Bab 4
Berbeda dengan sebelumnya, hari kedua Ospek jauh lebih displin dan harus tepat waktu. Pukul 06.30, seluruh peserta ospek diarahkan menuju lapangan. Ospek kedua sekligus menjadi penutupan dan peresmian seluruh peserta ospek menjadi mahasiswa bari Universitas Surabaya.
Acara hari ini dimulai dengan upacara yang dibuka dengan sambutan dari ketua Rektorat juga sambutan dari ketua BEM Universitas Surabaya. Tak lupa pula penyematan almamater kepada mahasiswa baru diiringi dengan pelepasanan balon yang membawa selempang bertuliskan Ospek 2020 dan diringi atraksi pesawat tempur yang membentang diangkasa.
Serangkaian acara penutupan ospek diisi dengan aktraksi dan pertunjukan-pertunjukan dari berbagai macak UKM yaang ada di kampus. Rasanya seperti disihir keika melihat aksi-aksi luar biasa para mahasiswa Universitas surabaya. Semua acara berjalan dengan lancar dan yang terakhir semua mahasiswa dibuat terpesona oleh ketampanan lima serangkain para panitia ospek pada saat meminta maaf untuk segalaa kekhilafan dan juga ketidaksengajaan dalam berucap.
Setelah beberapa jam acara penututpan ospek berlangsung, para mahasiswa dikkondisikan untuk menuju Gor yang sudah dipersiapkan oleh panitia. Semuanya duduk sesuai dengan tempat awal mereka. Ada beberapa mahasiswa baru yang sudah mulai akrab satu sama lain, walaupun belum terlalu mengenal semua nama yang ada difakultas mereka.
Raina dan Bella sedari tadi celingukan mencari keberadaan dua senior yang memberikan mereka hukuman. Raina yang mulai kesal karena tidak kunjung menemukan mereka akhirnya berdiri dari dari tempat duduknya dan berjalan kebelakang dengan niat membasuh mukanya. Tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik paksa tangan Raina agar tetap duduk dan berdiam diri di tempatnya. Belum sempat memahari pria yang dengan lancang memaksanya kembali, Raina sudah dikagetkan dengan ucapan yang dilontarkannya.
“Tetap duduk dan diam ditempat,”Suara lantang milik kak Sem.
Raina menekuk wajahnya dengan bibir mengerucut. Ia tampak kesal dengan sikap kak sem yang menariknya secara paksa, padahal Raina tak membuat kesalahan apapun.
“Apa-apaan sih kak. Saya itu kebelakang mau mencuci muka, kenapa malah ditarik secara paksa seperti itu huh !” ucap Raina kesal.
Melihat sahabatnya yang sedang kesal dengan Kak Sem, Bella kemudian menepuk bahunya dan mendekatkan wajahnya ditelinga Raina.
“Rain, sudah jangan marah-marah. Nanti hukuman kita bisa-bisa ditambah lagi,”Ucap Bella dengan lirih.
Raina menghela nafasnyya “Maaf kak kalau saya kurang sopan!” timpal Raina dengan wajah terpaksa.
“Mana tugas yang saya berikan kemarin kepada kalian?’’ tanya Sem.
“Ini kak tugasnya. Sudah tuntas dan sudah selesai hukuman kami,” Timpal Raina dengan memberikan resuman juga buku-buku tebal kepada Kak Sem dan Kak Bagas.
“Oh iya Rain, kalau saya Chat tolong dibalas ya pessannyya. Jangan Cuma dianggurin pesennya cowok populer seantena jagat raya,” Ucap kak bagas dengan sedikit meledek Raina.
Ledekan dari kak Bagas berhasil membuat Raina yang tadinya kesal jadi tersenyum dan sedikit kaget. Pesan masuk dari Kak Bagas memang belum dibalas oleh Raina, Raina masih mbelum sempat membalas pesannya karena masih mengerjakan hukuman dari kedua senior ini. Raina baru menyadari kalau Kak Bagas diam-diam sudah mengambil nomer Raina diponselnya kemarin. Kak bagas dan Kak Sam memang berbeda. Yang satu juteknya minta ampun, yang satu lagi selalu ngelawak sesuka hati.
