Kejap lain, Dewi Kematian berkata, "Sudah kukatakan, aku tak punya urusan dengan manusia itu! Bila kau hendak melakukannya, silakan!"
Maung Kumayang menggeram.
"Keparat betul! Perempuan ini memang telah mengikat janji denganku untuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular! Tetapi, dia telah mengatakan tak punya urusan dengan Seruling Maut! Peduli setan! Aku tak mau lagi diperbudak oleh lelaki berpakaian merah-merah itu! Seruling Gading harus kumiliki!"
Habis membatin demikian, dengan anggukan keras dan suara dingin, Maung Kumayang berkata, "Baik! Kau tak perlu repot dengan urusanku! Aku akan...."
Kata-kata Maung Kumayang terputus, tatkala terdengar satu suara diiringi tawa yang konyol, "Wah, wah! Pestanya sudah dimulai, ya? Ada Nenek Cabul! Ada Dewi Kematian! Dan ada Maung Kumayang! Lho, Iho... kenapa dengan lelaki berpakaian merah-merah itu? Apakah dia sudah gila! Masa bodoh! Aku mendapat lawan yang mana, nih!"
-o0o-
Seketika masing-masing orang
"Kau akan merasakan yang lebih hebat lagi!"Wuuutttt! Wuuuttt!Kali ini Si Buta dari Sungai Ular tak mau bertindak ayal. Setelah melompat ke samping dan begitu kakinya menjejak tanah, segera dihempos tubuhnya ke depan. Pukulan 'Geledek' sudah dilepaskan.Seketika menghempas gelombang angin raksasa. Merasakan gelombang angin dahsyat menggebah ke arahnya, Maung Kumayang mengulangi sekali lagi gerakannya.Saat itu juga menderu satu gelombang angin mengandung hawa panas tinggi. Namun yang mengejutkan, justru terdengar seruan tertahan dari Maung Kumayang.Bersamaan dengan itu, lelaki yang kini berdiri membungkuk itu segera membuang tubuh ke belakang bila tak ingin tubuhnya tersambar hawa panas dari pancaran sentakan tenaga yang dilepaskan Manggala.Rupanya, pemuda dari Sungai ular ini sudah alirkan tenaga inti ‘Geledek’ yang dipadukan dengan Ajian ‘Badai Topan Samudra!’ milik Istana Dasar Samudra.Dewi Kematian yang
RAMBATAN siang kini sudah menjelma menjadi senja. Bias-bias sisa matahari seharusnya me mancing perhatian orang karena keindahan yang meraja dan pesona yang sukar ditepiskan. Di penghujung sana, beberapa ekor Ular beterbangan dan seakan membentuk sebuah lukisan yang menawan. Namun, tak seorang pun dari orang-orang yang berada di Bukit Watu Hatur yang tertarik untuk menikmati keindahan itu. Masing-masing orang sibuk mempertahankan diri.Peri Gelang Rantai yang berhasil menghalau setiap serangan Siluman Kawah Api dengan gelang-gelang hitamnya, kali ini sudah mencelat melancarkan serangan. Rupanya, Peri Gelang Rantai benar-benar hendak menuntaskan seluruh pertarungannya.Siluman Kawah Api sendiri berulangkali menggeram keras dan memaki-maki. Sulit baginya untuk memperpendek jarak. Sekali dua kali dia memang berhasil memusnahkan dan memukul jatuh gelang-gelang hitam yang dilepaskan oleh Peri Gelang Rantai. Namun kembali lagi dia harus berjumpalitan menghindarinya.B
Memikir demikian, pemuda dari Sungai ular ini pun mempercepat gerakannya. Dicecarnya Maung Kumayang terlebih dulu yang benar-benar keheranan karena ternyata ramuan yang diminumnya tak banyak membawa hasil menghadapi Si Buta dari Sungai Ular. Bahkan lelaki bercodet ini mulai disadarkan oleh pikirannya sendiri. Kalau dia terlalu muluk untuk mendapatkan Seruling Gading dengan kemampuan yang tak seberapa itu! Menerima serangan gencar yang dilancarkan Si Buta dari Sungai Ular, Maung Kumayang berulang kali menjerit tertahan dan tunggang-langgang dengan wajah pucat laksana tak berdarah!Sementara itu, mendapati Maung Kumayang dalam keadaan kritis, Dewi Kematian seakan melupakan kejengkelannya pada Maung Kumayang saat bersama-sama dengan Dewi Topeng Perak. Dia pun turun membantu. Si Buta dari Sungai Ular menggeram gusar saat merasakan gempuran di belakangnya. Cepat dia membuang tubuh ke belakang dan hinggap dengan kedua kaki dipentangkan di atas tanah.Tatapannya diarahkan sat
"Celaka! Bila belum teratasi juga... semua orang yang berada di sini bisa mati. Apakah aku... oh! Bukankah Peri Gelang Rantai mengatakan Trisula Mata Empat bisa menandingi Seruling Gading? Bila memintanya dari Nenek Cabul, bisa dipastikan kalau perempuan itu tak akan memberi....”Di antara orang-orang yang sedang menghadapi masalah besar itu, sosok Pendekar Bijaksana yang diharapkan muncul oleh Seruling Maut Darah, tetap tak menampakkan batang hidungnya. Keadaan ini membuat Raja Setan Seruling Maut bertambah gusar. Dipercepat alunan Seruling Gading. Raja Dewa yang dari hidungnya telah mengalirkan darah segar, berkata dengan tersendat pada Nenek Cabul, suaranya pelan dan sarat kesakitan, "Kau... tentunya... tak ingin mati.... Pergunakan... Trisula.... Mata Empat... untuk... menahan getaran.... Seruling Gading...."Nenek Cabul yang tubuhnya bergetar hebat pula mengangkat kepalanya. Kepucatan wajahnya semakin nampak."Apa... apa... yang mesti... kulakukan...,
