Bab 3
“Ran, ada apa! Sedari tadi kuperhatikan kau melamun saja,” Tanya Bella.
“Nggak papa Bel, lagi mikirin Hanin aja kok. Kira-kira gaimana ya nasib dia di fakultas olahraga sendirian, pasti kayak orang hilang tu anak,” Ujarku.
“Haha. Ran, kau ini seperti tidak mengenali Hanin saja. Diakan sangat pintar beradaptasi dengan lingkungannya, sekali ketemu dah langsung membuat orang lain nyaman.”
“I-iya juga sih.“
Raina dan Bella terdiam. Mereka tiba-tiba melebarkan matanya saat Kak Sam melangkah mendekati.
“Hey, Kalian berdua. Sedari awal saya menjelaskan materi kenapa malah bercerita sendiri!” ketusnya.
“Maafkan kami kak.”
“Maaf-maaf, lain kali jangan diulangi lagi. Tidak sopan berbicara sendiri,” Ucap Sam dengan nada tinggi.
“Iya kak,” Ucap Raina dan Bella bersamaan.
“Udahlah Sam, nanti kita kasih hukuman kepada mereka setelah ospek. Sekarang lanjutkan dulu materimu waktu kita terbatas,” Ujar Bagas.
Setelah beberapa jam kemudian, ospek hari pertama selesai. Beberapa mahasiswa satu persatu keluar dengan tertib dari ruangan fakultasnya masing-masing. Ada yeng bergegas pulang dan ada juga yang masih menghabiskan waktu bersama teman-teman barunya. Raina dan Bella memasukan segala perlatan ospek kemudian bergegas ingin pulang karena ospek hari pertama cukup menguras tenaga meraka. Baru saja melangkahkan kaki sampai depan ruangan, tiba-tiba saja Kak Sam dan Kak Bagas menghentikan langkah kami.
“Siapa nama kalian?” tanya kak Bagas.
“Aku Raina kak, dan ini temanku Bella,” Ucap kami dengan rasa takut.
“Karena tadi kalian tidak memperhatikan kami saat menyampaikan materi, jadi kalian harus mendapatkan hukuman,” Ujar kak Bagas.
“Ya, hukumannya silahkan kalian meresume materi dari kedua buku ini dan pengumpulnya besok siang selesai penutupan ospek,” Timpal Sam.
Raina dan Bella menghela nafas panjang. Melebarkan mata mereka ketika melihat kedua buku yang tebalnya seperti kamus pada umumnya. Tak bisa dibayagkan meresume buku setebal itu dan diberi waktu semalam saja.
(Gila, bisa-bisa tanganku rontok meresume buku setebal itu. Ah baru hari pertama, kenapa sudah dapet sial sih huh) Ujarku dalam hati.
“Heh, kenapa diam saja! Nih bukunya,” Ujar kak Sem sambil menarik paksa tanganku dan memberikan kedua buku.
Raina dan Bella saling bertatapan dan dengan berat hati melangkahkan kaki untuk pergi. Sudah hampir 15 menit kami menunggu Hanin yang sedari tadi belum juga keluar dari ruangannya, padahal kampus sudah sangat sepi. Tak lama kemudian Hanin terlihat berjalan bersama dengan dua orang pria. Hanin begitu cepat akrab dengan orang baru. Raina dan Bella tak mengenali salah satu pria yang berjalan bersama hanin, tapi kami tau bahwa dia adalah salah satu mahasiswa baru yang mengikuti ospek bersama kami.
Lamunanku buyar saat tersadar dengan salah satu pria yang sedang berjalan dan berbincang-bincang bersama Hanin. Ya, dia kak Rasya. Hanin dan Kak Rasya terlihat begitu sangat akrab. Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan.
Setelah asyik berbincang-bincang dengan kak Rasya, Hanin segera menghampiri Aku dan Bella.
“Heh Nin, baru hari pertama ospek sudah punya dua gebetan sekaligus ya, Cie, ” Bella menyengol pelan lengan Hanin.
