"Ilmu 'Penyangga Tubuh Kuatkan Jiwa' memang ilmu dahsyat! Ketiga gadis ini akan kuberi pelajaran!"
Kali ini, Nenek Cabullah yang tak mau membuang waktu. Terutama mengingat dia harus selekasnya tiba di Bukit Watu Hatur. Keinginannya untuk bertemu dengan Raja Setan Seruling Maut guna mendapatkan Seruling Gading, makin melingkar dalam di hatinya.
Dengan pergunakan ilmu 'Penyangga Tubuh Kuatkan Jiwa', Nenek Cabul menggebrak kembali. Dayang Kemilau yang dapat merasakan perubahan serangan lawan, segera saja lipat gandakan tenaga dalamnya.
Namun dua bayangan telah mendahuluinya dengan teriakan membahana. Saat itu pula hawa panas yang keluar dari pukulan Nenek Cabul tertahan oleh dua bongkah kabut hitam yang keluarkan udara luar biasa dingin yang dilancarkan oleh Dayang Pandan dan Dayang Harum. Rupanya, kedua gadis ini tak mau nasib sial menimpa Dayang Kemilau setelah yang pertama kali dikalahkan oleh pemuda yang mengaku bernama Lolo Bodong.
Blaaarr! Blaarrr!
"Aku juga berharap demikian. Apakah kau pikir dia termakan oleh akalmu waktu itu?"Raja Dewa menggelengkan kepala."Aku tidak yakin. Karena tenaga 'Pembalik Bumi' yang diam-diam kusalurkan dan kutakut-takuti dia dengan mengatakan Trisula Mata Empat akan menyerang pemegangnya bila tak tahu bagaimana cara mengendalikannya, akan hilang dengan sendirinya setelah lima kali penanakan nasi.""Berarti, senjata mustika milikmu itu masih berada di tangannya....""Kemungkinan besar seperti itu. Dapatkah kau membayangkan, bila Nenek Cabul bermaksud bergabung dengan Raja Setan Seruling Maut. Dua manusia sesat yang memiliki senjata-senjata mustika yang bukan miliknya, akan membuat rimba persilatan ini semakin bertambah kacau...."Masing-masing orang kembali terdiam. Dan tatkala keduanya dilanda sepi dan diredam malam yang dingin, keduanya melihat satu sosok tubuh yang mengenakan pakaian terbuat dari sutera berkelebat dari jarak dua puluh tombak di samping kanan
Memutuskan demikian, pemuda dari Sungai ular ini segera menceritakan apa yang dialaminya. Dan di luar dugaan terdengar sahutan Raja Siluman Ular Putih, "Justru kaulah yang harus memecahkannya, Manggala. Karena, ini adalah kesepakatanku dengan Pendekar Bijaksana....""Oh!""Tanpa diketahui siapa pun, Pendekar Bijaksana telah membicarakan persoalan itu denganku. Aku juga yang turut mengatur semua ini. Pendekar Bijaksana akan menantang Seruling Maut bertarung di Bukit Watu Hatur, tetapi engkaulah yang akan menghadapinya.""Mengapa, Guru?""Ini sudah aturan mainnya.""Mengapa Guru tidak turun tangan?""Kemunculan Pendekar Bijaksana, adalah untuk menguji kebenaran tentang berita yang didengarnya. Sementara aku sendiri sudah bertambah tua, kendati usiaku jauh berbeda dengan Pendekar Bijaksana...."Diam-diam Manggala mendengus dalam hati."Huh! Memang susah berbicara dengan orang-orang seperti mereka. Lantas, ke mana perginya Guru Dew
Dengan suara sarat dendam, Siluman Kawah Api menceritakan pengalamannya tatkala mendapati sosok Iblis Lembah Ular yang pingsan. Setelah memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, mendadak saja perempuan tua ini dikejutkan oleh satu suara yang entah berasal dari mana. Kemarahannya pun muncul. Dengan pukulan-pukulan dahsyat dia berusaha menemukan dan memaksa keluar orang yang justru berkata-kata menyakitkan telinganya. Tetapi sampai tempat di mana sosok Iblis Lembah Ular pingsan berkobar oleh api-api yang dilepaskannya, orang yang dimaksud Siluman Kawah Api tetap tak menampakkan batang hidungnya. Dan api-api yang dipadamkan oleh Buang Totang Samudero itulah yang berasal dari api yang dilepaskan oleh si nenek berdagu lancip ini.Mendengar cerita orang, Raja Setan Seruling Maut kernyitkan keningnya. Lalu terdengar suaranya pelan namun tegas, “Aku bisa menebak siapa orang itu adanya....""Siapa?!" sambar Siluman Kawah Api cepat dengan rahang dikertakkan."Pendeka
SEPEMINUMAN teh berlalu. Bukit Watu Hatur mulai dibiasi sinar matahari yang mencorong cukup menyengat. Sosok Raja Setan Seruling Maut dan Siluman Kawah Api tetap berdiri agak berhimpitan di atas batu cadas. Keseimbangan kedua tokoh sesat ini memang sudah sangat tinggi. Kendati batu cadas itu cukup menyulitkan mereka berdiri, keduanya tetap tegak seolah menantang langit. Sementara itu, sosok lelaki berlengan kiri buntung itu juga tegak berdiri. Ada keinginan kuat untuk melirik Raja Setan Seruling Maut dan Siluman Kawah Api. Terutama ingin memperjelas siapakah perempuan berdagu lancip yang mengenakan pakaian panjang warna jingga kemerahan.Namun, Maut Tangan Satu tak berani melakukannya. Dalam keheningan malam yang membius, mendadak satu sosok berpakaian dan berjubah hitam berkelebat ke sana. Lelaki yang di pipi kanannya terdapat codetan bekas luka ini, dalam dua tarikan napas saja sudah berdiri di hadapan Raja Setan Seruling Maut dan Siluman Kawah Api."Maafkan kedatang
