainnya yang berada di dalam ruangan hotel saja, melainkan juga menyewakan berbagai macam fasilitas yang dapat digunakan di luar bangunan hotel seperti mobil untuk keperluan pengunjung hotel itu berkeliling Pulau Bali atau mengunjungi tempat-tempat yang mereka inginkan di pulau itu.Sama halnya yang dilakukan Cristy saat ini menyewa sebuah mobil milik hotel itu, untuk ia gunakan berkeliling Pulau Bali serta singgah di tempat-tempat yang ia inginkan nanti.Mobil-mobil yang disewakan pihak hotel beraneka ragam jenisnya, karena Cristy menyewa mobil yang tergolong mewah maka harga sewanya pun cukup mahal. Jika biasanya mobil yang disewa lengkap dengan supir, namun kali ini Cristy sengaja tak membutuhkan supir itu karena ia hanya ingin menggunakan mobil itu berdua dengan Roy saja.“Ini kunci mobilnya, kamu aja yang bawa ya?” ujar Cristy menyerahkan kunci kontak mobil yang disewanya itu pada Roy, Roy yang memang sudah cukup
“Ya, sejak aku berkunjung ke sini pertama kalinya beberapa tahun yang lalu membuat aku ketagihan ingin kembali dan kembali berkunjung. Pulau Bali ini tempat wisata yang luar biasa indahnya, aku yakin seluruh turis yang berkunjung ke sini akan memberi penilaian dan kesan yang sama sepeti aku.” Tutur Cristy, Roy terlihat mengangguk-angguk dan juga mengakui jika Bali memang indah dan tempat wisata nomor wahid di Indonesia.Sekitar jam 11 malam lebih Cristy dan Roy memasuki sebuah tempat diskotik, di sana selain minum mereka pun melantai. Entah karena ketampanan wajah Roy dan rasa nyaman Cristy dalam hal ngobrol dengannya, membuat Cristy menaruh simpati pada pria dari Desa Nelayan itu.Saat melantai tak jarang Cristy menatap erat wajah Roy, tatapan itu jelas sekali menyiratkan sesuatu kekaguman atau rasa suka melebihi teman yang diajak untuk sekedar menemaninya berkeliling kawasan Pulau Bali itu.Sementara Roy sama sekali tak menyadari hal itu, baginya Cristy adalah pengunjung hotel tempa
Bule cantik itu berfikir jika permainan Roy tidak akan bertahan lama dan ia pasti dapat menaklukan pria asia yang tadinya dipandang sebelah mata dalam urusan bercinta di ranjang, akan tetapi perkiraannya itu sama sekali meleset karena justru tubuhnya mulai mengejang lalu lemas diiringi senyum kepuasan mengapai puncak percintaan sementara Roy belum mencapai separuh perjalanan menuju ke sana.Dalam keadaan masih takjub dan tak percaya dengan yang baru saja ia raih dari Roy, tiba-tiba tubuhnya kembali disentuh dan pria tampan itu melakukan gerakan seperti semula.Rasa takjub dan tak percaya Cristy pun seketika itu buyar, ia sekarang fokus merespon setiap sentuhan dan gerakan penuh sensasi dari Roy. Setelah Cristy mencapai puncak yang kedua, beberapa menit kemudian barulah Roy meraih hal yang sama.Tubuh mereka bermandikan keringat meskipun hawa di kamar itu dingin ber AC, Cristy yang tadi terbaring bersebelahan dengan Roy seketika merapat memeluk. Dari senyum dan sorot matanya tersirat j
“Namaku Sasha, aku salah seorang tamu hotel ini. Maksud dan tujuanku menemui Pak Harry sebagai pemilik hotel ini, ingin melaporkan salah seorang karyawan Bapak yang hampir saja membuat aku celaka.” Ujar wanita itu sembari memperkenalkan dirinya.“Salah seorang karyawan saya hampir saja membuat Mbak Sasha celaka? Siapa dia, Mbak tahu namanya?” tanya Harry terkejut.“Namanya Roy pelatih selancar itu, Pak.” Jawab Sasha, saking terkejutnya Harry pun terperanjat dari duduknya.“Roy..?! Memangnya apa yang telah ia lakukan hingga Mbak Sasha hampir celaka?” Harry penasaran.“Aku juga ingin diajarkan berselancar dan tadi Roy menerimaku bergabung dengan para turis yang ia ajarkan berselancar sore ini, akan tetapi karena keteledorannya aku pun terjatuh dan hampir tenggelam.” Jelas Sasha.“Lalu siapa yang menolong, Mbak?” tanya Harry.“Para bule yang ada di sana, benar-benar karyawan Pak Harry itu nggak ada tanggung jawabnya. Berkaitan dengan itu pula aku ingin menuntut ganti rugi atas kejadian y
