Bab 2
Kringg ... kringg ... kringgAlarm berbunyi menunjukkan pukul 07.00 pagi membuat Rania bergegas untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk mengkuti ospek hari pertamannya.“Hari ini hari pertama Ospek, semangat dan jangan sampai telat huftt,” Gumam Rania sambil memakai atribut wajib untuk ospek. Rania bergegas turun kebawah untuk berpamitan dengan nenek.“Nek, Rania berangkat dulu ya.”“Sini sarapan dulu Ran, Nenek sudah membuatkanmu nasi goreng spesial.”“Iya nek,” Aku bergegas menyantap nasi goreng buatan nenek. Waktu menunjukkan pukul 07.20 tapi Bella dan Hanin belum juga datang untuk menjeputkun. Disekitar rumah nenek, angkutan umum sangat susah untuk ditemui dan kalaupun ada kita harus pergi keperbatasan kota dengan menempuh jarak sekitar 15 sampai 20 menitan.Tiit ... tiitTerdengar suara kelakson mobil milik Hanin berbunyi. Bella dan Hanin sudah menunggunya didepan rumah. Raina bergegas pergi kekampus bersama mereka. Dihari pertama memasuki bangku perkuliahan dan memulai kehidupan tanpa adanya peran orang tua memang sangat sulit dijalani oleh Raina, terlebih lagi Raina sendiri sering dimanja oleh kedua orang tuannya.“Ayo, sedikit dipercepat langkahnya. 10 menit lagi ospek akan segera dimulai,” Ucap seorang wanita cantik berpaikain rapi dengan menggunakan almamater kampus.Disisi lain, terlihat lima orang laki-laki sedang menunggu para peserta ospek ditengah lapangan kampus dengan menggunakan almamater berwarna hijau tua. Mereka berlima merupakan kakak tingkat yang sangat terkenal dikampus. Selain memiliki wajah tampan, kelima laki-laki tersebut juga merupakan mahasiswa aktif dengan segudang presetasi.Rasya Artha Pratama si manusia kulkas yang memiliki wajah tampan juga senyumnya yang membuat semua orang mabuk kepayang. Tatapan mata yang tajam selalu membuat para kaum hawa ingin memilikinya. Rasya merupakan ketua BEM diUniversitas Surabaya. Sifatnya yang dingin membuat Rasya mendapat julukan si manusia kulkas. Meskipun memiliki julukan seperti itu, Rasya merupakan orang yang sangat baik dan juga penyayang, sampai saat ini belum ada perempuan yang mampu meluluhkan hati si manusia kulkas.Devano Putra, cowok yang paling tengil dan paling jahil dari pada yang lainnya. Devano sering dijuluki Playboy dengan berbagai gombalan-gombalan receh yang membuat para perempuan jatuh hati.Rhevan Candra, cowok blesteran brunei ini memiliki wajah kebule-bulean yang menjadikan ciri khasnya untuk menarik perhatian para kaum hawa. Rhevan sangat sopan terhadap perempuan terlebih lagi nada bicara selalu lembut.Samuel zeno merupakan kembaran Rasya. Mereka sama-sama meiliki sikap dingin, pendiam dan cool didepan banyak orang. Tapi samuel merupakan cowok yang paling bucin. Ia sedang mengusahakan satu wanita yang sampai saat ini belum biisa dimilikinya.Yang terakhir, Bagas Mahardika. Pria tampan yang paling receh dan paling pintar mencairkan suasana tegang menjadi tawa. Untuk masalah perempuan, Bagas juga tak kalah dari yang lainnya. Selera humornya yang tinggi membuat banyak perempuan yang tertarik padanya.“Loh, itukan laki-laki yang pernah kutemui,” Ujar Raina.