Setelah beberapa jam kemudian, terdengar suara dari depan. Ternyaata sumber suaranya berasal dari pembawa acara yang berada didepan.
“Hallo mahasiswa baru Universitas Surabaya. Masih semangat semuanya. Pastinya masih dong. Baik karena hari ini hari terakhir ospek, mari kita rayakan hari terakhir ini bersama-sama.”
Pertunjukan-pertunjukan dari panitia sangat memukai. Ada yang menyanyi, menari, ngedance, membaca puisi, melawak dan masih banyak hiiburan-hiburan lainnya.
Sekelompok pria-pria tampan maju keatas panggung. Tak disangka bahwa kelima orang tersebut adalah sekelompok senior tampak diUniversitas surabaya. Mereka berkolabaorasi membentuk sebuah band dan menyanyikan sebuah lagu dari Gary and The Pacemakers- You'll never walk alone.
Raina menatap keramaian, semua mahasiswa lebih banyak yang berdiri. Seruan mahasiswa dibawah panggung semakin kencang sambil bertepuk tangan.
When you walk through a stormHold your head up highAnd don't be afraid of the dark
At the end of a stormThere's a golden skyAnd the sweet silver song of a lark
Walk on through the windWalk on through the rainThough your dreams be tossed and blown
Walk on, walk onWith hope in your heartAnd you'll never walk alone
You'll never walk alone
Walk on, walk onWith hope in your heartAnd you'll never walk alone
You'll never walk alone
Semua mahasiswa tampak sangat menikmati pertunjukan senior-senior tampan itu. Sedari tadi Raina baru menyadari bahwa vokalis dari Band tersebut adalah Kak Bagas. Tidak hanya tampan dan humoris saja, kak Bagas juga memiliki suara yang sangat merdu membuat para mahasiswa terpikat melihatnya. Sontak terdengar suara jeritan salah satu mahasiswa
“aduh Kak Bagas, bikin aku mabuk kepayang. Sudah tampan, baik hati, punya suara merdu lagi," Celotehan salah satu wanita didekatku.
Tiba-tiba saja Kak Bagas turun kebawah panggung. Sontak seluruh mahasiswa histeris. Ia berjalan melewati beberapa mahasiswa dengan membawa sepucuk bunga mawar. Raina membelalak, ia terkejut ketika kak bagas memeberikan bunga tersebut kepadanya.
“Cieee,” Sorak seluruh mahasiswa.
Raina hanya terdiam dan menerima bunga yang diberikan oleh Kak Bagas. Raina sangat merasa malu ketika banyak mahasiswa yang menyorakinnya tadi.
“Ah sial, ngapain si kak Bagas ngasi Bunga ditempat umum segala!” celetukku kesal.
“Jangan-jangan Kak Bagas diam-diaam menyukaimu Rain,” Ucap Hanin.
“Cieee Rainaa,” Ledek Hanin dan Bella.
Raina hanya bisa menundukkan kepalanya karena merasa malu.
Pukul 17.00 acara ospek resmi ditutup. Raina dan kedua sahabatnya itu berjalan melewati koridor kampus. Setibanya di tempat parkir, Raina tak sengaja melihat Rasya, Bagas dan Sam yang sedang kebinggungan sepertinya mereka sedang terkena musibah.
“Hai kak, ada apa? Kok seperti orang kebingungan saja,” Ucap Hanin kepada Kak Rasya.
Hanin begitu terlihat akrab dengan kak Rasya. Sudah beberapa kali aku melihat Hanin berbincang-bincang dengan Kak Rasya. Entaah apa yang sebenarnya mereka bicarakan.
“Iya Nin. Motor kami bertiga sama-sama bocor dan sekarang binggung mau puang pake apa,” Jelas kak Rasya.