“Apaan sih Bel, kami tadi hanya berdiskusi mengenai turnamen ganda campuran untuk minggu depan,” Seru Hanin.
“Turnamen?’’timpal Bella dengan terkejut.
“Ya biasa aja kali Bel, gausah melotot-melotot juga tuh mata. Copot baru tau rasa haha.”
sambil berjalan menuju tempat parkir. Raina baru tersadar bahwa sedari tadi ia tak membawa ponselnya sama sekali.
“Alamak, hpku dimana? Jangan-jangan tertinggal diruangan Fakultas tadi!“
“HAH !” Sontak Hanin dan Bella kaget mendengarnya.
“Yasudah Rain, sini ku temani ngambil hp,” Seru Hanin.
“Gausah Nin, ku ambil sendiri saja. Kalian tunggu saja diparkiran. Tapi ingat jangan pulang duluan.”
“Oke siap,” Teriak Hanin dan Bella.
Rania berjalan menyusuri koridor kampus dengan pandangan kebinggungan. Karena hari ini hari pertama ospek, Raina belum hafal dengan ruangan-ruangan disetiap sudut kampus.
Brukk ...
“Aduh !” Gumam Rania yang terjatuh karena ditabrak oleh salah satu pria.
Sebuah tangan mengulur, membantu Rania untuk berdiri kembali. Dengan cepat Rania memegang uluran tangan tersebut. Rania berniat untuk memarahi Pria itu, tapi sayangnya ketika Rania mengangkat wajahnya ia hanya terdiam dan menatap sosok wajah pria tampan yang berdiri tegak dihadapannya.
“Kak-kak Rasya?” Gumam Raina kaget dan terus menatap matanya.
“Oh ya, maaf,” Kak Rasya dengan sigap langsung melepaskan tangan kemudian pergi meninggalkanku Raina sendirian.
“Kok bisa ya, ada cowok kek gitu,’’ cetusku Raina dengan penuh kesal.
Gara-gara kejadian itu, Raina hampir saja lupa bahwa ia harus mencari ruangan fakultas pendidikan untuk segera mengambil hpnya. Tak lama kemudian Raina bertemu dengan salah satu petugas kebersihan dikampus. Namanya pak Bambang.
“Permisi pak, saya mau tanya ruangan fakultas pendidikan sebelah mana ya pak?’’
“Oh disebelah sana. Adek lurus aja terus sampai ketemu belokan, nah ruangannya yang pojok menghadap ke utara.”
“Baik pak Terimakasih.”
Raina melangkah meninggalkan petugas kebersihan dan berjalan menuju ruangan yang sudah diarahkan sang Bapak. Raina dikejutkan oleh kehadiran kak Bagas yang muncul secara tiba-tiba di depan pintu masuk ruangan.
“Kau mencari ini?” tanya kak Bagas dengan menunjukkan sebuah ponsel yang berada digengamannya.
“Iya kak. Tadi lupa kalo hpnya ketinggalan,” Ucap Raina.“Yasudah ini, lain kali jangan sampai teledor lagi ya,” tegas kak Bagas sambil berjalan melangkah pergi. Tiba-tiba saja kak Bagas berbalik menghampiri Raina
“Oh iya, kalau mau minta nomerku jangan sungkan-sungkan. Coba cek ponselmu, aku sungguh baik hati bukan. Kalo ada apa-apa langsung telvon saja ya hahahaa,” Bagas melanjutkan langkah kakinya tanpa rasa berdosa.
Raina mengecek ponselnya dan ternyata kak Bagas menyimpan nomernya sendiri diponselku.
“Dasar Kakak tingkat genit. Siapa juga yang minta nomernya coba. Hih!”gumam Raina dengan tatapan sinisnya.
Raina bergegas menghampiri kedua sahabatnya itu. Ditengah perjalanan pulang, Bella menceritakan kejadian yang terjadi dikampus hari ini pada Hanin.
“Baru pertama ospek bisa-bisanya dapet hukuman. Nyebelin banget tau Nin!” cetus Bella.