Raja Setan Seruling Maut langsung buka mulut, "Perempuan yang baru datang! Apakah kehadiranmu di tempat ini untuk buka urusan denganku!"Perempuan yang tak lain Nenek Cabul adanya, pasang senyum. Dicobanya mempergunakan daya tarik yang dimilikinya guna memikat Raja Setan Seruling Maut. Sikap yang diperlihatkannya itu memancing dengusan Siluman Kawah Api."Orang yang telah lama ingin kujumpa! Sudah tentu aku tak memiliki keinginan seperti itu! Yang ada, justru keinginan untuk bergabung denganmu! Julukanku.... Nenek Cabul!"Raja Setan Seruling Maut hanya sekilas arahkan pandangan pada payudara Nenek Cabul. Di lain kejap dia berkata diiringi dengusan, "Diam di tempatmu! Kau kupilih pula sebagai saksi dari pertarungan yang akan kulakukan! Dengar baik-baik! Bila ada yang berbuat tak menyenangkanku, akan kubunuh saat ini juga!"Kendati masing-masing orang, kecuali Siluman Kawah Api, keluarkan dengusan, namun mereka tak ada yang membuka mulut. Kesemuanya bertany
Suara Pendekar Bijaksana terdengar lagi.Kali ini ditujukan pada Raja Setan Seruling Maut kembali, "Aku akan muncul bila orang yang kutunggu datang! Percayalah, dialah satu-satunya orang yang dapat mengalahkan dan menghancurkan seluruh sepak terjangmu!"Sebelum Raja Setan Seruling Maut membuka mulut, terdengar suara, "Peri Gelang Rantai! Rasa-rasanya kita belum terlambat datang! Mungkin mereka sedang mempersiapkan satu sambutan yang sangat meriah untuk kita!"-o0o-Masing-Masing orang, kecuali Raja Setan Seruling Maut yang sedang geram dan menduga-duga di manakah beradanya Pendekar Bijaksana lantas mencelat ke depan dan lepaskan serangan-serangan dahsyat, alihkan pandangan ke kanan.Mereka melihat dua sosok tubuh muncul di sana. Yang berada di sebelah kiri, seorang lelaki tua namun masih memiliki tubuh tegap dengan kumis menjuntai. Melangkah dengan kedua tangan berada di punggung. Yang seorang lagi, seorang nenek berpakaian panjang hitam penuh tamb
Sementara itu, bibir perempuan berpayudara besar namun sudah kendor itu tersungging seringaian penuh ejekan. Di pandanginya sejenak benda yang berada di tangannya. Sebuah trisula yang terdiri dari empat buah jajaran besi dan sepanjang lengan orang dewasa. Dua buah besi saling berapatan dan memberikan jarak yang agak renggang di bagian tengah. Keempat besi yang berangkai itu berujung lancip dan sama rata. Lalu dengan kepala ditengadahkan dan suara dingin, Nenek Cabul berseru, "Mungkin kau sudah ditakdirkan untuk mampus disenjata milikmu sendiri. Raja Dewa! Tetapi aku masih berbaik hati! Kuberi kesempatan kau untuk merebutnya! Bila kau berhasil mendapatkan benda ini, maka kau tetap sebagai pemiliknya! Hanya saja, jangan terlalu banyak berharap!"Untuk sesaat Raja Dewa tak berucap. Matanya lekat menatap Trisula Mata Empat yang tergenggam erat di tangan Nenek Cabul."Apa pun yang terjadi, aku akan tetap menghadapi semua ini...." Habis membatin demikian, lelaki tua namun be
Kejap lain, Dewi Kematian berkata, "Sudah kukatakan, aku tak punya urusan dengan manusia itu! Bila kau hendak melakukannya, silakan!"Maung Kumayang menggeram."Keparat betul! Perempuan ini memang telah mengikat janji denganku untuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular! Tetapi, dia telah mengatakan tak punya urusan dengan Seruling Maut! Peduli setan! Aku tak mau lagi diperbudak oleh lelaki berpakaian merah-merah itu! Seruling Gading harus kumiliki!"Habis membatin demikian, dengan anggukan keras dan suara dingin, Maung Kumayang berkata, "Baik! Kau tak perlu repot dengan urusanku! Aku akan...."Kata-kata Maung Kumayang terputus, tatkala terdengar satu suara diiringi tawa yang konyol, "Wah, wah! Pestanya sudah dimulai, ya? Ada Nenek Cabul! Ada Dewi Kematian! Dan ada Maung Kumayang! Lho, Iho... kenapa dengan lelaki berpakaian merah-merah itu? Apakah dia sudah gila! Masa bodoh! Aku mendapat lawan yang mana, nih!"-o0o-Seketika masing-masing orang