Share

TRL 4-Kenangan

last update Last Updated: 2024-10-04 21:01:19

Pagi itu, Lovy yang sudah bersiap dan berdandan layaknya gadis manis nan anggun, duduk di salah satu kursi meja makan yang terbuat dari kayu.

Elda sudah menunggunya dengan senyum menawan sembari menuangkan susu cokelat kemasan untuk cucu cantiknya itu.

"Terima kasih, Nek," ucap Lovy dengan senyum mengembang.

Elda membalasnya dengan senyum merekah. Ia lalu ikut duduk di seberang Lovy sembari menyendok sup ayam yang masih panas di hari yang dingin itu.

"Nenek. Apa benar kau tak apa jika kutinggal dan menetap di Portland? Siapa yang akan membantumu membereskan rumah?" tanya Lovy memelas.

Elda kembali tersenyum sembari mengaduk supnya yang masih panas.

"Jangan khawatirkan aku. Mungkin aku memang sudah tua, tapi aku masih sangat sanggup melakukan apapun. Pergilah," ucap Elda meyakinkan.

"Baiklah, jika itu memang maumu. Hanya saja, aku akan ke Portland saat musim semi nanti. Aku harus mencari tempat tinggal baru selama di sana," jawab Lovy tegas.

"Kau tak usah mencemaskan tempat tinggalmu. Nenek sudah mempersiapkannya. Bahkan tempat itu sudah siap kau huni sejak 3 bulan yang lalu. Jangan ditunda lagi, kau harus melanjutkan hidupmu, Lovy," ucap Elda menasehati dengan tatapan penuh harap.

Lovy menghela napas. Ia akhirnya mengangguk setuju dengan permintaan sang nenek karena terus mengingatkannya seperti weker alarm.

Lovy dan Elda akhirnya menikmati sarapan pagi itu dengan penuh kehangatan layaknya keluarga meski hanya berdua saja.

Elda segera mengubungi kenalannya itu untuk memberitahukan jika Lovy siap pindah dan bekerja awal musim semi nanti.

Tentu saja pemilik usaha Travel Agent itu gembira dengan kabar menggembirakan dari Elda.

Dua bulan lagi musim dingin baru berakhir.

Elda meminta agar Lovy untuk fokus dalam mengasah ilmunya dalam mendalami bahasa yang lama tak ia gunakan semenjak dirinya memutuskan keluar dari MI6 sebagai sniper.

Lovy menguasai 8 bahasa. Ia bisa berbahasa Inggris, Jerman, Rusia, Arab, Jepang, Mandarin, Spanyol dan Korea.

Ia juga bisa ilmu bela diri Judo dan bertarung dengan tangan kosong. Meski demikian, Lovy termasuk gadis yang jenius jika sedang bertugas menjalankan misi bersama team.

Saat Lovy memasukkan sebagian barang-barang dalam koper yang akan ia bawa ke Portland, ia menemukan sebuah bingkai foto di mana ada dia dan team-nya saat tugas terakhir, sebelum ia memutuskan mundur dari badan intelijen tersohor tersebut.

Lovy yang cerdas sejak menginjak bangku sekolah dasar, ternyata dilirik oleh mata-mata dari MI6 yang melihat kemampuannya dalam berbahasa.

Hal itu terjadi ketika ia diikutkan dalam lomba-lomba bergengsi entah hanya dalam cakupan kota ataupun antar negara bagian.

Lovy yang juga jenius dalam berhitung, pernah memenangkan lomba olimpiade matematika dan mendapatkan juara satu.

Namanya yang melejit di antara para kalangan jenius muda, membuat MI6 ingin merekrutnya menjadi salah satu agent-nya. Namun, siapa sangka.

Saat ia menjalani tes, ternyata Lovy memiliki ketertarikan dalam dunia senjata.

Hal ini dibuktikannya saat melihat salah satu instruktur yang melatih para tentara dalam menembak, melakukan gerakan-gerakan secara terstruktur dan akurat ketika ia memasukkan peluru, mengkokang senjata dan cara membidik.