“Loh kok bisa, kena hukum? Kalian ngelakuin kesalah apa emangnya,” Tanya Hanin.“Jadi, tadi itu aku sama Raina nggak merhatiin kakak-kakak panitia waktu ngejelasin materi. Trus ketahuan deh, padahalkan itu cuman sebentar doang. Huh untung aja yah panitianya cakep-cakep jadinya terpaksa nurut buat dapet peluang Pdkt lah ya kayak Elo nin hahaha,” Ledek Bella.“Lagian, kalian ngapain sih ngomong sendiri. Udah tau duduknya paling depan kan jadi dihukum,” Ungka Hanin.“Ya, namaya juga khilaf Nin. Hehehe.”
Melihat tingkah temannya yang seperti itu, Hanin hanya menggelengakan kepala dan sedikit mengagkat ujung bibirnya.
“Hmm Bel, nanti malam kita nyelesein tugasnya barengan aja dirumah Nenek. Gimana?’’ tanya Raina.
“Oke oke aja sih Rein. eh Nin lo ikut ya, siapa tau bisa bantu-bantu ngerjain hukuman kita,” sambil mengoyak-goyak lengan Hanin.
“Iya-iya gampang ntar,” Ucap Hanin.
Mobil melaju, menyusuri jalan dengan senja berwana jingga merekah. Dengan pemandang pedesaan yang membuat suasana menjadi lebih nyaman. Ketiga wanita cantik ini tiba dirumah sehabis adzan maghrib berkumandang. Hari pertama ospek cukup melelahkan bagi mereka.
Setibanya dirumah, mereka hanya punya waktu sejam untuk beristirhat. Bergegas untuk membersihkan diri kemudian makan dan kembali bertemu untuk menyelesaikan hukuman. Resiko jadi mahasiswa harus siap mental dan siap fisik. Karena tugas membuat mereka harus begadang hingga larut malam. Jiwanya sudah lelah, tapi raganya tetap harus bekerja supaya tugas bisa selesai tepat pada waktunya.
Bab 4Berbeda dengan sebelumnya, hari kedua Ospek jauh lebih displin dan harus tepat waktu. Pukul 06.30, seluruh peserta ospek diarahkan menuju lapangan. Ospek kedua sekligus menjadi penutupan dan peresmian seluruh peserta ospek menjadi mahasiswa bari Universitas Surabaya.Acara hari ini dimulai dengan upacara yang dibuka dengan sambutan dari ketua Rektorat juga sambutan dari ketua BEM Universitas Surabaya. Tak lupa pula penyematan almamater kepada mahasiswa baru diiringi dengan pelepasanan balon yang membawa selempang bertuliskan Ospek 2020 dan diringi atraksi pesawat tempur yang membentang diangkasa.Serangkaian acara penutupan ospek diisi dengan aktraksi dan pertunjukan-pertunjukan dari berbagai macak UKM yaang ada di kampus. Rasanya seperti disihir keika melihat aksi-aksi luar biasa para mahasiswa Universitas surabaya. Semua acara berjalan dengan lancar dan yang terakhir semua mahasiswa dibuat terpesona oleh ketampanan lima serangkain para panitia ospek pada
Bab 5Ospek telah kami tempuh selama dua hari dan hari ini semua mahasiswa akan memulai aktivitas belajar seperti biasanya.“Ran, masuk jam berapa?” tanya Hanin“masuk jam tujuh dan kayaknya setiap hari juga sama jamnya” keluh Raina kesal“lah kayak anak SD aja masuk jam tujuh hahaha” ledek HaninHari pertama menjalani kuliah, Rania sangat bersemangat. Ia mengunakan kemeja putih polos yang dipadupadankan dengan rok cream dan pasmina yang senada dengan roknya. Rania telah siap berangkat kuliah. Ia dan Bella berangkat terlebih dahulu dengan menaiki angkot menuju Kampus karena hari ini mobil milik Hanin sedang bermasalah.“Bel, nanti kita nyari tempat duduk yang paling depan aja ya?’’ungkap Rania“hmm, nanti kalo didepan gabisa tidur gimana Ran.”“halah kok tidur mulu pikirannya”“wkwkwk canda Ran. Iya deh kita duduk dibangku paling depan. S