“Ada apa Rain? ‘’ Ucap Bella dan Hanin bersama.Belum sempat menjawab pertanyaan yang dilontarkan kedua sahabatku, semuanya sudah diintruksikan untuk segera bersiap-siap menata barisan dan menyiapkan barisannya masing-masing. Aku menatap keramaian, sorakan semangat terdengar disekelilingku. Tidak ada sudut lapangan yang kosong. Semua dipenuhi dengan mahasiswa baru dari berbagai kota.“Assalamu’alaikum.Wr.Wb.Selamat pagi, Salam cinta salam perjuangan atas nama cinta kita berjuang. Hidup Mahasiswa, Hidup Mahasiswa Indonesia. Selamat datang dan selamat bergabung mahasiswa baru Universitas Surabaya, dengan kerja keras dan perjuangan sehingga kalian mampu menjadi seorang pemenang dan mengalahkan harapan banyak orang lalu menjadi wakil-wakil harapan di kampus, ditempa dalam kawah candradimuka untuk masa depan peradaban sebuah bangsa sebagai Mahasiswa. Hari ini hari pertama kalian ospek. Jadi saya harap kalian semua bisa mentaati peraturan-peraturan selama ospek berlangsung”. Sambutan ketua panitia ospek.“Baiklah, perkenalkan nama saya Rasya Artha Pratama. Kalian semua bisa memanggil saya kak Rasya. Saya adalah ketua panitia ospek tahun ini,” Ujarnya kembali.Jam menunjukkan pukul 08.00. Ospek pun dimulai dengan pembukaan membaca doa bersama agar acara hari ini bisa berjalan dengan lancar. Dilanjutkan dengan acara pengenalan UKM (Unit Kegiatan Kampus), HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan), dan berbagai macam kegiatan. Terik matahari sudah mulai menyengat.Para mahaasiswa sudah mulai kepanasan hingga jam makan siangpun tiba.“Oke, untuk seluruh mahasiswa baru silahkan duduk berhadap-hadapan dan mempersiapkan makan siangnya sendiri-sendiri. setelah selesai makan silahkan kalian semua masuk kedalam ruangan sesuai kelompok fakultas masing-masing,” Ujar seorang pria tampan beralis tebal.Setelah mendengarkan intruksi dari panitia, seluruh peserta ospek segera menyantap bekal berupa Nasi jagung yang dikombinasikan dengan ikan asin juga sambal. Semua mahasiswa kemudian berhamburan masuk kedalam ruang fakultas mereka masing-masing.“Untuk semua mahasiswa fakultas Olahraga, silahkan mengikuti kak Rasya,” Ujar salah satu panitia.Aku terdim menatap langkah kak Rasya.“Oh ternyata dia satu Fakultas dengan Hanin” Ujarku dengan lirih.Aku mengusap wajah, tetap saja belum terbiasa saat menatap Kak Rasya. Laki-laki dengan penuh tanda tanya.“Bel, Rain, aku pergi duluannya. Nanti kita ketemuan di depan halaman kampus saja. Daah !” Hanin berpamitan karena memang dia berbeda kampus denganku dan Bella. Ruangan fakultas Olahraga dengan fakultas pendidikan cukup lumayan jauh.Aku dan Bella melangkah, mengikuti langkah Panitia Ospek menuju ruangan fakultas pendidikan.Para mahasiswa baru duduk dikursi yang sduah disisapkan oleh panitia. Ruangannya cukup luas, kalo buat main badmintoon pasti seru hehe.“Untung saja kita satu fakultas ya Rain. Jadi nggak susah susah amat cari temen dan adaptasi lagi hehe,” Seru Bella dengan penuh tawa.“Iya Bel, kalo kita beda fakultas sudah pasti aku nyasar dan kayak oraang hilang,” Timpalku.Dua orang pria tampan berjalan memasuki ruangan yang sudah dipenuhi oleh mahasiswa menuju mimbar yang berada tepat ddidepanku dan Bella.“Selamat siang semuanya,” Sapa kedua pria tampan dengan gaya yang cool.“Siang kak,” Balas seluruh mahasiswa.