Lovy kagum dengan yang dilakukan oleh instruktur pria tersebut. Lovy yang selalu ingin tahu itu, memberanikan diri mendekati instruktur tersebut dan meminta mengajarinya cara menggunakan senjata tersebut.

Semua orang di sana kagum dengan kemampuan Lovy yang cepat dalam memahami instruksi. Saat Lovy membidik pistolnya itu, ada sebuah papan sasaran tembak berjarak 200 meter.

Sang instruktur, membisikkan sesuatu pada gadis muda itu.

"Bayangkan ... jika papan itu adalah para lelaki yang memperkosa ibumu dan membuat ayahmu bunuh diri. Dengarkan jeritan ibumu yang tak berdaya saat para lelaki bejat itu menyetubuhinya, mengerang dalam kenikmatan dan ...."

DOR! DOR! DOR! DOR! DOR!

Instruktur itu terkejut seketika saat Lovy menekan pelatuk itu dengan teriakan lantang dan sorot mata penuh kebencian.

Ia terus menembak sasaran tembak itu hingga habis peluru. Saat Lovy menyadari jika pelurunya habis, ia melempar pistolnya dan memegangi kepalanya kuat hingga rambutnya berantakan.

Ia teringat kejadian saat para penjahat itu tertawa puas, mendengar rintihan dan permohonan dari ayah ibunya agar diampuni.

Namun, bukan ampunan yang diberkan, malah mereka menyiksa keduanya dengan keji. Instruktur itu terkejut saat papan sasaran tembak di dekatkan dan semua tembakan Lovy masuk dalam lingkaran poin, meski tak semuanya mengenai titik tengah.

Tentara wanita yang mendampingi Lovy segera memeganginya karena terlihat seperti orang depresi dan trauma. Lovy segera pergi meninggalkan area latihan tembak.

Para petinggi dan instruktur yang tahu latar belakang Lovy memanfaatkan hal ini.

Ia yang awalnya hanya akan dipekerjakan sebagai penerjemah dan bagian pengoperasian sistem, mulai dilatih untuk menjadi salah satu agent muda berbakat, seorang sniper.

Nenek Lovy, Elda sempat khawatir jika Lovy akan terluka atau tak sanggup dengan pelatihan berat militer. Namun, pihak MI6 mengatakan jika Lovy gadis yang memiliki banyak potensi.

Selain itu, Lovy menginginkannya.

Elda yang merasa jika didikan dan lingkungan militer bisa menyembuhkan trauma masa kecil Lovy, mempercayakan pihak militer untuk mengasuhnya di usia 18 tahun.

Namun, pada kenyataannya, trauma Lovy makin memburuk dan menjadikannya seorang psikopat, pembunuh yang keji.

Lovy tak akan berhenti menyiksa musuhnya sampai ia memastikan lawannya itu tak bernyawa.

Pelatihan berat ala militer dijalankannya dengan penuh kesungguhan karena ia memiliki ambisi untuk membasmi seluruh penjahat di muka Bumi, terutama para lelaki bejat seperti orang-orang yang membunuh kedua orangtuanya.

Tubuh Lovy menjadi begitu padat dan atletis. Ia memotong rambut panjangnya dan memendekkannya sebahu.

Lovy juga diajarkan cara berkamuflase menjadi orang lain dengan mempelajari gaya bicara dan bersikap orang-orang dari berbagai negara.

Lovy yang pandai menyamar dan berakting itu, tentu saja membuat kagum dan bangga para petinggi militer dan negara.

Selain pintar, Lovy yang juga cantik dan seksi, disukai oleh banyak kaum Adam dalam agensi. Lovy yang mudah bergaul itupun, memiliki banyak teman di manapun ia berada.

Ia mulai diikutkan dalam misi saat berumur 20 tahun dan masuk dalam pasukan yang beranggotakan 10 wanita dalam satu team termasuk satu komandan.