“Ternyata... masih ada rahasia Tulang Ekor Naga Emas yang belum terpecahkan." Menyambung batin Manggal lagi.Sementara itu Raja Setan Seruling Maut yang sedang meniup Seruling Gading tersentak kaget. Seketika lelaki berpakaian merah-merah ini melengak dengan kepala tegak dan segera mengangkat tangan kirinya.Blaaarrr!Sesaat letupan keras terjadi. Namun gemuruh pusaran Tulang Ekor Naga Emas yang keras, terus mengarah pada Raja Setan Seruling Maut. Lelaki berpakaian merah-merah ini terkesiap. Cepat dia buang tubuh ke samping dan bersamaan dengan itu ditiupnya kembali Seruling Gading.Seketika mengalun suara yang semakin lama bertambah keras. Raja Dewa dan Peri Gelang Rantai yang tadi sesaat menarik napas lega karena alunan Seruling Gading tertahan oleh kuatnya gemuruh Tulang Ekor Naga Emas, kembali harus mengalirkan tenaga dalam masing-masing ke telinga!Di seberang, Manggala yang bertambah yakin dengan keampuhan Tulang Ekor Naga Emas, terus m
"Menilik keadaan, nampaknya dia belum datang ke sini...," gumamnya lagi. "Berarti, aku tak bakalan kena marah atau mendengar makian-makiannya! Huh! Satu saat, akan kubalas semua perlakuannya ini! Bila saja kepandaian yang kumiliki bisa menandingi kesaktiannya, sudah sejak dulu-dulu kutinggalkan dia! Tetapi aku yakin, tak semua guru akan memberikan kepandaian kepada muridnya! Huh! Kalau begitu, lebih baik aku bersemadi dulu guna memulihkan rasa letihku."Namun belum lagi si pemuda memutuskan melakukan niatnya, mendadak saja terdengar satu suara bernada keras, "Kau terlambat datang, Handaka!"Serentak pemuda ini mengangkat kepalanya. Wajahnya yang tadi sudah kelihatan tenang kendati dibaluri kemarahan, kembali tegang dengan kepala tegak. Kepucatan tampak terbias di wajahnya. Segera dia rangkapkan kedua tangannya di depan dada begitu mengenali suara orang yang barusan berkata-kata tadi. Kepalanya agak ditundukkan."Maafkan aku. Guru....""Bila saja aku tidak
PAGI kembali menghampar dengan pesona dalam yang memikat. Di dedaunan dan ranggasan semak belukar masih menggantung manja butiran embun. Lalu bergulir lembut ke tanah dan pecah seperti permata. Selang beberapa saat, nampak satu ranggasan semak belukar menyibak dan menerbangkan burung-burung yang bermain di sana. Menyusul kemudian satu sosok tubuh berpakaian kulit ular muncul dari balik semak itu. Sepasang mata putih yang dihiasi sepasang alis hitam legam ini memandangi sekitarnya. Lalu terdengar kata-kata dari pemuda yang di keningnya terdapat ikat kepala yang berbahan sama dengan pakaiannya, kulit ular."Wah! Di mana lagi aku harus mencari Dayang-dayang Dasar Neraka" Kendati Garaga telah menceritakan semuanya ditambah lagi dengan cerita Guru, Raja Siluman Ular Putih, aku masih ingin membuktikan kebenaran lain. Kehadiran Dayang-dayang Dasar Neraka yang ingin membunuhku sungguh mengejutkan. Dan menurut Guru, kehadiran mereka ada hubungannya dengan Kitab Pembangkit Mayat. Hm...
Sesaat Si Buta dari Sungai Ular terdiam dengan pandangan tak berkedip ke depan. Hatinya diliputi berbagai tanya siapakah gerangan si nenek yang wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja itu. Selagi Si Buta dari Sungai Ular mencoba menebak siapa gerangan si nenek, mendadak dilihatnya tangan kanan si nenek terangkat. Saat itu pula berkelebat sinar putih yang akhirnya menggumpal menjadi kabut, menderu dengan dorongan keras dan suara menggidikkan ke arah Si Buta dari Sungai Ular!Belum lagi pemuda ini mengetahui siapa gerangan si nenek adanya, dia sudah dibuat tersentak kaget mendapati serangan seperti itu. Segera saja dibuang tubuhnya ke belakang. Bersamaan dengan itu tangan kanan dan kirinya digerakkan pada arah yang berlawanan di depan dada. Menyusul tangan kanannya dimasukkan ke kiri. Begitu pula sebaliknya. Saat melakukan itu napasnya ditahan didada dan semuanya begitu cepat dilakukan!Mendadak tubuh pemuda dari Sungai ular ini menjadi begitu terang sekali. Haw