“Baik semuanya perkenalkan saya Bagas Mahardika. Panggil saja Sayang hahaha," Kak Bagas dengan selera humornya yang lumayan itu membuat suasana yang tadinya tegang menjadi penuh kebahagian. "Panggil saja Kak Bagas ya dan disebelah saya ini Kak Samuel Zeno bisa dipanggil kak Sam,” Ujarnya lagi saat memperkenalkan dirinya.“Oke. Kata pepatah tak tak kenal maka tak sayang berarti kalau sudah kenalan sudah sayang ya?’’ Timpal kak bagas.“Sudah sudah, jangan bercanda terus. Kita langsung saja kemateri hari ini ya. Karena saya rasa kalian sudah cukup mengenali saya dan juga kak Bagas,” Ujar Kak Samuel.Selama materi berlangsung, Raina tiba-tiba memikirkan kak Rasya. Entah mengapa, ia juga binggung menjelaskannnya. Raina belum sepenuhnya mengenali kak Rasya tapi ia sudah merasa begitu dekat. Raina merupakan wanita manja yang dikenal dengan sikap cueknya terhadap pria. Ia pernah gagal dalam urusan percintaan. Sudah hampir lima tahun ini ia menghidari pria dan menghidar dari dunia percintaan. Bahkan hingga saat ini untuk mempercayai seorang laki-lakipun ia membutuhkan waktu yang lama. Raina merasakan ada sesuatu yang aneh pada dirinya ketika bertemu dengan Kak Rasya.Bab 3“Ran, ada apa! Sedari tadi kuperhatikan kau melamun saja,” Tanya Bella.“Nggak papa Bel, lagi mikirin Hanin aja kok. Kira-kira gaimana ya nasib dia di fakultas olahraga sendirian, pasti kayak orang hilang tu anak,” Ujarku.“Haha. Ran, kau ini seperti tidak mengenali Hanin saja. Diakan sangat pintar beradaptasi dengan lingkungannya, sekali ketemu dah langsung membuat orang lain nyaman.”“I-iya juga sih.“Raina dan Bella terdiam. Mereka tiba-tiba melebarkan matanya saat Kak Sam melangkah mendekati.“Hey, Kalian berdua. Sedari awal saya menjelaskan materi kenapa malah bercerita sendiri!” ketusnya.“Maafkan kami kak.”“Maaf-maaf, lain kali jangan diulangi lagi. Tidak sopan berbicara sendiri,” Ucap Sam dengan nada tinggi.“Iya kak,” Ucap Raina dan Bella bersamaan.“Udahlah Sam, nanti kita kasih hukuman kepada mer
Bab 4Berbeda dengan sebelumnya, hari kedua Ospek jauh lebih displin dan harus tepat waktu. Pukul 06.30, seluruh peserta ospek diarahkan menuju lapangan. Ospek kedua sekligus menjadi penutupan dan peresmian seluruh peserta ospek menjadi mahasiswa bari Universitas Surabaya.Acara hari ini dimulai dengan upacara yang dibuka dengan sambutan dari ketua Rektorat juga sambutan dari ketua BEM Universitas Surabaya. Tak lupa pula penyematan almamater kepada mahasiswa baru diiringi dengan pelepasanan balon yang membawa selempang bertuliskan Ospek 2020 dan diringi atraksi pesawat tempur yang membentang diangkasa.Serangkaian acara penutupan ospek diisi dengan aktraksi dan pertunjukan-pertunjukan dari berbagai macak UKM yaang ada di kampus. Rasanya seperti disihir keika melihat aksi-aksi luar biasa para mahasiswa Universitas surabaya. Semua acara berjalan dengan lancar dan yang terakhir semua mahasiswa dibuat terpesona oleh ketampanan lima serangkain para panitia ospek pada
