Share

Si Bibir Merah - The Red Lips
Si Bibir Merah - The Red Lips
Author: Lelevil Lelesan

TRL 1- Selamat Tahun Baru

Malam hari di kota Manhattan, Amerika Serikat. Hiruk pikuk kota metropolitan dengan gemerlap lampu berwarna-warni memanjakan mata, menjadikan suasana malam itu begitu indah meski tak terlihat kilauan bintang di langit. Bagaikan serangga, orang-orang dari berbagai ras berkumpul di kota itu untuk menikmati indahnya malam pergantian tahun di sekitar kawasan Midtown yang akan berlangsung dua jam lagi.

Semua orang datang berbondong-bondong bersama kekasih, teman, saudara, bahkan keluarga untuk ikut memeriahkan acara pesta kembang api yang akan diselenggarakan di tempat itu. Namun, terlihat seorang wanita berambut hitam panjang sepunggung dan memiliki gelombang indah tergerai menutupi tubuhnya yang molek. Sorot mata tajam, hidung mancung dan bibir tebal karena sebuah lipstik merah menyala menghiasi bibir cantiknya.

Wanita bertubuh atletis yang terlihat dari kedua lengannya karena sedikit berotot. Kaki jenjang yang tertutupi celana jeans panjang dan sepatu boots beronamen bunga di samping setinggi betis, membuat wanita itu terlihat begitu modis dan garang di malam pergantian tahun itu. Wanita itu segera berdiri dari tempatnya duduk di teras sebuah balkon hotel tempatnya menginap.  

Ia yang mengenakan kaos hitam tanpa lengan berjalan masuk ke kamar dan mengambil mantel bulu karena cuaca cukup dingin malam itu. Si cantik mengenakan topi rajutan di kepala serta sarung tangan kulit untuk membungkus dua tangannya. Ia juga bermake-up untuk memberikan kesan seksi pada rona wajahnya. Melukis kukunya dengan cat berwarna merah yang senada dengan bibirnya. 

Wanita itu pergi dengan membawa sebuah tas slempang cantik berwarna merah menyala. Sepertinya, wanita itu penyuka warna merah. Ia berjalan melenggang dan berpapasan dengan beberapa orang yang meliriknya. Siapa yang bisa menolak auranya karena kharisma wanita itu begitu terpancar dari cara ia memandang. Ditambah lengkungan dari bibirnya ketika ia tersenyum, praktis menghipnotis para kaum Adam yang melihatnya.

Wanita itu menengok ke kanan dan ke kiri seperti memastikan sesuatu. Ia pun ikut berjalan menyusuri trotoar, berkerumun dengan orang-orang yang sudah lebih dulu berjalan di depannya. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk duduk di kursi sebuah cafe dekat dengan pesta kembang api akan dilangsungkan. Ia memesan secangkir Black Coffee dan sepotong kue brownies sebagai teman hitam pekatnya itu.

Pesona dan kemolekan tubuhnya tentu saja menarik perhatian para lelaki di sekitarnya atau hanya sekedar melintas di depannya. Para lelaki itu mulai berbisik seperti merencanakan strategi ampuh untuk bisa menggaet wanita tersebut hingga jatuh dalam pelukan mereka. Hingga akhirnya, seorang lelaki berambut pirang memberanikan diri mendekati wanita itu dengan senyum menawan.

"Hai, hallo. Kau sendirian?" tanya lelaki itu ramah.

"Ya. Kau mau menemaniku duduk sembari menunggu kembang api?" tanya wanita itu dengan balasan senyum merekah.

"Ya, tentu saja," sahut lelaki itu terlihat gembira.

Dua insan itupun saling bercengkrama dan terlihat mulai akrab. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi terlihat seperti sepasang kekasih padahal baru bertemu beberapa menit.

"Aku punya spot bagus untuk melihat kembang api ketimbang di sini. Mau ikut denganku?" tanya lelaki itu.

"Ya, tentu saja, Paul," jawab wanita itu sembari menyambut ajakan lelaki yang memperkenalkan dirinya bernama Paul Roland.

Paul memberikan lengannya dan wanita itupun merangkulnya dengan mesra. Paul merasa senang karena ia mendapatkan gadis cantik untuk malam kencan di pesta tahun baru dengan begitu mudah.

"Wah, suara pembukaan dari petasan kembang api mulai terdengar! Apakah sudah akan dimulai?" tanya wanita itu dengan mata berbinar menunjuk sebuah kembang api kecil meluncur dan mengeluarkan percikan indah di langit.

"Ya, 30 menit lagi. Tempatnya tak begitu jauh. Ayo, kita harus segera bergegas ke sana," ajak Paul dengan semangat.

Wanita itu mengangguk hingga akhirnya mereka pergi menjauh dari keramaian menuju ke taman yang mulai sepi ditinggalkan orang-orang. Wanita itu heran dan tiba-tiba ....

"Aggg!"

Sebuah mobil van muncul dan pintu tengahnya terbuka. Wanita itu ditarik paksa untuk masuk. Di dalam mobil, sudah ada empat lelaki yang telah menantinya. Wanita itu terkejut dan matanya sampai melotot karena panik.