Namun, sebuah petaka datang padanya dan membuat Lovy memutuskan keluar dari agensi tersebut dengan penuh kebencian dan amarah.

Perasaan yang sama seperti ketika tragedi menimpa ayah ibunya. Bahkan, Lovy meninggalkan pesan ancaman pada orang-orang tertentu dalam agensi itu saat ia memutuskan pergi.

"Berani kalian mengusik hidupku dan nenekku, Elda. Aku pastikan, seluruh keluarga kalian akan mati mengenaskan seperti kedua orang tua dan team-ku. Ingat itu baik-baik! Aku akan datang sebagai malaikat mautmu," ucapnya keji dan semua orang yang berada di ruangan itu bergidik ngeri.

Mereka yang sudah tahu kemampuan Lovy hanya bisa membiarkan gadis lugu yang kini diliputi dendam dan kebencian itu pergi, meninggalkan tempat yang sudah mendidik dan membesarkan dirinya menjadi wanita tangguh.

Meski di balik itu semua, terdapat nepotisme yang dilakukan oleh para pejabat-pejabat korup yang sengaja memanfaatkan keahlian Lovy.

Lovy selalu diawasi ketat selama 3 tahun, tapi tak ada tanda-tanda gadis itu melakukan tindak kejahatan.

Lovy bahkan melanjutkan sekolahnya dengan kuliah jurusan Hubungan Internasional sesuai dengan kemahirannya.

Kasus Lovy ditutup dan tak pernah diungkap lagi dalam agensi itu.

Bahkan, nama dan jasanya dalam setiap misi yang ia jalankan dulu seakan tenggelam dalam tumpukan dokumen yang tertata rapi dalam lemari arsip brankas tersembunyi di MI6.

Bukan Lovy namanya jika ia tak tahu jika selama ini dintai oleh MI6. Lovy menyelesaikan kuliahnya dengan baik dan cumlaude. Elda bangga padanya.

Namun setelah itu, pembantaian pun mulai dilakukan oleh Lovy dengan tujuan melenyapkan para lelaki bejat dan hidung belang yang ia temukan untuk dimusnahkan dari muka bumi selama-lamanya.

Related chapters

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 5-Portland, AS

    Lovy memberikan pelukan hangat kepada neneknya itu. Lovy yang sudah tinggal dengannya selama 5 tahun di Amerika meninggalkan Inggris, menatap neneknya dengan sedih."Aku akan selalu berkunjung tiap bulan. Kenapa kau tak ikut denganku saja, Elda?" tanya Lovy menggenggam kedua tangan Elda erat menahan air mata kesedihannya."Kau sudah dewasa. Mulailah jalani hidupmu. Nenek akan selalu menunggumu di rumah. Datanglah kapan pun kau mau, jangan kau paksakan pulang jika sibuk. Nenek bisa mengerti," ucap Elda sembari mengusap air mata yang menetes dari mata cantik cucunya.Lovy mengangguk dan mengecup kening Elda dengan penuh kasih sayang. Elda memejamkan mata merasakan ketulusan hati Lovy yang begitu menyayanginya. Elda merelakan Lovy pergi membawa mobil tuanya ke Portland. Ia memasukkan segala perlengkapan ke dalam bagasi dan menyalakan GPS menuju Portland.Lovy melambaikan tangan dan tersenyum manis kepada Elda. Nenek itu balas melambai dan menahan air matanya agar tak menetes. Pagi itu

    Last Updated : 2024-10-04
  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 6-Pandangan Pertama

