Bab 6
Setelah melewati malam-malam penuh kegelisahan, Jujur saja ini kali pertama aku memberanikan diri meminta izin kepada orang tuaku walaupun hanya sekedar lewat media Telepon.
“assalamu’alaikum wr.wb. Pah, Mah!”
“waalaikum Salam Wr.wb.”
“Bagaimana kabarnya, Pah?”
“alhamdulillah baik Rain. Oh iya Nak, Bagaimana dengan kuliahmu?’’
“Alhamdulillah lancar kok pah. Pah, ada yang mau Raina sampaikan.”
“apa nak?”
“Minggu depan diKampus Raina ada turnamen Bulu tangkis dan Raina dimintai tolong mengikuti turnamen itu,” ungakap Raina dengan ketakutan.
“Nak, kamu sekarang bukan anak kecil lagi. Selagi hal yang kamu lakukan itu positif dan membuat kamu berkembang tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Kamu tau mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang buruk untuk dirimu sendiri. Buatlah keputusan sendiri Rain. Papa dan mama hanya memberikan support yang terbaik untuk Reina.”
“hmm, Love you pa. Makasih.’’
Raina tak menyangka bahwa Papanya akan memberikan respon yang positif. Tak selang berapa lama, Raina mengakhiri telvonnya. Ia sangat bahagia hari ini. Rainapun bergegas kerumah Hanin.
“assalamu’alaikum Hanin, Nin.”
“waalaikum salam,” tanpa basa basi Raina langsung memeluk Hanin.
“Eh, ada apa sih Rain?” hanin yang kebinggungan melihat tingkah Raina yang sangat bahagia.
“latihan badminton sekarang yuk!” ajak Raina semakin membuat Hanin binggung.
“ih apa-an sih Rain, sini masuk dulu jangan buat Gue binggung kayak gini dong,” ungkap Hanin sedikit kesal.
“hehehe, iya maaf Nin. Yaudah gue masuk ya.”
“lo kenapa sih Rain keliatan seneng banget gitu?”
“Gue … gue dikasih restu sama Papa buat ikut Turnamen”
“HAH, seriusan Rain?” tanya Hanin dengan Kaget
“Iya gue Serius,”
Hanin sangat bahagia dan bersyukur. Ia langsung bergegas dari tempat duduk untuk mengambil ponsel dan memberitahu Kak Rasya.
“Hallo Kak Sya.”
“ada apa Nin, kok tumben telvon?”
“Kak nanti malam free nggak, ada yang mau aku bicarakan,” ucap Hanin.
“free. Mau ketemu dimana?”
“Di Gor dekat kampus aja kak. Sekalian Latihan, bisakan?”
“oke bisa. Mau jam berapa?”
“Emm, sehabis isya aja kak!”
“oke.”
Hanin kemudian menutup telvonnya. Ia menyiapkan beberapa surat kontrak yang nantinya akan diberikan kepada Raina. Dilain tempat, Raina sedang merebahkan badannya sambil menstalker i* kak Rasya. Ia masih belum percaya saja ketika orang tuannya memberikan kepercayaan sepenuhnya. Tiba-tiba saja terbesit dipikiran Raina tentang pertandingan yang nantinya akan ia ikuti dan menjadi patner kak Rasya.
“Gimana ya kalo nanti Gue ga bisa bertanding dengan maksimal,” Gumam Raina lirih.
Raina tersadar dari lamunannya Ketika menyadari bahwa sedari tadi ada yang mengetuk pintu kamarnya. Wanita cantik dengan kaos pendek bertuliskan adidas dan membawa dua buah raket tiba-tiba saja sudah berada didepannya. Tanpa bas abasi, Hanin langsung menyelinap masuk dan membuka lemari Raina. Ia mengambil kaos dan training berwarna biru.
“Rain, buruan ganti baju. Cepetan!” pinta Hanin.
Raina yang sama sekali tidak tau menau tentang rencana Hanin hanya terdiam dan mengikuti semua perintahnya. Raina masih kebinggungan dengan kedatangan Hanin yang secara tiba-tiba.
“Mau kemana sih Nin?” tanya Raina.
“udah, ikut aja. Entar juga tau. Tadi gue juga udah minta izin sama Nenek.”