Roy terbangun saat tubuhnya mulai terasa dingin karena malam telah larut, ia pun terkejut melihat 4 orang pria yang duduk di bangku panjang yang ada di teras pos kamling itu.“Maaf Mas-mas, karena kelelahan aku ketiduran di sini,” ucap Roy pada mereka, Roy pun tahu jika keempat pria itu merupakan petugas yang mendapatkan giliran ronda malam itu.“Iya nggak apa-apa Mas, silahkan dilanjut tidurnya kalau masih mengantuk.” Jawab salah seorang dari mereka begitu ramahnya.Roy yang telah bangkit dan duduk segera menghampiri dan bergabung duduk dengan keempat pria di teras pos kamling itu, karena bangku yang memanjang itu masih muat untuk diduduki mereka pun bergeser supaya Roy dapat duduk bahkan salah seorang dari mereka menyodorkan segelas kopi hangat yang ia tuang dari termos yang mereka bawa dari rumah tadi.“Silahkan Mas diminum kopinya!” tawarnya pada Roy.“Makasih Mas,” ucap Roy sembari menerima uluran gelas berisi kopi hangat itu.“Kalau boleh tahu Mas ini dari mana dan hendak ke man
“Uang di rekening pun berkurang untuk biaya makan minum dan rokok selama dua hari di sini,” Roy kembali bergumam sembari hembuskan asap rokok yang baru saja ia isap dan pandangannya ia layangkan ke atap pos kamling itu.Tlak beberapa lama di seberang jalan raya tepat di depan pos kamling terlihat sebuah mobil sedan mewah berhenti, dari dalam mobil tepat di pintu pengemudinya ke luar seorang wanita muda cantik jelita.Awalnya setelah turun ia arahkan pandangannya ke salah satu ban mobil mewah miliknya itu, kemudian ia layangkan pandangan ke kiri dan ke kanan seperti mencari sesuatu.Saat itu jalan raya di depan pos kamling tak seramai biasanya, hingga saat Roy arahkan pandangannya ke depan ia jelas sekali melihat mobil sedan mewah itu dan seorang wanita cantik berdiri di sampingnya dengan wajah panik.Roy segera bangkit dari duduknya lalu ke luar dari dalam pos kamling, langkahnya ia arah ke seberang jalan di mana mobil sedan mewah dan wanita cantik itu berada.“Maaf, mobil Mbak kenapa
“Ya, aku juga nggak nyangka kalau Papi akan mendesakku untuk berumah tangga dengan segera. Aku bingung dan nggak tahu harus bagaimana untuk mencari solusinya, saat ini hanya cara itulah yang aku temukan agar Papi nggak ngotot menjodohkan aku dengan putra sahabatnya itu.” tutur Viola yang juga berbicara dengan tarikan napas berat.“Aku belum bisa memberi keputusannya sekarang, Viola. Beri aku waktu untuk berfikir, siapa tahu saja nanti aku temui jalan ke luarnya tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain,” ujar Roy.“Iya Mas, aku ngerti. Aku akan beri waktu pada Mas Roy, moga aja nanti dapat solusi yang lebih baik.” Ulas Viola.Setelah makan malam bareng itu selesai, Viola mengantar Roy ke kediamannya lalu setelah itu kembali ke rumahnya. Meskipun malam itu Viola tak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya berkaitan dengan usulan Puspa agar Roy mau berpura-pura menjadi pria lain yang berprofesi sebagai CEO sebuah perusahaan atau juga pengusaha kaya raya, namun Viola cukup merasa lega k
“Tidak ada salahnya kalau Bi Viola mau mencoba sembari meyakinkan Mas Roy dengan semua yang sedang Bu Viola alami saat ini, siapa tahu saja Mas Roy bisa ngerti dan mau melakukannya demi mencegah terjadinya perjodohan Ibu dengan putra sahabat Papa Bu Viola itu,” Puspa kembali memberi saran.“Aku akan pikirkan dulu karena aku merasa nggak mudah memberi tahu yang sedang aku hadapi ini pada Mas Roy, begitu pula untuk menyakinkannya agar dia mau berpura-pura menjadi pria lain.” Ulas Viola.“Ya Bu, itu semua demi kelanjutan hubungan kalian berdua.” Ujar Puspa, Viola mengangguk dan tersenyum.Acara makan siang bareng itu disudahi dengan ke luarnya mereka dari dalam restoran lalu Puspa kembali ke kantor sementara Viola pulang ke rumahnya karena memang hari ini dia tak masuk kerja, itu sengaja ia lakukan untuk menenangkan pikirannya atas permasalahan yang sedang ia hadapi.Malam itu cuaca mendung, meskipun hujan lebat tak turun namun gerimis yang turun cukup dapat membasahi tubuh jika tak mema