    Lovy membuka pintu dan tersenyum menawan kepada lelaki yang berdiri di depannya. Lelaki tersebut terdiam selama beberapa detik hingga menyadari ketololannya."Hai, aku mm ...." Lelaki itu gugup sembari menyodorkan tangan mengajak Lovy berjabat tangan.Lovy menyambut jabat tangan itu dengan segera dan menunggu kelanjutan dari ucapan lelaki yang tak dikenalnya Namun, yang terjadi malah lelaki itu tak bicara lagi dan membuat Lovy mengambil alih."Aku Lovy, salam kenal," ucapnya memperkenalkan diri."Oh. Aku Sean. Senang mengenalmu," jawabnya yang kini ikut memperkenalkan diri. Lovy melepaskan jabat tangannya karena merasa cukup bersalaman dengan lelaki itu. "Aku anak dari pemilik perusahaan tempat kau akan bekerja besok, Lovy," ucapnya menambahkan."Oh, kau anak dari Tuan Wilver? Sean Wilver?" tanya Lovy memastikan.Sean mengangguk pelan membenarkan. Lovy melihat lelaki itu menenteng sebuah tas. Lovy lalu mengajaknya masuk ke dalam apartement-nya. Lovy terlihat kikuk karena Sean bukan tar

    Last Updated : 2024-10-14
  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 7-Pesta Barbeque

    Akhirnya hari yang dinantikan itu tiba. Lovy sudah berdandan cantik dengan make up natural. Tak terlihat seperti seorang psikopat pembunuh keji di balik sosok menawannya sore itu. Ia mengenakan dress setinggi lutut yang merekah dengan ornamen bunga-bunga besar berwarna pink. Lovy secantik bunga-bunga yang sedang bermekaran di musim semi kota Portland.Lovy sudah menunggu di lobi apartment di mana Sean berjanji menjemputnya hari itu. Ia yang sudah menyimpan nomor ponsel Sean, mencoba untuk meneleponnya. Polisi tersebut berjanji menjemput pukul 5 sore, tetapi sudah 30 menit ia tak kunjung datang.Lovy mendadak merasa cemas dan takut jika Sean diincar oleh MI6 yang mungkin ditangkap atau diinterogasi oleh mereka. Hal itu bisa saja terjadi karena kedekatannya dengan Lovy meski baru bertemu dua kali di hari yang sama. Lovy mondar-mandir dan terlihat bingung karena Sean tak mengangkat teleponnya itu. Semua orang yang melewati loby hanya melirik dan berbisik membicarakannya karena Lovy

    Last Updated : 2024-10-14
  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 8-Jembatan Air Mata

    Lovy menatap wanita itu saksama di mana kini Sean mencoba mendekati dan membujuknya agar tak melompat dari atas jembatan untuk bunuh diri. Semua orang menaruh harapan pada polisi muda itu. "Hei, hei, siapa namamu? Kemarilah, bicaralah padaku," panggil Sean dengan tenang mencoba mendekati wanita itu perlahan. Wanita berambut sepunggung itu sudah berderai air mata. Ia menoleh ke arah Sean dengan isak tangis yang masih terdengar. Sean tersenyum manis padanya dan wanita itu berusaha menghentikan tangisannya. "Apa kau polisi?" tanya wanita itu. "Ya, kemarilah. Kita bicarakan dan aku akan membantumu. Percaya padaku," ucap Sean mengulurkan kedua tangannya. "Percaya padamu? Percaya pada polisi maksudmu? Karena kalianlah hidupku menjadi seperti ini! Apanya yang membantu warga lemah tak berdaya! Kalian hanya membantu untuk orang-orang yang memiliki uang saja! Kalian sama saja dengan penjahat-penjahat itu!" teriak wanita tersebut dengan mata melotot. Praktis, ucapannya mengejutkan

    Last Updated : 2024-10-16
  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 9-Misi