Bab 5Ospek telah kami tempuh selama dua hari dan hari ini semua mahasiswa akan memulai aktivitas belajar seperti biasanya.“Ran, masuk jam berapa?” tanya Hanin“masuk jam tujuh dan kayaknya setiap hari juga sama jamnya” keluh Raina kesal“lah kayak anak SD aja masuk jam tujuh hahaha” ledek HaninHari pertama menjalani kuliah, Rania sangat bersemangat. Ia mengunakan kemeja putih polos yang dipadupadankan dengan rok cream dan pasmina yang senada dengan roknya. Rania telah siap berangkat kuliah. Ia dan Bella berangkat terlebih dahulu dengan menaiki angkot menuju Kampus karena hari ini mobil milik Hanin sedang bermasalah.“Bel, nanti kita nyari tempat duduk yang paling depan aja ya?’’ungkap Rania“hmm, nanti kalo didepan gabisa tidur gimana Ran.”“halah kok tidur mulu pikirannya”“wkwkwk canda Ran. Iya deh kita duduk dibangku paling depan. S
Bab 6 Setelah melewati malam-malam penuh kegelisahan, Jujur saja ini kali pertama aku memberanikan diri meminta izin kepada orang tuaku walaupun hanya sekedar lewat media Telepon. “assalamu’alaikum wr.wb. Pah, Mah!” “waalaikum Salam Wr.wb.” “Bagaimana kabarnya, Pah?” “alhamdulillah baik Rain. Oh iya Nak, Bagaimana dengan kuliahmu?’’ “Alhamdulillah lancar kok pah. Pah, ada yang mau Raina sampaikan.” “apa nak?” “Minggu depan diKampus Raina ada turnamen Bulu tangkis dan Raina dimintai tolong mengikuti turnamen itu,” ungakap Raina dengan ketakutan. “Nak, kamu sekarang bukan anak kecil lagi. Selagi hal yang kamu lakukan itu positif dan membuat kamu berkembang tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Kamu tau mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang buruk untuk dirimu sendiri. Buatlah keputusan sendiri Rain. Papa dan mama hanya memberikan support yang terbaik untuk Reina.” “hmm, Love you pa. Makasih.’’
Bab 7Setelah melakukan pemanasan dan latihan sejenak , tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23.30. Hari sudah semakin malam dan ternyata Hanin malam ini tidak bisa pulang karena masih ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan dikampus.“Rain, keknya malam ini gue ga bisa pulang deh?” Ucap Hanin.“Lah, terus gue pulangnya gimana Nin. Yakali mau pesen grab tengah malem,” Ujar Raina.“Emm. Bentar. Kak Rasya, Kak,’’ Teriak Hanin.Hanin yang melihat Kak Rasya sedang bersiap-siap untuk pulang dengan sigapnya ia mengejar kak Rasya dan menghentikan langkahnya.“Apa-an Nin?” Tanya kak Rasya.“Emm, kak boleh minta tolong gak? Please bantuin.”“Gue bantu kalo gue bisa.”“Mo minta tolong anterin Raina pulang. Sekalian pendekatan gitu, biar nggak canggung-canggung amat hehe,” Ucap Hanin sedikit meledek.“Lah, emang lo nggak
BAB 1Pukul enam dini hari.Udara segar menyapaku diirinngi kicauan burung yang merdu. Suasana sangat memberikan semangat membuat hati ingin segera pergi menikmati fajar dipinggir kali. Aku menatap kearah langit, melihat fajar yang memancarkan keidahannya. Suasana pedesaan yang begitu elok dan rupawan membuatku jatuh cinta hingga lupa dengan keramaian yang ada disekitar. Lamunanku seketika buyar ketika ada sosok pria melintas dihadapanku. Pria dingin berwajah tampan nan rupawam yang katanya selalu jadi idola kalangan janda maupun anak-anak remaja didesa. “Hey, Raina. Pagi-pagi begini sudah melamun saja, sini main bulu tangkis bareng!’’Sontak terdengar suara Bela dan Hanin yang membuatku terkejut. Aku bergegas berjalan menuju lapangan. Dari kecil aku memang sudah menyukai Bulu tangkis, bahkan aku bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis internasional. Tapi sayangnya orang tuaku tidak memberikan dukungan penuh. Aku tak begitu handal dal