“Oh yasudah, bareng sama kami aja kak. Toh juga searah kan.”
Tanpa berpikir panjang lebar, mereka langsung mengiyakan ajakan dari Hanin.
Hanin dan kak Rasya duduk bersebelahan didepan. Sedangkan aku dan Bella duduk dibelakang bersama senior aneh dan menyebalkan. Disepanjang jalan, kak Rasya dan Hanin membahas jadwal latihan mereka dan mecari satu orang lagi untuk patner kak Rasya diTurnamen yang akan diadakan minggu depan.
“sepertinya aku punya orang yang tepat untuk dijadikan patner saat pertandingan nanti kak!” ucap Hanin dengan penuh percaya diri.
Hanin tiba-tiba menoleh kebelakang. Menatapku dengan penuh harapan. Sepertinya ada sesuatu yang ingin ia katakan.
“Ran, ga mau gabung sama kita?” tanya Hanin.
Raina kaget ketika mendengar ajakan Hanin. Dia tau kalau aku sangat menyukai Bulu tangkis sedari dulu, dia juga tau kalau aku memiliki cita-cita menjadi seorang atlet bulu tangkis terkenal dan ikut turnamen dimana-mana seperti dia. Raina hanya terdiam menatap Hanin dengan tatapan kosong.
“Ayolah Rain, ini kesempatan bagus lo. Rugi kalo kamu nolak, apalagi jadi patner Kak Rasya,” Ledek Hanin.
Kas Rasya sedikit tersenyum dan sedikit melirikku lewat kaca depan mobil.
Bab 5Ospek telah kami tempuh selama dua hari dan hari ini semua mahasiswa akan memulai aktivitas belajar seperti biasanya.“Ran, masuk jam berapa?” tanya Hanin“masuk jam tujuh dan kayaknya setiap hari juga sama jamnya” keluh Raina kesal“lah kayak anak SD aja masuk jam tujuh hahaha” ledek HaninHari pertama menjalani kuliah, Rania sangat bersemangat. Ia mengunakan kemeja putih polos yang dipadupadankan dengan rok cream dan pasmina yang senada dengan roknya. Rania telah siap berangkat kuliah. Ia dan Bella berangkat terlebih dahulu dengan menaiki angkot menuju Kampus karena hari ini mobil milik Hanin sedang bermasalah.“Bel, nanti kita nyari tempat duduk yang paling depan aja ya?’’ungkap Rania“hmm, nanti kalo didepan gabisa tidur gimana Ran.”“halah kok tidur mulu pikirannya”“wkwkwk canda Ran. Iya deh kita duduk dibangku paling depan. S
Bab 6 Setelah melewati malam-malam penuh kegelisahan, Jujur saja ini kali pertama aku memberanikan diri meminta izin kepada orang tuaku walaupun hanya sekedar lewat media Telepon. “assalamu’alaikum wr.wb. Pah, Mah!” “waalaikum Salam Wr.wb.” “Bagaimana kabarnya, Pah?” “alhamdulillah baik Rain. Oh iya Nak, Bagaimana dengan kuliahmu?’’ “Alhamdulillah lancar kok pah. Pah, ada yang mau Raina sampaikan.” “apa nak?” “Minggu depan diKampus Raina ada turnamen Bulu tangkis dan Raina dimintai tolong mengikuti turnamen itu,” ungakap Raina dengan ketakutan. “Nak, kamu sekarang bukan anak kecil lagi. Selagi hal yang kamu lakukan itu positif dan membuat kamu berkembang tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Kamu tau mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang buruk untuk dirimu sendiri. Buatlah keputusan sendiri Rain. Papa dan mama hanya memberikan support yang terbaik untuk Reina.” “hmm, Love you pa. Makasih.’’