    Merekapun tiba di apartment Lovy. Sean ikut turun dari mobil karena penasaran dengan pembicaraan antara Lovy dengan wanita bernama Nia. Lovy menyadari hal tersebut dan bersikap senormal mungkin. "Lovy, aku lihat yang kau berikan kepada wanita itu. Alamat siapa itu?" tanya Sean curiga. Lovy tersenyum manis dan menjawabnya dengan tenang. "Rumah nenekku, Elda. Aku meminta pada wanita itu agar tinggal sementara waktu di rumah nenek. Elda sendirian di rumah dan aku rasa mereka berdua akan cocok. Elda seorang motivator yang bagus." "Oh, begitu. Maaf, aku kira ...." ucap Sean terlihat kikuk seketika. "Kau pikir apa?" tanya Lovy yang malah kini mencurigai Sean. "Hmm, tak ada. Lalu kau menjanjikan apa pada wanita itu? Tak mudah membuat orang yang sudah membulatkan tekat untuk mengakhiri hidupnya bisa mundur begitu saja. Apa yang kau katakan pada wanita itu?" tanya Sean makin mendetail. "Aku hanya mengatakan akan mengenalkannya kepada seorang pengacara, kawan lamaku. Jadi, apa kau ak

    Last Updated : 2024-10-16
  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 10-Terperangkap

    Lovy mempersiapkan segala keperluan untuk menjalankan aksinya malam itu. Ia keluar dari pintu kamarnya dengan berkamuflase. Lovy mengenakan wig berwarna pirang lurus sampai ke punggung dengan poni rata menutup alis. Memakai lensa kontak berwarna biru menutupi warna aslinya dan anting besar berbentuk bulat di kedua telinga. Lovy bahkan mengganti sepatunya dengan sebuah heels setinggi 14 cm, menenteng sebuah clutch berwarna emas yang serasi dengan sepatu dan juga rambutnya. Ia bahkan mengganti pakaiannya dengan sebuah dress mini sepaha bercorak monochrome. Atasan tanpa lengan yang membuat belahan dadanya tampak begitu penuh. Lovy sengaja menanggalkan pakaian tempurnya karena melihat situasi untuk menyerang belum memungkinkan sebab target berada di hotel. Lovy berjalan menyusuri koridor dan melihat CCTV sekitar. Tas yang ia letakkan di depan perutnya itu memilki semacam kamera tersembunyi pada sisi kanan dan kiri. Komputer Peter yang sudah tersambung dengan mini cam itu ikut melihat se

    Last Updated : 2024-10-16
  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 11-Selamat Tinggal

    Lovy gugup. Ia melirik Ramirez dan Geofani secara bergantian di mana pergelangan tangannya masih dicengkeram erat oleh target utama incarannya itu. Lovy yang tak ingin membuang waktunya lebih lama lagi karena ia sudah mendapatkan kesempatan melawan, segera meluncurkan aksinya. BUKK!! "Argh!" Ramirez merintih dan terkejut karena wanita yang mengaku bernama Patricia memukul wajahnya dengan tas miliknya. Tas tersebut memiliki tekstrur kasar yang membuat lelaki itu bisa merasakan benda kasar menggores wajahnya. Namun, cengkraman Ramirez tak terlepas. Lovy menambahkan serangan dengan menginjak kaki Ramirez menggunakan hak 14 cm dari sepatunya itu kuat. Heels tertancap di ujung sepatu lelaki tersebut. Sontak, pria tersebut mengerang kesakitan hingga matanya terpejam. Geofani terkejut. Ia meletakkan botol wine dan gelas crystal yang seharusnya menjadi teman bercengkrama mereka di malam yang hampir menjelang pagi itu. Saat Geofani akan mengeluarkan senjata dari laci meja dekat ia berdi

    Last Updated : 2024-10-18
  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 12-Hujan Peluru

    Lovy kebingungan. Ia mencoba mencari celah untuk bisa kabur dari kejaran petugas. Ia keluar dari kamar Geofani dengan tergesa untuk mengunci pintu ruang utama. Lovy juga menarik heels yang tertancap di rahang bawah Geofani dengan mencabutnya paksa. Ia mengamankan dua sepatu heelsnya dan membungkusnya pada syal yang ia temukan di sofa kamar Geofani. Lovy mengambil sebuah tas yang digeletakkan begitu saja di sofa ruang tamu. Ia memasukkan wig, sepasang sepatu heels, pistol miliknya dan tas kecil ke dalam tas kantoran berwarna hitam itu. TOK! TOK! TOK! Lovy terkejut. Pintu ruang utama mulai diketuk. Ia segera membuka jendela kamar Geofani yang berseberangan dengan jendela kamar Ramirez. Lovy kembali menghubungi Peter yang masih tersambung dengannya dari earphone. "Peter. Matikan CCTV di sekitarku. Aku akan menyusuri pinggiran sampai ke kamar Ramirez," ucapnya tergesa di mana angin kencang terasa menghempaskan tubuh rampingnya. "Oke! Lalu, kau akan pergi lewat mana? Lantaimu masih san

