Roy merasa lebih senang dapat mengirim uang buat Hesti dari hasil ia bekerja di kantor perusahaan Cindy, di bandingkan saat ia mendapat uang dari Ko Aheng dan para pemilik toko sewaktu dia masih tinggal di pos pemuda di kawasan kumuh di dekat jembatan.Bertepatan pula hari itu hari sabtu yang ke esokan harinya Roy dan seluruh karyawan di perusahaan Cindy libur, tentu para karyawan makin gembira terlebih mereka yang sudah memiliki rencana dengan kekasih ataupula pasangan bagi mereka yang telah berkeluarga untuk berlibur maupun bermalam minggu.Lain hal dengan Roy, meskipun hari itu ia juga menerima gaji akan tetapi tidak ada rencana apa-apa atau hendak ke mana dan dengan siapa nanti malam. Seperti biasanya pula, jika tidak ada rencana ke luar meskipun malam minggu waktunya hanya dihabiskan di kos-kosan.Jarum jam telah menunjukan pukul 07:25 Wib, di sebuah cafe yang terletak di kawasan pinggir pantai terlihat sangat ramai pengunjung. Di salah satu meja panjang dengan kursi belasan juml
Sikap santai dan cepat beradaptasi membuat teman-teman Cindy makin kagum pada Roy, obrolan mereka sembari menikmati menu-menu di cafe itu pun mengalir seolah-olah Roy sudah sering bertemu dan kumpul dengan mereka.Acara kumpul bareng itu tidaklah lama karena Cindy masih ingin mengajak Roy jalan menikmati malam minggu itu berdua, entah apa yang dibisikan Clara pada Cindy hingga setelah itu dia dan para sahabat Cindy lainnya tak keberatan ketika Cindy pamitan untuk ke luar lebih dulu dari dalam cafe itu.Roy dan Cindy yang telah ke luar dari dalam cafe dan sekarang berada di dalam mobil, segera saja Cindy mengemudikan mobilnya itu meninggalkan area parkir cafe itu. Untuk beberapa saat lamanya Cindy mengajak Roy menyusuri jalan pusat Kota Jakarta, lalu Cindy mengarahkan mobilnya ke sebuah hotel mewah.Entah kenapa dan apa penyebabnya Roy kembali mengikuti saja ketika Cindy mengajaknya chek in di sebuah hotel mewah itu, dan di sanalah Roy kembali melayani gairah liar seorang wanita yang u
“Tentu aja nggaklah Roy, nggak semua berondong menjadi target kami buat memuaskan kebutuhan hasrat kami yang nggak tersalurkan. Dan kamu menurutku jauh banget bedanya dengan yang lain, kamu bukan aja mampu menuntaskan hasrat tapi juga membuat aku merasa nyaman dan bahagia.” Potong Cindy.“Maksudnya Tante udah sering kencan dengan pria yang usianya jauh lebih muda seperti aku?”“Iya Roy, udah nggak terhitung kalinya aku kencan dengan berondong tapi jujur baru kali ini aku ngerasa bahagia.” Jawab Roy.“Bahagia maksud Tante? Apa saat kencan dengan pria muda sebelum sama aku Tante nggak puas?” tanya Roy lagi dan makin penasaran.“Bukan hanya kepuasan aja yang aku dapatkan dari kamu, tapi ada semacam rasa nyaman seperti melakukan dengan suami sendiri. Meskipun kita baru bertemu beberapa hari yang lalu, akan tetapi rasanya kita udah kenal lama dan memiliki kedekatan.” Jawab Cindy sembari sandarkan kepalanya di pundak Roy, meskipun agak canggung akan tetapi Roy berusaha untuk bersikap santai