Bab 7Setelah melakukan pemanasan dan latihan sejenak , tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23.30. Hari sudah semakin malam dan ternyata Hanin malam ini tidak bisa pulang karena masih ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan dikampus.“Rain, keknya malam ini gue ga bisa pulang deh?” Ucap Hanin.“Lah, terus gue pulangnya gimana Nin. Yakali mau pesen grab tengah malem,” Ujar Raina.“Emm. Bentar. Kak Rasya, Kak,’’ Teriak Hanin.Hanin yang melihat Kak Rasya sedang bersiap-siap untuk pulang dengan sigapnya ia mengejar kak Rasya dan menghentikan langkahnya.“Apa-an Nin?” Tanya kak Rasya.“Emm, kak boleh minta tolong gak? Please bantuin.”“Gue bantu kalo gue bisa.”“Mo minta tolong anterin Raina pulang. Sekalian pendekatan gitu, biar nggak canggung-canggung amat hehe,” Ucap Hanin sedikit meledek.“Lah, emang lo nggak
BAB 1Pukul enam dini hari.Udara segar menyapaku diirinngi kicauan burung yang merdu. Suasana sangat memberikan semangat membuat hati ingin segera pergi menikmati fajar dipinggir kali. Aku menatap kearah langit, melihat fajar yang memancarkan keidahannya. Suasana pedesaan yang begitu elok dan rupawan membuatku jatuh cinta hingga lupa dengan keramaian yang ada disekitar. Lamunanku seketika buyar ketika ada sosok pria melintas dihadapanku. Pria dingin berwajah tampan nan rupawam yang katanya selalu jadi idola kalangan janda maupun anak-anak remaja didesa. “Hey, Raina. Pagi-pagi begini sudah melamun saja, sini main bulu tangkis bareng!’’Sontak terdengar suara Bela dan Hanin yang membuatku terkejut. Aku bergegas berjalan menuju lapangan. Dari kecil aku memang sudah menyukai Bulu tangkis, bahkan aku bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis internasional. Tapi sayangnya orang tuaku tidak memberikan dukungan penuh. Aku tak begitu handal dal
Bab 2 Kringg ... kringg ... kringgAlarm berbunyi menunjukkan pukul 07.00 pagi membuat Rania bergegas untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk mengkuti ospek hari pertamannya. “Hari ini hari pertama Ospek, semangat dan jangan sampai telat huftt,” Gumam Rania sambil memakai atribut wajib untuk ospek. Rania bergegas turun kebawah untuk berpamitan dengan nenek.“Nek, Rania berangkat dulu ya.”“Sini sarapan dulu Ran, Nenek sudah membuatkanmu nasi goreng spesial.”“Iya nek,” Aku bergegas menyantap nasi goreng buatan nenek. Waktu menunjukkan pukul 07.20 tapi Bella dan Hanin belum juga datang untuk menjeputkun. Disekitar rumah nenek, angkutan umum sangat susah untuk ditemui dan kalaupun ada kita harus pergi keperbatasan kota dengan menempuh jarak sekitar 15 sampai 20 menitan. Tiit ... tiit Terdengar suara kelakson mobil milik Hanin berbunyi. Bella dan Hanin sudah menunggunya didepan rumah. Raina ber
Bab 3“Ran, ada apa! Sedari tadi kuperhatikan kau melamun saja,” Tanya Bella.“Nggak papa Bel, lagi mikirin Hanin aja kok. Kira-kira gaimana ya nasib dia di fakultas olahraga sendirian, pasti kayak orang hilang tu anak,” Ujarku.“Haha. Ran, kau ini seperti tidak mengenali Hanin saja. Diakan sangat pintar beradaptasi dengan lingkungannya, sekali ketemu dah langsung membuat orang lain nyaman.”“I-iya juga sih.“Raina dan Bella terdiam. Mereka tiba-tiba melebarkan matanya saat Kak Sam melangkah mendekati.“Hey, Kalian berdua. Sedari awal saya menjelaskan materi kenapa malah bercerita sendiri!” ketusnya.“Maafkan kami kak.”“Maaf-maaf, lain kali jangan diulangi lagi. Tidak sopan berbicara sendiri,” Ucap Sam dengan nada tinggi.“Iya kak,” Ucap Raina dan Bella bersamaan.“Udahlah Sam, nanti kita kasih hukuman kepada mer