Puspa menghampiri Viola di salah satu meja di dalam ruangan restoran tempat mereka janji bertemu dan makan siang bareng itu, rupanya atasan Puspa di kantor itu sudah tiba di sana lebih dulu.“Bu Viola udah lama tiba dan menunggu di sini?” sapa Puspa setelah dipersilahkan atasannya itu untuk duduk.“Kurang lebih 10 menit yang lalu, nih aku udah pesan minuman. Oh ya, apa menu makan siang yang Bu Puspa inginkan? Silahkan Bu Puspa pesan!” ulas Viola.“Terserah Bu Viola aja, saya ikut aja dengan yang Bu Viola pesan.” Jawab Puspa diiringi senyum ramah dan hormatnya sebagai bawahan.Setelah memesan menu dan diantar oleh pelayan restoran ke meja itu, mereka pun segera menikmatinya diselingi obrolan.“Kira-kira ada hal penting apa yang ingin Bu Viola sampaikan, hingga siang ini Bu Viola ngajak ketemuan dan makan bareng?” tanya Puspa.“Hemmm, sebenarnya ini nggak ada kaitannya dengan urusan kantor melainkan masalah pribadi yang ingin aku curhatin sama Bu Puspa.” Jawab Viola diiringi senyumnya,
Setelah beberapa menit obrolan Roy dan Puspa diakhiri, Roy pun mencoba untuk menghubungi Viola. Panggilan pertama tidak diangkat oleh Viola, kemudian Roy kembali melakukan panggilan melalui ponselnya.“Hallo, Assalamu alaikum Mas.” Sapa Viola setelah mengangkat panggilan Roy.“Waalaikum salam.” Jawab Roy.“Apa kabar Mas? Maaf ya, aku belum sempat hubungi Mas Roy duluan karena tadi ada perlu.” Ulas Viola yang memang jika ingin ngobrol dengan Roy melalui ponsel, dia yang selalu duluan menghubungi.“Alhamdulilah baik, kamu sendiri gimana? Soalnya tadi aku dengar dari Bu Puspa, kamu pulang lebih awal dari kantor tadi siang. Kamu sakit ya?” jawab Roy sembari balik bertanya.“Iya Mas, tadi aku tiba-tiba aja kurang enak badan makanya aku pamit pulang duluan pada Puspa.”“Kamu udah periksa ke dokter?” tanya Roy lagi.“Udah, tapi lewat telpon aja dan barusan aku dari apotik nebus obatnya.” Jawab Viola yang sebenarnya dia sama sekali tidak sakit dan menelpon dokter serta ke apotik, jika tadi di
Panggilan melalui ponsel itupun langsung diputuskan oleh Pak Husein, Viola terdengar menarik napas yang begitu berat sembari pandangannya masih ia tujukan ke layar ponsel miliknya itu.“Sepertinya kali ini Papa sangat serius ingin menjodohkan aku dengan anak temannya itu. Oh Tuhan, apa yang mesti aku lakukan? Aku tentu aja nggak mau dijodohkan dengannya dan lebih memilih Mas Roy, tapi setelah aku berusaha meyakinkan Papa tentang Mas Roy tetap nggak berhasil. Huuuf...!” Viola berbicara sendiri di ruangan kerjanya itu.“Papa memberi waktu beberapa hari ke depan untuk mencari sosok pria calon suami yang tentu saja sesuai dengan keinginannya, kalau tidak berhasil aku pasti akan diminta Papa untuk terbang ke Qatar dan tentu saja akan dipertemukan dengan putra sahabatnya itu.” kali ini Viola hanya bergumam dalam hati, wajahnya terlihat murung dan pikirannya benar-benar kacau.Waktu jam istirahat siang tiba, biasanya Viola langsung ke luar ruangan dan pergi makan siang di salah satu restoran