Sabtu sore ponsel Roy berbunyi, Roy yang baru saja selesai mandi dan duduk di ruang depan kos sembari menikmati segelas kopi hangat pun mengangkatnya.“Hallo, selamat sore.” Sapa Roy mengangkat panggilan di ponselnya.“Hallo dan selamat sore juga, benarkah ini nomornya Roy?” balas seorang wanita melalui sambungan ponsel itu.“Benar, maaf ini siapa ya?” tanya Roy.“Aku Clara, temannya Cindy. Cindy yang ngasih nomor kamu ini sama aku dua hari yang lalu, baru sore ini aku sempatkan buat hubungi kamu.” Jawab wanita yang menyebutkan namanya sebagai Clara itu.“Oh, jadi Tante Clara ini temannya Tante Cindy? Kalau boleh tahu ada gerangan apa Tante Clara menghubungiku sore ini? Ada yang perlu aku bantu, Tante?” tanya Roy lagi.“Hemmm, nanti malam kamu ada acara nggak?” Clara balik bertanya.“Nggak ada Tante, aku di kos aja nggak ke mana-mana.”“Gimana kalau nanti aku traktir kamu makan malam sembari kita jalan?” tawar Clara.“Boleh, aku musti temui Tante Clara di mana?”“Karena alamatmu juga
“Mana sempat dia curiga apalagi tahu kalau aku sering jalan dengan cowok lain, dianya selalu sibuk dengan pekerjaan dan urusan bisnisnya. Lagi pula selain denganku dan istri pertamanya, dia juga sering kencan dengan wanita-wanita muda di luar sana.” jawab Clara.“Hah, Tante istri keduanya? Terus Tante diam aja setelah tahu jika suami Tante itu sering ngajak cewek-cewek lain kencan di luar?” Roy terkejut.“Iya, aku memang istri keduanya dan jujur aja aku menikah dengannya bukan atas dasar cinta melainkan karena dulu hidupku susah dengan hanya bekerja sebagai karyawan biasa di salah satu perusahaan. Lagian ngapain aku repot-repot ngurusin kelakuannya di luar sana dengan wanita lain, mending aku nikmati juga hidup ini dengan melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan.” tutur Clara santai tanpa beban sedikitpun.“Lalu gimana dengan anak-anak Tante di rumah?”“Hemmm, sejak kami menikah 4 tahun yang lalu kami nggak memperoleh keturunan. Itu pulalah salah satunya yang membuatku kesepian
Sabtu itu kegiatan di kantor tak banyak dan Roy pulang dari kantor ke kosnya lebih awal dari hari-hari biasanya. Ia langsung saja kirim pesan WA pada Cindy, memberi tahu jika dirinya sudah pulang dari kantor dan tidak biasanya WA yang dikirim itu dibalas agak lama oleh Cindy yang saat itu ada urusan di luar.Rupanya Cindy tengah memberi tahu salah seorang temannya yang ingin mengajak Roy jalan, hingga ia begitu lama membalas pesan dari Roy. Bahkan sebelum pesan balasan ataupun panggilan dari Cindy, ada sebuah nomor ponsel yang tak dikenal melakukan panggilan ke ponsel Roy yang saat itu ditaruhnya di meja di depan ia duduk sambil menikmati segelas kopi dan sebatang rokok.Roy memperhatikan nomor yang memanggil itu sejenak, karena ia tak mengenalnya panggilan itu tak segera ia angkat, malahan nada dering panggilan di ponsel itu lenyap Roy masih belum mengangkatnya. Nomor yang sama itu pun mengulangi panggilannya, kali ini Roy mengangkatnya karena merasa penasaran siapa yang tengah mengh
“Hallo Tante!” sapa Roy mengangkat panggilan di ponselnya.“Gimana Roy, apa kamu bersedia aku ajak jalan hari ini?” tanya Laura.“Oke Tante, aku udah diijinin oleh Tante Cindy dan sekarang ini dia lagi ada di sini di kos-kosanku,” jawab Ryan.“Oh ya udah, sekarang juga aku jemput kamu ke sana.”“Baik Tante, aku tunggu di sini.” ulas Roy, lalu panggilan di ponsel itu mereka tutup.“Tante Laura sebentar lagi akan ke sini, katanya mau menjemputku.” ujar Roy pada Cindy.“Oh ya udah, kalau begitu segera kamu siap-siap gih!”“Ya Tante, sebentar aku mau beres-beres dulu! Jika sampai besok, berarti aku musti bawa pakaian ganti.” tutur Roy, Cindy kembali tersenyum dan anggukan kepalanya.15 menit kemudian, sebuah mobil sedan cantik berhenti di depan kediaman Roy itu, Cindy yang mengetahui persis jika mobil itu milik Laura, segera ia menuju teras menyambut kedatangan sahabatnya itu.Laura turun dari mobilnya dengan senyuman manis, sebagai satu-satunya wanita sosialita geng Cindy itu yang kini b