Bab 7Setelah melakukan pemanasan dan latihan sejenak , tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23.30. Hari sudah semakin malam dan ternyata Hanin malam ini tidak bisa pulang karena masih ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan dikampus.“Rain, keknya malam ini gue ga bisa pulang deh?” Ucap Hanin.“Lah, terus gue pulangnya gimana Nin. Yakali mau pesen grab tengah malem,” Ujar Raina.“Emm. Bentar. Kak Rasya, Kak,’’ Teriak Hanin.Hanin yang melihat Kak Rasya sedang bersiap-siap untuk pulang dengan sigapnya ia mengejar kak Rasya dan menghentikan langkahnya.“Apa-an Nin?” Tanya kak Rasya.“Emm, kak boleh minta tolong gak? Please bantuin.”“Gue bantu kalo gue bisa.”“Mo minta tolong anterin Raina pulang. Sekalian pendekatan gitu, biar nggak canggung-canggung amat hehe,” Ucap Hanin sedikit meledek.“Lah, emang lo nggak
Bab 6 Setelah melewati malam-malam penuh kegelisahan, Jujur saja ini kali pertama aku memberanikan diri meminta izin kepada orang tuaku walaupun hanya sekedar lewat media Telepon. “assalamu’alaikum wr.wb. Pah, Mah!” “waalaikum Salam Wr.wb.” “Bagaimana kabarnya, Pah?” “alhamdulillah baik Rain. Oh iya Nak, Bagaimana dengan kuliahmu?’’ “Alhamdulillah lancar kok pah. Pah, ada yang mau Raina sampaikan.” “apa nak?” “Minggu depan diKampus Raina ada turnamen Bulu tangkis dan Raina dimintai tolong mengikuti turnamen itu,” ungakap Raina dengan ketakutan. “Nak, kamu sekarang bukan anak kecil lagi. Selagi hal yang kamu lakukan itu positif dan membuat kamu berkembang tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Kamu tau mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang buruk untuk dirimu sendiri. Buatlah keputusan sendiri Rain. Papa dan mama hanya memberikan support yang terbaik untuk Reina.” “hmm, Love you pa. Makasih.’’
Bab 5Ospek telah kami tempuh selama dua hari dan hari ini semua mahasiswa akan memulai aktivitas belajar seperti biasanya.“Ran, masuk jam berapa?” tanya Hanin“masuk jam tujuh dan kayaknya setiap hari juga sama jamnya” keluh Raina kesal“lah kayak anak SD aja masuk jam tujuh hahaha” ledek HaninHari pertama menjalani kuliah, Rania sangat bersemangat. Ia mengunakan kemeja putih polos yang dipadupadankan dengan rok cream dan pasmina yang senada dengan roknya. Rania telah siap berangkat kuliah. Ia dan Bella berangkat terlebih dahulu dengan menaiki angkot menuju Kampus karena hari ini mobil milik Hanin sedang bermasalah.“Bel, nanti kita nyari tempat duduk yang paling depan aja ya?’’ungkap Rania“hmm, nanti kalo didepan gabisa tidur gimana Ran.”“halah kok tidur mulu pikirannya”“wkwkwk canda Ran. Iya deh kita duduk dibangku paling depan. S
