Share

Meracuni Pikiran

“Sani,” Kadik Aruma mendekati si pria tua. “Kami datang dengan sekalian membawakanmu oleh-oleh. Kau tahu, putrimu ini telah mengumpulkan banyak harta benda.”

Datuak Sani menyeringai, mengisap lagi rokok daun nipahnya, dan berkata, “Apakah kau pikir aku seorang yang gila harta? Kupikir kau mengenaliku selama ini, ternyata sama saja!”

“Eeh, ayolah, Sani, berilah hati padaku, pada putrimu.”

Kadik Aruma kembali menghampiri Pandan Arum, menuntunnya mendekati Datuak Sani. Tapi cukup jelas bagi Datuak Sani bahwa putri kandungnya itu justru terkesan tidak suka padanya.

Dia memandangi Pandan Arum dari ujung kaki ke ujung kepala, lalu tertawa nyaris tanpa suara. Yah, dia bisa memaklumi itu. Selama ini, hampir tidak pernah dia mengunjungi putrinya itu, jadi tentu saja Pandan Arum menaruh sikap demikian kepadanya.

“Sani, lihatlah!” ujar Kadik Aruma. “Bukankah putrimu sangat cantik? Eeh, ngomong-ngomong,” dia mengedarkan pandangannya ke sekitar. “Di mana Arum?”

Arum yang dimaksud oleh Kadik Aruma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status