Kehidupan Laura yang bergelimang harta dan kemewahan berasal dari perusahaan besar yang ia miliki, semua itu tentunya tidak didapati dengan mudah melainkan berkat kerja kerasnya selama ini, cara hidupnya yang terkesan bebas dan cenderung dipandang tak baik oleh kebanyakan orang, bukan pula tanpa alasan dan semua itu ada penyebabnya.Awal menikah dengan mantan suaminya dulu, kehidupan Laura penuh dengan kebahagiaan, baik dari segi materi maupun dalam hubungan rumah tangganya, namun setelah melahirkan Laura mulai diperlakukan tidak baik oleh suaminya, sang suami mulai sering tidak pulang ke rumah selama berhari-hari dengan alasan mengurus proyek perusahaan di luar kota.Pada mulanya Laura percaya pada suaminya itu, menurutnya tidak ada salahnya jika sang suami memperluas cabang perusahaannya di luar kota, toh semua itu demi dia dan buah hati juga, namun lama-kelamaan timbul rasa curiga dan kecurigaannya itu pun terbukti jika suaminya bukan hanya memperluas cabang perusahaannya di luar k
“Belum pernah Pak, makanya pada kesempatan ini aku dan keluarga memutuskan untuk berlibur ke sini dan kebetulan juga sahabatku ini bersedia menemani kami sekalian mengujungi Bapak dan Ibu serta Viola di sini.” Jawab Pak Hamid.“Oh begitu, tapi maaf sebelumnya jika rumah kami ini nggak semewah hotel-hotel yang ada di Pulau Bali ini.” ucap Opa Viola merendah.“Ah, siapa bilang Pak. Rumah ini nggak kalah mewah dengan hotel-hotel di sepanjang jalan yang tadi sempat kami lihat ketika menuju ke sini,” ujar Pak Hamid sembari mengitari pandangannya ke seluruh ruangan di dalam rumah itu.“Iya Pak, di samping rumah ini cukup megah hawanya pun sangat sejuk. Sangat jauh sekali bedanya bila di bandingkan di tempat kami,” kali ini Bu Qoira yang bicara.“Hemmm, tentu aja bedalah Qoira. Qatar kan nggak jauh beda dengan Arab Saudi yang hawanya sangat panas,” Bu Astrid yang menanggapi, Opa dan Oma Viola hanya senyum-senyum saja.“Benar juga, padahal saat ini tengah hari jika di Qatar hawanya pasti lagi
“Ya, sebaiknya kamu segera memberi tahu kedua orang tuamu agar mereka nggak cemas karena mereka tentunya tahu kamu akan berlibur di sini selama 3 hari aja,” ujar Roy.“Iya Roy, secepatnya aku akan kasih tahu mereka.” ulas Alice sembari menatap Roy.Tatapan bule cantik berambut pirang itu pada Roy seperti mengandung arti yang tentu saja hanya dia sendiri yang tahu, apakah karena dia merasa peluang besar untuk menaklukan Roy? Atau ada perasaan lain yang tiba-tiba hadir di lubuk hatinya?Setelah selesai makan dan duduk sejenak melanjutkan obrolan mereka, Roy pun mengantar Alice kembali ke hotel tempat bule muda cantik itu menginap karena waktu istirahat siang telah habis dan Roy harus kembali bekerja.Meskipun waktu kebersamaan mereka siang itu hanya kurang lebih 1 jam, namun bagi Alice hal itu sangat menyenangkan. Begitu tiba di kamarnya Alice langsung rebahkan tubuhnya di atas ranjang, seulas senyuman yang menyiratkan kegembiraan tampak di bibirnya.“Roy memang sangat berbeda dengan pr