Bab 4Berbeda dengan sebelumnya, hari kedua Ospek jauh lebih displin dan harus tepat waktu. Pukul 06.30, seluruh peserta ospek diarahkan menuju lapangan. Ospek kedua sekligus menjadi penutupan dan peresmian seluruh peserta ospek menjadi mahasiswa bari Universitas Surabaya.Acara hari ini dimulai dengan upacara yang dibuka dengan sambutan dari ketua Rektorat juga sambutan dari ketua BEM Universitas Surabaya. Tak lupa pula penyematan almamater kepada mahasiswa baru diiringi dengan pelepasanan balon yang membawa selempang bertuliskan Ospek 2020 dan diringi atraksi pesawat tempur yang membentang diangkasa.Serangkaian acara penutupan ospek diisi dengan aktraksi dan pertunjukan-pertunjukan dari berbagai macak UKM yaang ada di kampus. Rasanya seperti disihir keika melihat aksi-aksi luar biasa para mahasiswa Universitas surabaya. Semua acara berjalan dengan lancar dan yang terakhir semua mahasiswa dibuat terpesona oleh ketampanan lima serangkain para panitia ospek pada
Bab 3“Ran, ada apa! Sedari tadi kuperhatikan kau melamun saja,” Tanya Bella.“Nggak papa Bel, lagi mikirin Hanin aja kok. Kira-kira gaimana ya nasib dia di fakultas olahraga sendirian, pasti kayak orang hilang tu anak,” Ujarku.“Haha. Ran, kau ini seperti tidak mengenali Hanin saja. Diakan sangat pintar beradaptasi dengan lingkungannya, sekali ketemu dah langsung membuat orang lain nyaman.”“I-iya juga sih.“Raina dan Bella terdiam. Mereka tiba-tiba melebarkan matanya saat Kak Sam melangkah mendekati.“Hey, Kalian berdua. Sedari awal saya menjelaskan materi kenapa malah bercerita sendiri!” ketusnya.“Maafkan kami kak.”“Maaf-maaf, lain kali jangan diulangi lagi. Tidak sopan berbicara sendiri,” Ucap Sam dengan nada tinggi.“Iya kak,” Ucap Raina dan Bella bersamaan.“Udahlah Sam, nanti kita kasih hukuman kepada mer
Bab 2 Kringg ... kringg ... kringgAlarm berbunyi menunjukkan pukul 07.00 pagi membuat Rania bergegas untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk mengkuti ospek hari pertamannya. “Hari ini hari pertama Ospek, semangat dan jangan sampai telat huftt,” Gumam Rania sambil memakai atribut wajib untuk ospek. Rania bergegas turun kebawah untuk berpamitan dengan nenek.“Nek, Rania berangkat dulu ya.”“Sini sarapan dulu Ran, Nenek sudah membuatkanmu nasi goreng spesial.”“Iya nek,” Aku bergegas menyantap nasi goreng buatan nenek. Waktu menunjukkan pukul 07.20 tapi Bella dan Hanin belum juga datang untuk menjeputkun. Disekitar rumah nenek, angkutan umum sangat susah untuk ditemui dan kalaupun ada kita harus pergi keperbatasan kota dengan menempuh jarak sekitar 15 sampai 20 menitan. Tiit ... tiit Terdengar suara kelakson mobil milik Hanin berbunyi. Bella dan Hanin sudah menunggunya didepan rumah. Raina ber
BAB 1Pukul enam dini hari.Udara segar menyapaku diirinngi kicauan burung yang merdu. Suasana sangat memberikan semangat membuat hati ingin segera pergi menikmati fajar dipinggir kali. Aku menatap kearah langit, melihat fajar yang memancarkan keidahannya. Suasana pedesaan yang begitu elok dan rupawan membuatku jatuh cinta hingga lupa dengan keramaian yang ada disekitar. Lamunanku seketika buyar ketika ada sosok pria melintas dihadapanku. Pria dingin berwajah tampan nan rupawam yang katanya selalu jadi idola kalangan janda maupun anak-anak remaja didesa. “Hey, Raina. Pagi-pagi begini sudah melamun saja, sini main bulu tangkis bareng!’’Sontak terdengar suara Bela dan Hanin yang membuatku terkejut. Aku bergegas berjalan menuju lapangan. Dari kecil aku memang sudah menyukai Bulu tangkis, bahkan aku bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis internasional. Tapi sayangnya orang tuaku tidak memberikan dukungan penuh. Aku tak begitu handal dal