Raina dan Hanin bergegas pergi ke kampus mengendarai montor Matic milik Hanin. Hanin memang sengaja tidak memberi tau Raina dan ia juga sengaja berangkat lebih awal dari jam yang sudah ditentukan, karena Hanin tau Kak Rasya sangat disiplin dan tepat waktu.
Sudah sekitar 10 menitan diperjalanan, akhirnya Raina dan Hanin tiba di Gor.
“Loh Nin, Ngapain ke-Gor malem-malem. Emangnya gue langsung Latihan malam ini ya?” Tanya Raina kebinggungan
“Masuk dulu aja, entar lo juga bakal tau.”
Raina dan Hanin melangkahkan kaki mereka dan berjalan masuk menuju gor. Didalam sudah ada beberapa teman-teman Hanin yang sama sekali tidak dikenali oleh Raina.
“Rain, gue tinggal kesana bentar ya?” ucap Hanin.
“Iya nin, tapi jangan lama-lama,” balas Raina.
“iya. Bentar doang.”
Karena merasa takut dan malu, Raina menyibukkan diri memainkan ponselnya. Tiba-tiba saja Raina dikagetkan dengan uluran tangan seorang pria. Jantungnya berdetak lebih kencang, pandangannya tak bisa dialihkan.
Tatapan itu, ah kenapa senyaman ini memandangnya?
“Hallo, Raina!” Sapa kak Rasya yang membuat Raina terkejut
“Ha-halo Kak,” Balas Raina membalas uluran tangan kak Rasya.
Kedatangan Kak Rasya membuat Raina mematikan ponselnya. Memakai training warna biru tuan dan kaos hitam polos membuat Raina hanya menundukkan kepalanya karena tersipu malu melihat kak Rasya yang begitu tampan malam ini.
Tiba-tiba saja kak Rasya duduk disamping Raina.
‘’Hanin dimana ya?” Tanya kak Rasya.
“kurang tau kak. Udah dari tadi pergi, tapi belum balik juga,” Ujar Raina.
Tanpa melanjutkan basa basi lagi, Kak Rasya kemudian mengambil Ponselnya dari dalam tas lalu menghubungi Hanin. Tak selang berapa lama, Hanin kemudian datang dengan membawa beberapa raket dan shuttlecock.
“ Nih, tanda tangan Kontrak dulu ya!” Pinta Hanin dengan mengulurkan sebuah kertas.
“Habis tanda tangan, ikut Gue bentar. Ketemu sama pelatih kita buat kenalan doang,” Lanjut Hanin.
“Siap Bos.”
Dilain sisi, Kak Rasya sedang mempersiapkan diri untuk berlatih terlebih dahulu. Sebelum memulai latihan, kak Rasya mengintruksikan teman-temannya untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu agar saat latihan nanti tidak ada yang mengalami cidera.
"Nin, hari ini langsung latihan?" Tanya Raina.
"iya. Nanti kita latihan berdua dulu. Soalnya kak Rasya masih mau ngelatih anak-anak baru lainnya," Ungkap Hanin.
Tak lama kemudian, Hanin dan Raina melangkahkan kaki untuk menemui pelatih mereka.