Bab 7Setelah melakukan pemanasan dan latihan sejenak , tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23.30. Hari sudah semakin malam dan ternyata Hanin malam ini tidak bisa pulang karena masih ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan dikampus.“Rain, keknya malam ini gue ga bisa pulang deh?” Ucap Hanin.“Lah, terus gue pulangnya gimana Nin. Yakali mau pesen grab tengah malem,” Ujar Raina.“Emm. Bentar. Kak Rasya, Kak,’’ Teriak Hanin.Hanin yang melihat Kak Rasya sedang bersiap-siap untuk pulang dengan sigapnya ia mengejar kak Rasya dan menghentikan langkahnya.“Apa-an Nin?” Tanya kak Rasya.“Emm, kak boleh minta tolong gak? Please bantuin.”“Gue bantu kalo gue bisa.”“Mo minta tolong anterin Raina pulang. Sekalian pendekatan gitu, biar nggak canggung-canggung amat hehe,” Ucap Hanin sedikit meledek.“Lah, emang lo nggak
Bab 6 Setelah melewati malam-malam penuh kegelisahan, Jujur saja ini kali pertama aku memberanikan diri meminta izin kepada orang tuaku walaupun hanya sekedar lewat media Telepon. “assalamu’alaikum wr.wb. Pah, Mah!” “waalaikum Salam Wr.wb.” “Bagaimana kabarnya, Pah?” “alhamdulillah baik Rain. Oh iya Nak, Bagaimana dengan kuliahmu?’’ “Alhamdulillah lancar kok pah. Pah, ada yang mau Raina sampaikan.” “apa nak?” “Minggu depan diKampus Raina ada turnamen Bulu tangkis dan Raina dimintai tolong mengikuti turnamen itu,” ungakap Raina dengan ketakutan. “Nak, kamu sekarang bukan anak kecil lagi. Selagi hal yang kamu lakukan itu positif dan membuat kamu berkembang tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Kamu tau mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang buruk untuk dirimu sendiri. Buatlah keputusan sendiri Rain. Papa dan mama hanya memberikan support yang terbaik untuk Reina.” “hmm, Love you pa. Makasih.’’
Bab 5Ospek telah kami tempuh selama dua hari dan hari ini semua mahasiswa akan memulai aktivitas belajar seperti biasanya.“Ran, masuk jam berapa?” tanya Hanin“masuk jam tujuh dan kayaknya setiap hari juga sama jamnya” keluh Raina kesal“lah kayak anak SD aja masuk jam tujuh hahaha” ledek HaninHari pertama menjalani kuliah, Rania sangat bersemangat. Ia mengunakan kemeja putih polos yang dipadupadankan dengan rok cream dan pasmina yang senada dengan roknya. Rania telah siap berangkat kuliah. Ia dan Bella berangkat terlebih dahulu dengan menaiki angkot menuju Kampus karena hari ini mobil milik Hanin sedang bermasalah.“Bel, nanti kita nyari tempat duduk yang paling depan aja ya?’’ungkap Rania“hmm, nanti kalo didepan gabisa tidur gimana Ran.”“halah kok tidur mulu pikirannya”“wkwkwk canda Ran. Iya deh kita duduk dibangku paling depan. S