    Last Updated : 2024-10-19

Latest chapter

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 66-Tamat Season 1

    Lovy bersama keluarga besar Lea terbang ke Ithaca pagi itu. Terlihat Lovy murung sedari tadi karena tak menyangka jika neneknya akan tewas mengenaskan karena orang suruhan Tuan Wilver.Mereka tiba siang itu dan langsung menuju ke tempat pemakaman. Suasana pemakaman tak seramai almarhum Tuan Wilver karena hanya datang segelintir orang termasuk keluarga Lea.Lovy menahan air matanya saat peti jenazah neneknya dimasukkan ke liang lahat dan mulai ditimbun tanah. Matthew tak pernah melihat Lovy sesedih ini karena ia terlihat seperti begitu kehilangan dan terpuruk.Selesai pemakaman, Lovy dan lainnya mendatangi rumah Elda yang kini tak lagi di tempati. Nia, wanita yang pernah diselamatkan oleh Lovy dan dibimbing untuk pergi ke Ithaca untuk tinggal sementara waktu bersama Elda dan pada akhirnya bekerja untuk Lea, sudah ada di kediaman Elda bersama beberapa anak buah Lea.Lovy tertegun saat melihat Nia sudah jauh berbeda tak seperti saat ia bertemu dengannya dulu. Nia menyambutnya dan mengaja

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 65-Pemakaman

    Tak terasa, pagi sudah menjelang. Lovy masih tertidur pulas di kamarnya, tetapi suasana di ruang keluarga sudah terlihat ramai oleh anak buah Harold. Terlihat Lea sedang mengobrol serius dengan suaminya."Ada apa?" tanya Matthew tiba-tiba.Sontak, hal itu mengejutkan semua orang yang ada di sana karena tak menyadari kedatangan putra Lea yang seperti hantu."Matt? Matthew? Kau 'kah itu?" tanya Lea keheranan sampai berkerut kening."Mengerikan. Kau bahkan sampai lupa jika aku adalah anakmu," gerutu Matthew di hari yang masih menunjukkan pukul 7 pagi.Harold dan Lea saling memandang. Harold berbisik di telinga Lea dan wanita itupun mengangguk paham."Kau terlihat tampan, Matt, tak seperti berandalan. Apa yang mengubahmu?" tanya Lea bernada menyindir."Jangan mulai. Sebaiknya, kau katakan apa yang terjadi? Apa yang kalian bicarakan?" tanya Matthew ketus.Lea dan Harold tersenyum menghela napas. Mereka sudah paham dengan sifat dan perilaku pria yang sebenarnya berwajah tampan itu. Harold m

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 64-Selamat Tinggal, Sean

    VROOM!!Lovy bahkan menyempatkan melambaikan tangan kepada satpam penjaga di pos yang membukakan portal tempat parkir mobil. Lovy melajukan mobil barunya dengan kecepatan penuh dan pandangan lurus ke depan. Matthew bisa merasakan amarah dan ketegangan dalam diri Lovy."Mm, Lovy ....""Diam. Jangan katakan apapun," ucap Lovy menunjukkan telunjuknya tepat di wajah Matthew."Oke. Hanya saja, kita mau ke mana? Jika kau tak keberatan, bagaimana kalau ke bandara? Pesawat pribadiku ada di sana," jawab Matthew gugup karena Lovy berkendara layaknya pembalap.Lovy diam saja, tapi ia langsung membanting setir. Matthew yang tahu jika Lovy sedang marah itupun diam karena tak mau dilempar dari mobil. Matthew akhirnya menyadari jika Lovy sedang membawanya ke bandara."Tinggalkan saja mobilnya, nanti aku akan meminta anak buahku membawanya ke Kansas," ucap Matthew menyarankan, tetapi Lovy diam saja tanpa ekspresi di wajah.Matthew menghela napas. Ia diam selama perjalanan hingga akhirnya mereka tiba

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 63-Kenapa Kau?