Bab 7Setelah melakukan pemanasan dan latihan sejenak , tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23.30. Hari sudah semakin malam dan ternyata Hanin malam ini tidak bisa pulang karena masih ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan dikampus.“Rain, keknya malam ini gue ga bisa pulang deh?” Ucap Hanin.“Lah, terus gue pulangnya gimana Nin. Yakali mau pesen grab tengah malem,” Ujar Raina.“Emm. Bentar. Kak Rasya, Kak,’’ Teriak Hanin.Hanin yang melihat Kak Rasya sedang bersiap-siap untuk pulang dengan sigapnya ia mengejar kak Rasya dan menghentikan langkahnya.“Apa-an Nin?” Tanya kak Rasya.“Emm, kak boleh minta tolong gak? Please bantuin.”“Gue bantu kalo gue bisa.”“Mo minta tolong anterin Raina pulang. Sekalian pendekatan gitu, biar nggak canggung-canggung amat hehe,” Ucap Hanin sedikit meledek.“Lah, emang lo nggak
BAB 1Pukul enam dini hari.Udara segar menyapaku diirinngi kicauan burung yang merdu. Suasana sangat memberikan semangat membuat hati ingin segera pergi menikmati fajar dipinggir kali. Aku menatap kearah langit, melihat fajar yang memancarkan keidahannya. Suasana pedesaan yang begitu elok dan rupawan membuatku jatuh cinta hingga lupa dengan keramaian yang ada disekitar. Lamunanku seketika buyar ketika ada sosok pria melintas dihadapanku. Pria dingin berwajah tampan nan rupawam yang katanya selalu jadi idola kalangan janda maupun anak-anak remaja didesa. “Hey, Raina. Pagi-pagi begini sudah melamun saja, sini main bulu tangkis bareng!’’Sontak terdengar suara Bela dan Hanin yang membuatku terkejut. Aku bergegas berjalan menuju lapangan. Dari kecil aku memang sudah menyukai Bulu tangkis, bahkan aku bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis internasional. Tapi sayangnya orang tuaku tidak memberikan dukungan penuh. Aku tak begitu handal dal
Bab 2 Kringg ... kringg ... kringgAlarm berbunyi menunjukkan pukul 07.00 pagi membuat Rania bergegas untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk mengkuti ospek hari pertamannya. “Hari ini hari pertama Ospek, semangat dan jangan sampai telat huftt,” Gumam Rania sambil memakai atribut wajib untuk ospek. Rania bergegas turun kebawah untuk berpamitan dengan nenek.“Nek, Rania berangkat dulu ya.”“Sini sarapan dulu Ran, Nenek sudah membuatkanmu nasi goreng spesial.”“Iya nek,” Aku bergegas menyantap nasi goreng buatan nenek. Waktu menunjukkan pukul 07.20 tapi Bella dan Hanin belum juga datang untuk menjeputkun. Disekitar rumah nenek, angkutan umum sangat susah untuk ditemui dan kalaupun ada kita harus pergi keperbatasan kota dengan menempuh jarak sekitar 15 sampai 20 menitan. Tiit ... tiit Terdengar suara kelakson mobil milik Hanin berbunyi. Bella dan Hanin sudah menunggunya didepan rumah. Raina ber
Bab 3“Ran, ada apa! Sedari tadi kuperhatikan kau melamun saja,” Tanya Bella.“Nggak papa Bel, lagi mikirin Hanin aja kok. Kira-kira gaimana ya nasib dia di fakultas olahraga sendirian, pasti kayak orang hilang tu anak,” Ujarku.“Haha. Ran, kau ini seperti tidak mengenali Hanin saja. Diakan sangat pintar beradaptasi dengan lingkungannya, sekali ketemu dah langsung membuat orang lain nyaman.”“I-iya juga sih.“Raina dan Bella terdiam. Mereka tiba-tiba melebarkan matanya saat Kak Sam melangkah mendekati.“Hey, Kalian berdua. Sedari awal saya menjelaskan materi kenapa malah bercerita sendiri!” ketusnya.“Maafkan kami kak.”“Maaf-maaf, lain kali jangan diulangi lagi. Tidak sopan berbicara sendiri,” Ucap Sam dengan nada tinggi.“Iya kak,” Ucap Raina dan Bella bersamaan.“Udahlah Sam, nanti kita kasih hukuman kepada mer