"Tolong!" teriak wanita itu meronta, mencoba melepaskan diri dari dekapan kuat keempat lelaki yang berhasil membawanya masuk ke mobil dan mendudukkannya.

Wanita itu diapit di tengah dan dilakban mulutnya. Kedua tangannya dipegang kuat oleh dua lelaki yang berada di kanan kirinya. Paul yang menjadikan dirinya umpan tersenyum miring saat salah satu wanita incarannya berhasil masuk dalam perangkap. Lelaki yang duduk di samping kemudi melemparkan segepok uang kepada Paul dan ia pun dengan sigap menerimanya.

"Kerja bagus, Paul. Sampai jumpa," ucap lelaki yang memiliki brewok dan berwajah garang.

"Selamat bersenang-senang!" jawab Paul sembari melambaikan tangan setelah keluar dari mobil.

Pintu mobil bagian tengah ditutup rapat begitupula jendela lelaki yang tadi melemparkan uang pada Paul. Wanita itu ketakutan dan panik. Ia berusaha berteriak dan melepaskan diri, tetapi tak bisa berkutik.

"Wow, kali ini pilihan Paul sangat bagus. Ini di atas rata-rata!" seru salah seorang lelaki yang memegangi tangan wanita itu di sebelah kiri.

"Bos pasti akan suka. Cepat pergi, sebelum jalanan makin padat dan bius dia," sahut lelaki yang memberikan uang kepada Paul dengan seringainya.

Wanita itu terkejut dan semakin berusaha kuat untuk melepaskan diri. Saat mobil sudah berbalik arah, tiba-tiba mobil itu menabrak sebuah tiang listik dan membuatnya berhenti seketika. Paul yang masih berada di kawasan itu karena sibuk menghitung uangnya, terkejut. Ia berdiri mematung di kejauhan, menatap mobil van yang membawa wanita tadi dengan curiga. Ia mendekati mobil van itu dengan ragu dan DOR!

Paul terkejut saat melihat sebuah percikan kembang api yang mulai meluncur dan kini menghiasi langit malam. Suara petasan mulai bersahut-sahutan merayakan pergantian tahun di Manhattan. Paul menatap langit malam yang terlihat indah malam itu, tapi entah kenapa ia tak tertarik dengan semua kemeriahan pesta kembang api. Ia kini terfokus dengan mobil van yang berjarak 10 meter dengannya.

Paul memasukkan uangnya ke dalam saku jaket bagian dalam dan berjalan mengendap sembari menyiagakan pistol dalam kedua genggaman tangannya. Saat Paul melangkah maju mendekati kaca depan sopir, tiba-tiba, Paul roboh seketika dengan sebuah lubang tepat berada di dahinya. Mata dan mulut Paul terbuka lebar karena terkejut akan serangan yang tiba-tiba itu. 

Paul masih menggenggam pistol di salah satu tangannya. Ia tergeletak begitu saja di pinggir aspal dan tewas. Hingga akhirnya, pintu mobil bagian tengah terbuka. Sebuah sepatu boots beronamen bunga terlihat di sana. Wanita yang tadi disekap dan dilakban mulutnya turun dengan anggun sembari mengibaskan rambut yang panjang bergelombang ke salah satu bahunya. Ia menggenggam sebuah pistol saat berjalan melenggang dengan mata memindai sekitar.

Ia melepas lakban yang membelenggu bibirnya lalu membalik tubuhnya. Ia menatap semua lelaki yang berada dalam mobil itu telah tewas mengenaskan bersimbah darah dengan luka robek di sekujur tubuh mereka, tapi tak terlihat benda tajam di sana. Darah mengucur dari sayatan di leher, tusukan di perut dan mata, hingga bau anyir mulai tercium di sana. 

Wanita itu mengambil korek api gas dari saku mantelnya. Ia menggenggamnya sembari melepaskan mantel yang dipakainya dan melemparkannya ke dalam mobil karena sudah berlumuran darah. Pistol yang masih dalam genggamannya ia gunakan untuk menembak tangki bahan bakar dan membuat bensin mengucur di aspal. Wanita itu kembali melemparkan pistol yang dipakainya ke dalam mobil. Ia berjalan mendekati mayat Paul dan merogoh dalam saku jaketnya di mana ia menyimpan uang tadi. Wanita itu kembali berdiri dan menatap mobil itu dengan santai. Ia menyalakan korek api gas itu dan melemparkan ke arah tangki bahan bakar.

Seketika, ledakan hebat santer terdengar hingga membuat mobil itu terbakar dalam kobaran api yang dasyat. Wanita itu tersenyum tipis sembari memasukkan uang tersebut dalam tas slempangnya lalu membetulkan topi rajutan yang ia kenakan karena terasa miring.

"Uh, dingin. Sebaiknya aku segera kembali ke hotel," ucapnya sembari mendekap kedua lengannya dengan kedua tangan yang masih terbungkus dengan sarung tangan kulit.

Wanita itu pergi begitu saja meninggalkan kekacauan yang ia buat, seakan apa yang baru saja terjadi hanya sebuah percikan petasan yang hilang setelah memberikan kesan di langit.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Niecha
LAP hdir mbk aju...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status