Bab 6 Setelah melewati malam-malam penuh kegelisahan, Jujur saja ini kali pertama aku memberanikan diri meminta izin kepada orang tuaku walaupun hanya sekedar lewat media Telepon. “assalamu’alaikum wr.wb. Pah, Mah!” “waalaikum Salam Wr.wb.” “Bagaimana kabarnya, Pah?” “alhamdulillah baik Rain. Oh iya Nak, Bagaimana dengan kuliahmu?’’ “Alhamdulillah lancar kok pah. Pah, ada yang mau Raina sampaikan.” “apa nak?” “Minggu depan diKampus Raina ada turnamen Bulu tangkis dan Raina dimintai tolong mengikuti turnamen itu,” ungakap Raina dengan ketakutan. “Nak, kamu sekarang bukan anak kecil lagi. Selagi hal yang kamu lakukan itu positif dan membuat kamu berkembang tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Kamu tau mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang buruk untuk dirimu sendiri. Buatlah keputusan sendiri Rain. Papa dan mama hanya memberikan support yang terbaik untuk Reina.” “hmm, Love you pa. Makasih.’’
Bab 7Setelah melakukan pemanasan dan latihan sejenak , tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23.30. Hari sudah semakin malam dan ternyata Hanin malam ini tidak bisa pulang karena masih ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan dikampus.“Rain, keknya malam ini gue ga bisa pulang deh?” Ucap Hanin.“Lah, terus gue pulangnya gimana Nin. Yakali mau pesen grab tengah malem,” Ujar Raina.“Emm. Bentar. Kak Rasya, Kak,’’ Teriak Hanin.Hanin yang melihat Kak Rasya sedang bersiap-siap untuk pulang dengan sigapnya ia mengejar kak Rasya dan menghentikan langkahnya.“Apa-an Nin?” Tanya kak Rasya.“Emm, kak boleh minta tolong gak? Please bantuin.”“Gue bantu kalo gue bisa.”“Mo minta tolong anterin Raina pulang. Sekalian pendekatan gitu, biar nggak canggung-canggung amat hehe,” Ucap Hanin sedikit meledek.“Lah, emang lo nggak
BAB 1Pukul enam dini hari.Udara segar menyapaku diirinngi kicauan burung yang merdu. Suasana sangat memberikan semangat membuat hati ingin segera pergi menikmati fajar dipinggir kali. Aku menatap kearah langit, melihat fajar yang memancarkan keidahannya. Suasana pedesaan yang begitu elok dan rupawan membuatku jatuh cinta hingga lupa dengan keramaian yang ada disekitar. Lamunanku seketika buyar ketika ada sosok pria melintas dihadapanku. Pria dingin berwajah tampan nan rupawam yang katanya selalu jadi idola kalangan janda maupun anak-anak remaja didesa. “Hey, Raina. Pagi-pagi begini sudah melamun saja, sini main bulu tangkis bareng!’’Sontak terdengar suara Bela dan Hanin yang membuatku terkejut. Aku bergegas berjalan menuju lapangan. Dari kecil aku memang sudah menyukai Bulu tangkis, bahkan aku bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis internasional. Tapi sayangnya orang tuaku tidak memberikan dukungan penuh. Aku tak begitu handal dal
Bab 2 Kringg ... kringg ... kringgAlarm berbunyi menunjukkan pukul 07.00 pagi membuat Rania bergegas untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk mengkuti ospek hari pertamannya. “Hari ini hari pertama Ospek, semangat dan jangan sampai telat huftt,” Gumam Rania sambil memakai atribut wajib untuk ospek. Rania bergegas turun kebawah untuk berpamitan dengan nenek.“Nek, Rania berangkat dulu ya.”“Sini sarapan dulu Ran, Nenek sudah membuatkanmu nasi goreng spesial.”“Iya nek,” Aku bergegas menyantap nasi goreng buatan nenek. Waktu menunjukkan pukul 07.20 tapi Bella dan Hanin belum juga datang untuk menjeputkun. Disekitar rumah nenek, angkutan umum sangat susah untuk ditemui dan kalaupun ada kita harus pergi keperbatasan kota dengan menempuh jarak sekitar 15 sampai 20 menitan. Tiit ... tiit Terdengar suara kelakson mobil milik Hanin berbunyi. Bella dan Hanin sudah menunggunya didepan rumah. Raina ber