Bab 4Berbeda dengan sebelumnya, hari kedua Ospek jauh lebih displin dan harus tepat waktu. Pukul 06.30, seluruh peserta ospek diarahkan menuju lapangan. Ospek kedua sekligus menjadi penutupan dan peresmian seluruh peserta ospek menjadi mahasiswa bari Universitas Surabaya.Acara hari ini dimulai dengan upacara yang dibuka dengan sambutan dari ketua Rektorat juga sambutan dari ketua BEM Universitas Surabaya. Tak lupa pula penyematan almamater kepada mahasiswa baru diiringi dengan pelepasanan balon yang membawa selempang bertuliskan Ospek 2020 dan diringi atraksi pesawat tempur yang membentang diangkasa.Serangkaian acara penutupan ospek diisi dengan aktraksi dan pertunjukan-pertunjukan dari berbagai macak UKM yaang ada di kampus. Rasanya seperti disihir keika melihat aksi-aksi luar biasa para mahasiswa Universitas surabaya. Semua acara berjalan dengan lancar dan yang terakhir semua mahasiswa dibuat terpesona oleh ketampanan lima serangkain para panitia ospek pada
Bab 5Ospek telah kami tempuh selama dua hari dan hari ini semua mahasiswa akan memulai aktivitas belajar seperti biasanya.“Ran, masuk jam berapa?” tanya Hanin“masuk jam tujuh dan kayaknya setiap hari juga sama jamnya” keluh Raina kesal“lah kayak anak SD aja masuk jam tujuh hahaha” ledek HaninHari pertama menjalani kuliah, Rania sangat bersemangat. Ia mengunakan kemeja putih polos yang dipadupadankan dengan rok cream dan pasmina yang senada dengan roknya. Rania telah siap berangkat kuliah. Ia dan Bella berangkat terlebih dahulu dengan menaiki angkot menuju Kampus karena hari ini mobil milik Hanin sedang bermasalah.“Bel, nanti kita nyari tempat duduk yang paling depan aja ya?’’ungkap Rania“hmm, nanti kalo didepan gabisa tidur gimana Ran.”“halah kok tidur mulu pikirannya”“wkwkwk canda Ran. Iya deh kita duduk dibangku paling depan. S
Bab 7Setelah melakukan pemanasan dan latihan sejenak , tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23.30. Hari sudah semakin malam dan ternyata Hanin malam ini tidak bisa pulang karena masih ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan dikampus.“Rain, keknya malam ini gue ga bisa pulang deh?” Ucap Hanin.“Lah, terus gue pulangnya gimana Nin. Yakali mau pesen grab tengah malem,” Ujar Raina.“Emm. Bentar. Kak Rasya, Kak,’’ Teriak Hanin.Hanin yang melihat Kak Rasya sedang bersiap-siap untuk pulang dengan sigapnya ia mengejar kak Rasya dan menghentikan langkahnya.“Apa-an Nin?” Tanya kak Rasya.“Emm, kak boleh minta tolong gak? Please bantuin.”“Gue bantu kalo gue bisa.”“Mo minta tolong anterin Raina pulang. Sekalian pendekatan gitu, biar nggak canggung-canggung amat hehe,” Ucap Hanin sedikit meledek.“Lah, emang lo nggak
Bab 6 Setelah melewati malam-malam penuh kegelisahan, Jujur saja ini kali pertama aku memberanikan diri meminta izin kepada orang tuaku walaupun hanya sekedar lewat media Telepon. “assalamu’alaikum wr.wb. Pah, Mah!” “waalaikum Salam Wr.wb.” “Bagaimana kabarnya, Pah?” “alhamdulillah baik Rain. Oh iya Nak, Bagaimana dengan kuliahmu?’’ “Alhamdulillah lancar kok pah. Pah, ada yang mau Raina sampaikan.” “apa nak?” “Minggu depan diKampus Raina ada turnamen Bulu tangkis dan Raina dimintai tolong mengikuti turnamen itu,” ungakap Raina dengan ketakutan. “Nak, kamu sekarang bukan anak kecil lagi. Selagi hal yang kamu lakukan itu positif dan membuat kamu berkembang tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Kamu tau mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang buruk untuk dirimu sendiri. Buatlah keputusan sendiri Rain. Papa dan mama hanya memberikan support yang terbaik untuk Reina.” “hmm, Love you pa. Makasih.’’
