Share

Rasa Malu dan Harga Diri

“Sudahlah,” kata sang tabib seraya meraih tangan kanan Ratna. “Berikan tanganmu!”

“A-Apa yang Anda—”

Ratna kemudian terdiam, dia menyadari bahwa sang tabib sedang membaca pergerakan nadinya di pergelangan tangannya.

Untuk sesaat, sang tabib memejamkan matanya, dan terlihat sangat tenang sementara jemari tangan kirinya merasai denyutan-denyutan halus di pergelangan tangan Ratna.

“Humm …” gumamnya. “Nadimu tidak teratur, kadang cepat kadang lambat.”

“Tuan Tabib?”

“Baiklah,” kata sang tabib kemudian dengan melepaskan tangan Ratna. “Kau pasti sudah meminum banyak cairan itu.”

“Su-Sudah tidak bisa kuingat lagi berapa banyak,” balas Ratna dengan kembali tertunduk.

“Turunkan putrimu!” pinta sang tabib. “Dan kau, gadis kecil,” tunjuknya pada Ima di gendongan tangan kiri Ratna. “Kembalilah duduk di tempat tadi, jangan menyia-nyiakan obat-obatanku!”

Ratna melirik ke arah bangku yang tadi. Dia seolah baru menyadari bahwa di bawah bangku dari anyaman rotan itu terdapat nyiru persegi empat dengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status