Bab 7Setelah melakukan pemanasan dan latihan sejenak , tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23.30. Hari sudah semakin malam dan ternyata Hanin malam ini tidak bisa pulang karena masih ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan dikampus.“Rain, keknya malam ini gue ga bisa pulang deh?” Ucap Hanin.“Lah, terus gue pulangnya gimana Nin. Yakali mau pesen grab tengah malem,” Ujar Raina.“Emm. Bentar. Kak Rasya, Kak,’’ Teriak Hanin.Hanin yang melihat Kak Rasya sedang bersiap-siap untuk pulang dengan sigapnya ia mengejar kak Rasya dan menghentikan langkahnya.“Apa-an Nin?” Tanya kak Rasya.“Emm, kak boleh minta tolong gak? Please bantuin.”“Gue bantu kalo gue bisa.”“Mo minta tolong anterin Raina pulang. Sekalian pendekatan gitu, biar nggak canggung-canggung amat hehe,” Ucap Hanin sedikit meledek.“Lah, emang lo nggak
Bab 6 Setelah melewati malam-malam penuh kegelisahan, Jujur saja ini kali pertama aku memberanikan diri meminta izin kepada orang tuaku walaupun hanya sekedar lewat media Telepon. “assalamu’alaikum wr.wb. Pah, Mah!” “waalaikum Salam Wr.wb.” “Bagaimana kabarnya, Pah?” “alhamdulillah baik Rain. Oh iya Nak, Bagaimana dengan kuliahmu?’’ “Alhamdulillah lancar kok pah. Pah, ada yang mau Raina sampaikan.” “apa nak?” “Minggu depan diKampus Raina ada turnamen Bulu tangkis dan Raina dimintai tolong mengikuti turnamen itu,” ungakap Raina dengan ketakutan. “Nak, kamu sekarang bukan anak kecil lagi. Selagi hal yang kamu lakukan itu positif dan membuat kamu berkembang tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Kamu tau mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang buruk untuk dirimu sendiri. Buatlah keputusan sendiri Rain. Papa dan mama hanya memberikan support yang terbaik untuk Reina.” “hmm, Love you pa. Makasih.’’
Bab 5Ospek telah kami tempuh selama dua hari dan hari ini semua mahasiswa akan memulai aktivitas belajar seperti biasanya.“Ran, masuk jam berapa?” tanya Hanin“masuk jam tujuh dan kayaknya setiap hari juga sama jamnya” keluh Raina kesal“lah kayak anak SD aja masuk jam tujuh hahaha” ledek HaninHari pertama menjalani kuliah, Rania sangat bersemangat. Ia mengunakan kemeja putih polos yang dipadupadankan dengan rok cream dan pasmina yang senada dengan roknya. Rania telah siap berangkat kuliah. Ia dan Bella berangkat terlebih dahulu dengan menaiki angkot menuju Kampus karena hari ini mobil milik Hanin sedang bermasalah.“Bel, nanti kita nyari tempat duduk yang paling depan aja ya?’’ungkap Rania“hmm, nanti kalo didepan gabisa tidur gimana Ran.”“halah kok tidur mulu pikirannya”“wkwkwk canda Ran. Iya deh kita duduk dibangku paling depan. S