“Kurang lebih 2 tahun,” jawab Roy.“Dia pastinya sangat cantik hingga kamu begitu sayang padanya,” ujar Alice dari nada bicaranya terkesan ada rasa cemburu.“Bagiku dia bukan cantik semata, tapi juga baik dan pengertian serta mau menerimaku apa adanya,” ulas Roy.“Menerimamu apa adanya, maksudnya gimana?” tanya Alice tak faham.“Begini, aku ini hanya seorang karyawan biasa saja sementara dia adalah CEO sekaligus atasanku di perusahaan pariwisata itu,” jawab Roy jujur apa adanya.“Apa?! Kekasihmu itu atasanmu sendiri?” Alice terkejut, Roy menanggapinya dengan mengangguk dan tersenyum.“Kok bisa? Lalu bagaimana ceritanya hingga terjalin hubungan di antara kalian berdua?” Alice penasaran.“Aku juga nggak menyangka dan hal itu terjalin begitu saja seiring dengan waktu,” jawab Roy berusaha untuk terlihat bahagia tanpa beban yang saat ini tengah mengusik hati dan pikirannya.“Sebenarnya aku tak pantas untuk ia jadikan kekasih,” sambung Roy dan hal itu membuat Alice nampak kerutkan keningnya
“Sekali lagi aku minta maaf, aku hanya bisa menemani jalan dan membawamu ke tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi di pulau ini, tapi untuk menemanimu tidur di kamar ini aku nggak bisa karena aku telah memiliki kekasih,” jawab Roy yang terpaksa jujur karena dia sudah tak tahu bagaimana cara mencari alasan untuk menolak.“Oh, kamu udah punya kekasih rupanya? Ah, jika malam ini aja kamu tidur bareng aku di sini, aku rasa kekasihmu itu nggak akan tahu atau juga curiga.” Ujar Alice yang ternyata juga tak peduli dengan kejujuran Roy yang mengatakan dirinya telah memiliki kekasih.“Dia mungkin saja nggak akan tahu atau pula curiga, tapi aku nggak mau menghianati cintanya karena aku sangat menyanyanginya,” kali ini Roy cukup tegas, hingga beberapa saat dalam keadaan setengah mabuk Alice nampak tercengang mendengarnya.Karena tak ada reaksi apa-apalagi dari Alice, Roy kemudian pamit dan meninggalkan kamar itu setelah menyelimuti tubuh Alice dengan selimut. Sampai Roy ke luar dan menutup
Alice benar-benar merasa surprise dengan semua itu, rasa penasarannya ingin mengelilingi seluruh kawasan Pulau Bali pun terpenuhi.“Apa di sini ada night club, Roy?” tanya Alice ketika ia merasa puas berkeliling.“Ada beberapa buah night club di pulau ini, emangnya kamu mau ke sana?” jawab Roy lalu balik bertanya.“Ya, aku mau happy-happy di sana melewati malam ini hingga nanti kembali ke hotel. Kamu bisa antarkan aku ke night club paling besar dan ramai di sini?” pinta Alice.Roy yang maklum jika hampir seluruh turis yang berkunjung ke pulau itu hobi ke night club di saat malam, maka Roy memenuhi permintaan Alice dengan mengarahkan mobil yang ia kemudi itu ke salah satu night club terbesar di Bali.Yang namanya night club tentu tak asing lagi jika di dalamnya terdapat berbagai jenis minuman, mulai dari minuman berkadar alkohol rendah hingga tinggi. Di sana juga terdapat music room, biasa pula digunakan untuk berdansa dan melantai bagi para pengunjung.Suasana di dalam ruangan night c
“Mungkin karena aku baru pertama kali berkunjung ke sini dan juga tadi siang aku ikut dalam rombongan para turis yang kamu jemput serta antar, aku merasa nyaman dengan cara kamu mengemudi makanya aku meminta kamu,” jelas Alice, Roy hanya menanggapi dengan senyum ramahnya.“Gimana kalau kita jalan sekarang, Roy?” sambung Alice.“Oke, mari!” jawab Roy, mereka pun sama-sama berdiri lalu Roy mengajak Alice menuju mobil yang tadi ditunjukan oleh Ardi di depan lobi hotel itu.Roy dan Alice menghampiri sebuah mobil jenis Pajero Sport yang di parkir di depan lobi hotel itu, setelah mereka naik mobil yang dikemudikan oleh Roy itupun bergerak menuju jalan raya meninggalkan halaman dan kawasan hotel mewah itu.Mobil yang dikemudikan Roy sengaja dilajukan santai, tujuannya agar Alice dapat menikmati panorama di sisi kanan dan kiri jalan raya yang dihiasi lampu-lampu. Memang sangat berbeda suasana jalan raya ketika malam di bandingkan siang hari, kebanyakan dari pengendara sengaja melaju perlahan