Bab 5Ospek telah kami tempuh selama dua hari dan hari ini semua mahasiswa akan memulai aktivitas belajar seperti biasanya.“Ran, masuk jam berapa?” tanya Hanin“masuk jam tujuh dan kayaknya setiap hari juga sama jamnya” keluh Raina kesal“lah kayak anak SD aja masuk jam tujuh hahaha” ledek HaninHari pertama menjalani kuliah, Rania sangat bersemangat. Ia mengunakan kemeja putih polos yang dipadupadankan dengan rok cream dan pasmina yang senada dengan roknya. Rania telah siap berangkat kuliah. Ia dan Bella berangkat terlebih dahulu dengan menaiki angkot menuju Kampus karena hari ini mobil milik Hanin sedang bermasalah.“Bel, nanti kita nyari tempat duduk yang paling depan aja ya?’’ungkap Rania“hmm, nanti kalo didepan gabisa tidur gimana Ran.”“halah kok tidur mulu pikirannya”“wkwkwk canda Ran. Iya deh kita duduk dibangku paling depan. S
Bab 4Berbeda dengan sebelumnya, hari kedua Ospek jauh lebih displin dan harus tepat waktu. Pukul 06.30, seluruh peserta ospek diarahkan menuju lapangan. Ospek kedua sekligus menjadi penutupan dan peresmian seluruh peserta ospek menjadi mahasiswa bari Universitas Surabaya.Acara hari ini dimulai dengan upacara yang dibuka dengan sambutan dari ketua Rektorat juga sambutan dari ketua BEM Universitas Surabaya. Tak lupa pula penyematan almamater kepada mahasiswa baru diiringi dengan pelepasanan balon yang membawa selempang bertuliskan Ospek 2020 dan diringi atraksi pesawat tempur yang membentang diangkasa.Serangkaian acara penutupan ospek diisi dengan aktraksi dan pertunjukan-pertunjukan dari berbagai macak UKM yaang ada di kampus. Rasanya seperti disihir keika melihat aksi-aksi luar biasa para mahasiswa Universitas surabaya. Semua acara berjalan dengan lancar dan yang terakhir semua mahasiswa dibuat terpesona oleh ketampanan lima serangkain para panitia ospek pada
Bab 3“Ran, ada apa! Sedari tadi kuperhatikan kau melamun saja,” Tanya Bella.“Nggak papa Bel, lagi mikirin Hanin aja kok. Kira-kira gaimana ya nasib dia di fakultas olahraga sendirian, pasti kayak orang hilang tu anak,” Ujarku.“Haha. Ran, kau ini seperti tidak mengenali Hanin saja. Diakan sangat pintar beradaptasi dengan lingkungannya, sekali ketemu dah langsung membuat orang lain nyaman.”“I-iya juga sih.“Raina dan Bella terdiam. Mereka tiba-tiba melebarkan matanya saat Kak Sam melangkah mendekati.“Hey, Kalian berdua. Sedari awal saya menjelaskan materi kenapa malah bercerita sendiri!” ketusnya.“Maafkan kami kak.”“Maaf-maaf, lain kali jangan diulangi lagi. Tidak sopan berbicara sendiri,” Ucap Sam dengan nada tinggi.“Iya kak,” Ucap Raina dan Bella bersamaan.“Udahlah Sam, nanti kita kasih hukuman kepada mer
Bab 2 Kringg ... kringg ... kringgAlarm berbunyi menunjukkan pukul 07.00 pagi membuat Rania bergegas untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk mengkuti ospek hari pertamannya. “Hari ini hari pertama Ospek, semangat dan jangan sampai telat huftt,” Gumam Rania sambil memakai atribut wajib untuk ospek. Rania bergegas turun kebawah untuk berpamitan dengan nenek.“Nek, Rania berangkat dulu ya.”“Sini sarapan dulu Ran, Nenek sudah membuatkanmu nasi goreng spesial.”“Iya nek,” Aku bergegas menyantap nasi goreng buatan nenek. Waktu menunjukkan pukul 07.20 tapi Bella dan Hanin belum juga datang untuk menjeputkun. Disekitar rumah nenek, angkutan umum sangat susah untuk ditemui dan kalaupun ada kita harus pergi keperbatasan kota dengan menempuh jarak sekitar 15 sampai 20 menitan. Tiit ... tiit Terdengar suara kelakson mobil milik Hanin berbunyi. Bella dan Hanin sudah menunggunya didepan rumah. Raina ber
BAB 1Pukul enam dini hari.Udara segar menyapaku diirinngi kicauan burung yang merdu. Suasana sangat memberikan semangat membuat hati ingin segera pergi menikmati fajar dipinggir kali. Aku menatap kearah langit, melihat fajar yang memancarkan keidahannya. Suasana pedesaan yang begitu elok dan rupawan membuatku jatuh cinta hingga lupa dengan keramaian yang ada disekitar. Lamunanku seketika buyar ketika ada sosok pria melintas dihadapanku. Pria dingin berwajah tampan nan rupawam yang katanya selalu jadi idola kalangan janda maupun anak-anak remaja didesa. “Hey, Raina. Pagi-pagi begini sudah melamun saja, sini main bulu tangkis bareng!’’Sontak terdengar suara Bela dan Hanin yang membuatku terkejut. Aku bergegas berjalan menuju lapangan. Dari kecil aku memang sudah menyukai Bulu tangkis, bahkan aku bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis internasional. Tapi sayangnya orang tuaku tidak memberikan dukungan penuh. Aku tak begitu handal dal