Satu Tahun Kemudian......Di sebuah meja makan mewah di dalam rumah yang super mewah pula, terlihat sepasang suami istri tengah menikmati menu-menu makan malam mereka. Yang pria berparas tampan berwajah pria timur tengah, sementara wanita berwajah cantik seperti wanita asia pada umumnya.Mereka tidak lain adalah kedua orang Viola yang berada di Qatar, di sela-sela makan malam itu mereka selingi dengan obrolan.“Sampai saat ini kita belum juga mendapat kabar dari Viola tentang seorang pria yang akan ia jadikan pendamping hidup, padahal saat ini usianya sudah cukup untuk berumah tangga.” Papi Viola yang bernama Husein membuka obrolan.“Iya Pi, Mami juga sepemikiran dengan Papi. Setiap kali Mami tanya Viola selalu saja menjawab jika nanti ia telah menemukan seorang pria yang dia rasa sesuai dengannya, dia akan memberi tahu kita.” Mami Viola yang bernama Astrid menanggapi.“Tapi Mi, harus sampai kapan kita menunggu? Papi udah nggak sabar ingin memiliki cucu yang tentu saja nanti sebagai p
“Iya, setiap bulannya Mas memang musti memberi laporan tentang pekerjaan atau kegiatan Mas Roy di luar. Akan tetapi nggak ada salahnya jika bulan ini Mas Roy langsung memberi laporan pada beliau, sebentar aku akan memberi tahunya jika mulai bulan ini Mas Roy akan memberi laporan langsung kepadanya.” habis berkata, Puspa langsung meraih gagang telpon kantor yang ada di atas mejanya untuk menghubungi atasannya yang berada di ruangan sebelah.Selama Puspa menelpon Roy hanya duduk diam saja sembari mendengarkan percakapan mereka, Puspa yang masih ingin menyembunyikan identitas atasannya itu sengaja tak menyertai nama setelah memanggil Bu agar Roy tidak tahu jika Viola lah CEO perusahaan pariwisata itu. Selain itu tujuan Puspa ingin memberi kejutan pada Roy, meskipun ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu Roy akan merasa surprise atau sebaliknya merasa kecewa karena selama ini disangkanya Viola telah membohonginya tentang indentitas sebenarnya kekasihnya itu.“Oh ya udah kalau gitu a
Seiring berjalannya waktu Roy dan Viola pun menjalin hubungan spesialnya layaknya sepasang kekasih, hal itu terjalin secara alami karena semakin kerapnya mereka bertemu dan jalan bareng.Cukup lama juga Roy merasa risih dengan hubungan itu, secara sejak dulunya Roy memang tak pernah jatuh hati pada wanita selain menggauli mereka karena pengaruh hubungan terlarangnya dengan Angel pertama kali ia datang ke Kota Jakarta.Namun entah kenapa rasa risih dan canggung itu perlahan sirna dan Roy benar-benar merasakan ada getaran berbeda di relung hatinya yang terdalam, getaran itu sama sekali tak ada hasrat nakal yang sering muncul hingga memancingnya untuk melakukan hal yang sepatutnya dilakukan pasangan suami istri.Getaran itu melarikan rasa sayang yang tak pernah ia duga akan hadir di hatinya pada Viola, sementara Viola sendiri tentu saja semakin senang karena perasaan cintanya yang selama ini ia pendam pada Roy terwujud.Hari-hari Viola lalui dengan penuh keceriaan seperti halnya wanita m
Karena sering bertemu dan jalan bareng di luar, Roy pun merasa ada perbedaan sikap yang ditunjukan Viola padanya. Akan tetapi sejauh ini Roy tak berani menduga-duga apalagi yakin jika sikap Viola itu menunjukan jika CEO cantik pemilik perusahaan pariwisata itu suka padanya.Sejauh ini Roy juga belum mengetahui jika Viola sebenarnya adalah atasan sekaligus pemilik perusahaan pariwisata tempat ia bekerja itu, hingga akhirnya melalui Puspa sebagai kepala bagian personalia, Roy mendapat keterangan jika Viola suka padanya.“Jadi Bu Puspa memanggil ku ke sini hanya ingin menyampaikan hal itu?” tanya Roy ketika Puspa meminta menghadap ke ruangannya.“Hemmm, iya Mas Roy. Sahabatku itu curhat ke aku beberapa hari yang lalu ketika kami bertemu di salah satu cafe,” jawab Puspa mengarang cerita, padahal Viola curhat dengannya di ruangan CEO cantik itu saat Viola memanggilnya kemarin siang.Untuk beberapa saat Roy hanya nampak terdiam, sepertinya ia bingung harus berkata apalagi untuk menanggapi h