    Lovy segera masuk ke lift dan menuju ke lantai 4. Dengan napas menderu, ia mendatangi ruangan tempatnya bekerja di mana ruangan milik Tuan Wilver juga berada di sana. Sean yang panik karena lift tak kunjung datang, nekat menaiki tangga dengan tergesa karena takut jika ayahnya tewas di tangan istrinya yang sedang gelap mata itu. Sean berlari sekuat tenaga dengan napas tersengal dari lantai satu menuju ke lantai 4 secepat yang ia bisa. TING!Pintu lift terbuka dan Lovy melihat sekitar yang gelap karena kantor libur hari itu. Lovy melangkahkan kakinya dengan tatapan kosong karena pikiran dan hatinya kini berkecamuk. Ia menggenggam senjata milik Matthew di tangan kanannya dengan mantap.Lovy melangkahkan kakinya perlahan memasuki ruangan tempat biasa ia duduk dengan Bob dan Isabel. Ia melihat lampu di ruangannya menyala, tetapi tak ada orang. Pintu juga tak dikunci dan Lovy cukup mendorongnya untuk bisa masuk ke dalam.Namun, ia mendengar ada orang berbincang di dalam ruangan Tuan Wilve

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 62-Panik!

    Semua orang di ruangan itu tertegun dengan jantung berdebar dan kepanikan melanda."Jangan diam saja! Kita harus segera ke Ithaca!" pekik Matthew yang membuat Lovy dan Sean tersadar dari keterkejutan mereka.Sean segera membangunkan Lovy yang masih gemeteran dan menangis. Mereka bergegas pergi meninggalkan apartment. Terlihat Matthew berjalan di depan dan menghubungi seseorang untuk mengurus sesuatu.Dua bodyguard Matthew segera menyiapkan mobil saat mereka bertiga kini menunggu di lobi. Namun, saat dua bodyguard Matthew sedang berjalan tergesa mendekati mobil dan salah satu lelaki itu menyalakan kunci pembuka jarak jauh, tiba-tiba ....PIP! PIP!DWUARRRR!!"Oh my God!" pekik Sean terkejut dan langsung memeluk Lovy erat.Dua bodyguard Matthew terpental dan menghantam mobil yang berada di dekat mereka. Matthew terkejut dan langsung menarik senjata dari balik pinggangnya. "Kembali ke dalam cepat!" teriak Matthew yang mengajak Sean dan Lovy masuk ke dalam.Mereka bertiga bergegas kembal

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 61-Apa-apaan Ini?

    Lovy mengelus punggung Sean lembut dan mengajaknya duduk di kursi meja makan. Mereka berdua duduk bersebelahan di depan Matthew yang terlihat masih menikmati makanan di depannya. "Biar kutebak. Ini masakanmu, ya, Lovy sayang? Kenapa kau tak pernah memasak untukku?" tanya Matthew cemberut. "Sudah kubilang jangan memanggil istriku sayang!" teriak Sean lantang yang mengejutkan semua orang di ruangan itu. Matthew menghentikan makan dan menatap Sean yang memandanginya penuh emosi. "Oke ... baiklah. Jadi begini maksud kedatanganku, Lovy sayang ...." BRAKK!! "Keparat kurang ajar! Kemari kau, biar kuhajar wajahmu dan kulempar dari jendela rumahku!" Lovy terkejut karena Sean sampai menggebrak meja dan langsung berdiri. Namun, saat Sean akan mencengkeram baju Matthew, dua bodyguard lelaki itu langsung memegangi kedua tangan Sean kuat. Matthew tertawa terbahak dan terlihat begitu gembira. "Matthew! Jika kau sungguh menghargai persahabatan kita di masa lalu, jangan membuatku kecewa denga