“Hemmm, iya Non makanya hotel kami ini sangat senang bekerja sama dengan kantor perusahaan pariwisata tempat Roy bekerja itu dan kerja sama itu udah terjalin sejak lama dan saya pribadi telah juga telah lama kenal dengan Roy sebagai salah seorang karyawan di perusahaan pariwisata itu,” tutur Ardi.“Berapapun biayanya nanti aku akan bayar, aku cukup terkesima dengan keindahan pulau ini dan ingin tahu lebih banyak lagi kawasan-kawasan lainnya dan dinikmati keindahannya di malam hari,” ujar Alice gembira sekaligus penasaran.“Apakah Non Alice sebelumnya telah pernah berkunjung ke pulau ini?” tanya Ardi.“Belum pernah, ini untuk yang pertama kalinya aku berkunjung ke sini dan kebetulan saat ini aku sedang libur semester,” jawab Alice, wajahnya begitu ceria dan makin cantik. “Apakah Non Alice sebelumnya telah pernah berkunjung ke pulau ini?” tanya Ardi.“Belum pernah, ini untuk yang pertama kalinya aku berkunjung ke sini dan kebetulan saat ini aku sedang libur semester,” jawab Alice, waja
Itulah nilai plus seorang Viola, selain berwajah cantik dan berprofesi sebagai CEO, dia juga gadis yang rajin beribadah. Roy benar-benar pria yang beruntung dapat mengambil tempat di hati gadis itu sebagai salah satunya pria yang di cintai, selama ini sudah banyak pria yang ingin dekat dengan Viola akan tetapi semua itu hanya sebatas sahabat biasa saja.Tapi masalahnya sekarang, apakah Viola akan tetap mencintai dan menganggap Roy sebagai kekasihnya jika Roy menceritakan tentang masa lalunya itu? Dan bagaimana pula dengan rencana Pak Husein akan menjodohkan Viola dengan Rehan dalam waktu dekat ini?****Sore itu ketika Roy mengantar para turis ke sebuah hotel dan kebetulan itu adalah trip terakhir tugas Roy di lapangan dan akan kembali ke kantor lalu pulang ke kediamannya, tiba-tiba saja seorang pria menghampirinya ketika hendak naik ke atas mobil operasional.“Roy tunggu dulu..!” panggil pria itu, Roy pun hentikan langkah dan membalikan tubuhnya.“Eh, Bang Ardi rupannya. Ada apa Bang
“Ya, aku ingat kita memang pernah membicarakan itu. Lantas gimana dengan rencana kita itu, Hamid? Apakah Rehan akan setuju jika dijodohkan dengan Viola? Soalnya waktu itu kamu bilang Rehan belum memberi jawaban ketika kamu tanyakan,” tanya Pak Husein.“Hemmm, benar Husein karena Rehan telah memberi jawaban jika dia bersedia untuk dijodohkan dengan Viola makanya aku mengajak kamu ketemuan dan membicarakannya lagi,” tutur Pak Hamid diiringi senyumnya.“Wah, baguslah jika Rehan udah memberi jawaban dan setuju,” ujar Pak Husein senang.“Lalu gimana dengan Viola sendiri? Apakah dia bersedia dijodohkan dengan Rehan?” Pak Hamid balik bertanya.“Viola memang belum aku tanya apakah dia bersedia atau nggak jika dijodohkan dengan Rehan, tapi kamu nggak usah kuatir belum lama ini aku telpon dia dan menanyakan apakah dia udah menemukan pria yang akan ia jadikan calon suami, soalnya dulu juga pernah aku tanyakan begitu, dia meminta diberi waktu.” Jawab Pak Husein.“Lalu Viola jawab apa ketika kamu