Bab 4Berbeda dengan sebelumnya, hari kedua Ospek jauh lebih displin dan harus tepat waktu. Pukul 06.30, seluruh peserta ospek diarahkan menuju lapangan. Ospek kedua sekligus menjadi penutupan dan peresmian seluruh peserta ospek menjadi mahasiswa bari Universitas Surabaya.Acara hari ini dimulai dengan upacara yang dibuka dengan sambutan dari ketua Rektorat juga sambutan dari ketua BEM Universitas Surabaya. Tak lupa pula penyematan almamater kepada mahasiswa baru diiringi dengan pelepasanan balon yang membawa selempang bertuliskan Ospek 2020 dan diringi atraksi pesawat tempur yang membentang diangkasa.Serangkaian acara penutupan ospek diisi dengan aktraksi dan pertunjukan-pertunjukan dari berbagai macak UKM yaang ada di kampus. Rasanya seperti disihir keika melihat aksi-aksi luar biasa para mahasiswa Universitas surabaya. Semua acara berjalan dengan lancar dan yang terakhir semua mahasiswa dibuat terpesona oleh ketampanan lima serangkain para panitia ospek pada
Bab 3“Ran, ada apa! Sedari tadi kuperhatikan kau melamun saja,” Tanya Bella.“Nggak papa Bel, lagi mikirin Hanin aja kok. Kira-kira gaimana ya nasib dia di fakultas olahraga sendirian, pasti kayak orang hilang tu anak,” Ujarku.“Haha. Ran, kau ini seperti tidak mengenali Hanin saja. Diakan sangat pintar beradaptasi dengan lingkungannya, sekali ketemu dah langsung membuat orang lain nyaman.”“I-iya juga sih.“Raina dan Bella terdiam. Mereka tiba-tiba melebarkan matanya saat Kak Sam melangkah mendekati.“Hey, Kalian berdua. Sedari awal saya menjelaskan materi kenapa malah bercerita sendiri!” ketusnya.“Maafkan kami kak.”“Maaf-maaf, lain kali jangan diulangi lagi. Tidak sopan berbicara sendiri,” Ucap Sam dengan nada tinggi.“Iya kak,” Ucap Raina dan Bella bersamaan.“Udahlah Sam, nanti kita kasih hukuman kepada mer
Bab 2 Kringg ... kringg ... kringgAlarm berbunyi menunjukkan pukul 07.00 pagi membuat Rania bergegas untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk mengkuti ospek hari pertamannya. “Hari ini hari pertama Ospek, semangat dan jangan sampai telat huftt,” Gumam Rania sambil memakai atribut wajib untuk ospek. Rania bergegas turun kebawah untuk berpamitan dengan nenek.“Nek, Rania berangkat dulu ya.”“Sini sarapan dulu Ran, Nenek sudah membuatkanmu nasi goreng spesial.”“Iya nek,” Aku bergegas menyantap nasi goreng buatan nenek. Waktu menunjukkan pukul 07.20 tapi Bella dan Hanin belum juga datang untuk menjeputkun. Disekitar rumah nenek, angkutan umum sangat susah untuk ditemui dan kalaupun ada kita harus pergi keperbatasan kota dengan menempuh jarak sekitar 15 sampai 20 menitan. Tiit ... tiit Terdengar suara kelakson mobil milik Hanin berbunyi. Bella dan Hanin sudah menunggunya didepan rumah. Raina ber
BAB 1Pukul enam dini hari.Udara segar menyapaku diirinngi kicauan burung yang merdu. Suasana sangat memberikan semangat membuat hati ingin segera pergi menikmati fajar dipinggir kali. Aku menatap kearah langit, melihat fajar yang memancarkan keidahannya. Suasana pedesaan yang begitu elok dan rupawan membuatku jatuh cinta hingga lupa dengan keramaian yang ada disekitar. Lamunanku seketika buyar ketika ada sosok pria melintas dihadapanku. Pria dingin berwajah tampan nan rupawam yang katanya selalu jadi idola kalangan janda maupun anak-anak remaja didesa. “Hey, Raina. Pagi-pagi begini sudah melamun saja, sini main bulu tangkis bareng!’’Sontak terdengar suara Bela dan Hanin yang membuatku terkejut. Aku bergegas berjalan menuju lapangan. Dari kecil aku memang sudah menyukai Bulu tangkis, bahkan aku bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis internasional. Tapi sayangnya orang tuaku tidak memberikan dukungan penuh. Aku tak begitu handal dal