Bab 4Berbeda dengan sebelumnya, hari kedua Ospek jauh lebih displin dan harus tepat waktu. Pukul 06.30, seluruh peserta ospek diarahkan menuju lapangan. Ospek kedua sekligus menjadi penutupan dan peresmian seluruh peserta ospek menjadi mahasiswa bari Universitas Surabaya.Acara hari ini dimulai dengan upacara yang dibuka dengan sambutan dari ketua Rektorat juga sambutan dari ketua BEM Universitas Surabaya. Tak lupa pula penyematan almamater kepada mahasiswa baru diiringi dengan pelepasanan balon yang membawa selempang bertuliskan Ospek 2020 dan diringi atraksi pesawat tempur yang membentang diangkasa.Serangkaian acara penutupan ospek diisi dengan aktraksi dan pertunjukan-pertunjukan dari berbagai macak UKM yaang ada di kampus. Rasanya seperti disihir keika melihat aksi-aksi luar biasa para mahasiswa Universitas surabaya. Semua acara berjalan dengan lancar dan yang terakhir semua mahasiswa dibuat terpesona oleh ketampanan lima serangkain para panitia ospek pada
Bab 3“Ran, ada apa! Sedari tadi kuperhatikan kau melamun saja,” Tanya Bella.“Nggak papa Bel, lagi mikirin Hanin aja kok. Kira-kira gaimana ya nasib dia di fakultas olahraga sendirian, pasti kayak orang hilang tu anak,” Ujarku.“Haha. Ran, kau ini seperti tidak mengenali Hanin saja. Diakan sangat pintar beradaptasi dengan lingkungannya, sekali ketemu dah langsung membuat orang lain nyaman.”“I-iya juga sih.“Raina dan Bella terdiam. Mereka tiba-tiba melebarkan matanya saat Kak Sam melangkah mendekati.“Hey, Kalian berdua. Sedari awal saya menjelaskan materi kenapa malah bercerita sendiri!” ketusnya.“Maafkan kami kak.”“Maaf-maaf, lain kali jangan diulangi lagi. Tidak sopan berbicara sendiri,” Ucap Sam dengan nada tinggi.“Iya kak,” Ucap Raina dan Bella bersamaan.“Udahlah Sam, nanti kita kasih hukuman kepada mer
Bab 2 Kringg ... kringg ... kringgAlarm berbunyi menunjukkan pukul 07.00 pagi membuat Rania bergegas untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk mengkuti ospek hari pertamannya. “Hari ini hari pertama Ospek, semangat dan jangan sampai telat huftt,” Gumam Rania sambil memakai atribut wajib untuk ospek. Rania bergegas turun kebawah untuk berpamitan dengan nenek.“Nek, Rania berangkat dulu ya.”“Sini sarapan dulu Ran, Nenek sudah membuatkanmu nasi goreng spesial.”“Iya nek,” Aku bergegas menyantap nasi goreng buatan nenek. Waktu menunjukkan pukul 07.20 tapi Bella dan Hanin belum juga datang untuk menjeputkun. Disekitar rumah nenek, angkutan umum sangat susah untuk ditemui dan kalaupun ada kita harus pergi keperbatasan kota dengan menempuh jarak sekitar 15 sampai 20 menitan. Tiit ... tiit Terdengar suara kelakson mobil milik Hanin berbunyi. Bella dan Hanin sudah menunggunya didepan rumah. Raina ber
BAB 1Pukul enam dini hari.Udara segar menyapaku diirinngi kicauan burung yang merdu. Suasana sangat memberikan semangat membuat hati ingin segera pergi menikmati fajar dipinggir kali. Aku menatap kearah langit, melihat fajar yang memancarkan keidahannya. Suasana pedesaan yang begitu elok dan rupawan membuatku jatuh cinta hingga lupa dengan keramaian yang ada disekitar. Lamunanku seketika buyar ketika ada sosok pria melintas dihadapanku. Pria dingin berwajah tampan nan rupawam yang katanya selalu jadi idola kalangan janda maupun anak-anak remaja didesa. “Hey, Raina. Pagi-pagi begini sudah melamun saja, sini main bulu tangkis bareng!’’Sontak terdengar suara Bela dan Hanin yang membuatku terkejut. Aku bergegas berjalan menuju lapangan. Dari kecil aku memang sudah menyukai Bulu tangkis, bahkan aku bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis internasional. Tapi sayangnya orang tuaku tidak memberikan dukungan penuh. Aku tak begitu handal dal