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 60-Dia Datang Lagi

    Pagi itu, mereka bersiap terbang dengan pesawat komersil menuju ke Portland. Lovy dan Sean sudah duduk dengan nyaman di bangku masing-masing. Lovy terlihat gugup karena ia khawatir jika nanti akan bermimpi buruk lagi dan mengejutkan semua penumpang."Kenapa? Kau takut jika mengamuk lagi? Jangan khawatir, Sayang. Kau akan baik-baik saja. Kau sudah menceritakan ketakutanmu padaku. Seharusnya, mimpi buruk itu tak lagi mengusikmu," ucap Sean menenangkan sembari memegang salah satu tangan Lovy erat."Jika datang kembali?" tanyanya gugup."Aku akan mengatakan pada semua orang jika kau habis menonton film horor dan terbawa sampai mimpi," jawab Sean santai dan Lovy spontan tertawa kecil.Sean balas tertawa karena ia sudah yakin jika istrinya pasti memikirkan hal itu kembali. Lovy mengangguk dan tak masalah jika Sean harus membuat skenario seperti yang ia katakan agar tak menimbulkan kepanikan para penumpang.Ternyata, ketakutan Lovy dan Sean tak terjadi. Mereka tiba di Portland dengan selamat

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 59-Hari Terakhir

    Terlihat Lovy mulai terbiasa dengan gaya ranjang Sean. Lovy juga mulai bisa melakukan gaya lainnya yang membuat sang suami makin mabuk kepayang.nLovy sudah tak terlihat kikuk lagi saat menggoyangkan pinggulnya kuat hingga Sean tak berhenti mengerang. Malah Lovy yang terlihat paling bersemangat ketika Sean mengajaknya bertarung di ranjang penuh peluh dan kenikmatan. Tampak Lovy seperti paling menyukai ketika Sean menyodokkan miliknya dari belakang. Lovy bisa bertahan hingga waktu yang lama dan tak berhenti meremas kuat Junior di dalam sana. Namun, Sean yang malah kuwalahan karena ia merasa daging panjangnya dipijat enak di dalam sana, hingga seluruh tubuhnya menegang dan kakinya terasa lemas. "Sayang, kenapa kau belum keluar juga?" keluh Sean sampai keningnya berkerut karena Lovy tak berhenti menekan miliknya hingga tertelan semua di dalam sana. "Kau lelah?" ledeknya. "Kali ini kuakui, yes ... hah, aku sudah tak sanggup lagi, Sayang," rintih Sean dengan wajah sudah memerah tak bis

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 58-Honeymoon Terindah

    Mereka berdua yang kelelahan setelah bertarung panas di ranjang, tertidur lelap dengan semua pintu dan jendela terkunci rapat. Mereka kini menyadari jika berada di sarang MI6. Kejadian buruk bisa menimpa mereka kapan saja dan keduanya pun semakin waspada.Meskipun demikian, Lovy dan Sean tetap harus melanjutkan honeymoon di negara itu meski mata mereka tak berhenti mengawasi sekitar untuk melihat siapapun yang dirasa mencurigakan, bahkan mungkin dianggap ancaman.Mereka mendatangi Istana Kensington yang memiliki taman di dalamnya. Taman ini ditata dengan sangat indah dan rapi. Ada sebuah kolam yang menenangkan dan menyejukkan serta dikelilingi oleh berbagai macam jenis bunga. Lovy dan Sean tak henti-hentinya mengabadikan moment indah ini dalam jepretan kamera hingga keduanya merasa malu sendiri."Aku seperti orang tak tahu diri," ucap Sean terkekeh melihat wajahnya dalam foto yang terlihat begitu gembira dengan senyum lebar dalam tiap foto.Lovy sampai tertawa terbahak karena melihat

DMCA.com Protection Status