Satu sudut bibir Shanum naik dengan tipis. "Pesenin makanan, ya?""Iya, pesenin buruan. Ingat! Yang enak-enak dan yang bergizi. Biar saya cepet sembuh."Shanum mengangguk patuh, lalu membalik badan ke arah Reksa. Menyodorkan salah satu tangannya, seperti minta uang. Reksa menautkan alisnya bingung, pun Ayu dan Mama Rima. Setelahnya .... "Maksudnya apa itu?" tanya Mama Rima tak suka. "Mau minta uang sama suami akulah!" sahut Shanum tanpa beban."Eh, kenapa jadi minta uang sama anak saya?" Mama Rima semakin tak terima"Loh, katanya Mama minta dipesenin makanan. Ya, udah, nggak salah dong aku minta uang sama anak mama ini, yang itu adalah suami aku juga." "Tapi kenapa harus pake uang Reksa. Pake uang kamu kan, bisa.""Uangku tinggal cukup buat ongkos sampe akhir bulan.""Nggak--""Mereka bahkan sudah liat sendiri tadi pagi isi saldo bank aku. Jadi, mohon maaf, aku nggak bisa beliin Mama makanan," sela Shanum cepat, membuat Mama Rima makin meradang. "Ya, udah masak aja sana! Mumpung b
Meski mulai denial, tapi Shanum tetap waspada. Jaga-jaga, takutnya Reksa sedang kesurupan saja saat ini atau apalah, gitu. Kalau nanti kena semburan Mama Rima, pasti kumat lagi. Yee kan?Shanum tak ingin kecewa untuk kesekian kalinya. Dia sadar betul, dan belajar juga dari pengalaman. Wanita itu memang akan guobloknya minta ampun, kalau sudah mengedepankan perasaan. Rela disakiti dan bertahan dengan mengandalkan kata 'semoga'. Padahal, hal itu hanya akan menyakiti dirinya sendiri, membuat mentalnya makin hancur hingga mengalami trauma dalam.Akan tetapi, jangan salah. Kalau sudah logika yang bermain. Jangankan pasangan di ambil pelakor. Diambil yang maha Esa aja. Dia akan santuy. Karena apa? Karena ia tahu, apa yang sudah diambil oleh Tuhan, pasti akan diganti dengan lebih baik. Betul? Jadi, ngapain sih harus bertahan kalau batin hancur tiap hari? Kita ini berhak bahagia, Besti! Dan kalau bukan kita yang mencintai diri sendiri, siapa lagi?"Num? Shanum?!" Suara Reksa yang lumayan la
Tubuh Shanum sempat menegang beberapa detik ketika melihat siapa yang ia tabrak. Apalagi, pria itu juga langsung menyapanya, kan?Beruntung Shanum segera menguasai keadaan. Mencoba biasa saja dan menarik kedua sudut bibirnya memamerkan deretan gigi putihnya yang berbaris rapi.Wanita itu menyapa pria yang masih sangatlah tampan di usianya yang sudah tidak muda lagi. Sambil meraih salah satu lengan kekarnya dan mencium punggung tangannya dengan sopan."Uncle. Apa kabar?"Tadi pagi anaknya pamit, eh malam malah bapaknya yang nongol. Ya ampun! Sepertinya rencana Shanum harus segera di percepat. Karena pria ini belum tentu mau diajak kerja sama untuk menutupi semua hal dari sang Daddy. "Baik, princess. Kamu sendiri bagaimana?" balas pria bule bernerta hijau itu, yang tak lain adalah Raid Anderson."Alhamdulilah, baik." Shanum mempertahankan senyum cemerlangnya agar salah satu sahabat ayahnya itu tak curiga.Masalahnya, Reyn saja selalu bisa langsung menebak isi kondisi seseorang dari sor
"Gimana, Num. Uncle kamu udah bales chat belum?"Diam-diam Shanum mendesah lelah ketika tanya itu kembali terdengar hari ini. Padahal sudah dua minggu berlalu sejak kejadian malam itu. Tetapi, Reksa ternyata masih belum menyerah juga. Bahkan tiap hari menanyakan pertanyaan yang sama. Dan Shanum pun akan menjawab dengan jawaban sama pula. "Belum."Reksa terlihat kesal. "Kamu nih sebenarnya beneran udah chat belum sih, Shanum. Masa sudah dua minggu berlalu belum juga di balas. Padahal kan, orangnya sendiri yang menyuruh kamu chat kapan pun!" Mendengar ucapan itu, Shanum tetap santai. Tanpa kata, Shanum malah menunjukan ponselnya ke hadapan sang suami, di mana ada ruang obrolan ia dan uncle Raid sehari setelah pertemuan malam itu. Shanum [Morning, Uncle. Apa Uncle sedang sibuk? Apa aku mengganggu?]Uncle Raid [Morning, Sweety. Ada apa Princess, kenapa bertanya begitu? Ada yang kamu butuhkan?]Shanum [Ya, aku membutuhkan sesuatu. Tapi, tidak bisa lewat telepon. Jadi, bisa kah kita ber
Meski hak makan dan menikmati fasilitas di rumah ini sudah kembali. Tetapi tidak dengan ketenangan. Tentu saja, Mama Rima mana mau memberikan hal itu pada Shanum. Meski sudah tidak ada Amanda sebagai partnernya, tapi kan masih ada si Mbok yang setia. Tiap hari ada saja yang dilakukan untuk mengganggu Shanum. Apalagi jika ia sedang di rumah saat ini, ada saja ulahnya yang menguji ketenangan Shanum.Seperti saat ini. Sudah tahu meski di Rumah, Shanum tetap harus kerja. Tetapi satu jam setelah Reksa berangkat, sudah terdengar gaduh diluar kamarnya. Awalnya Shanum acuh, tapi lama-lama ya kesel juga. Apalagi pekerjaan Shanum itu membutuhkan fokus tinggi. Karenanya dia ya butuh suasana tenang saat bekerja. Kalau bisa malah hening saja sekalian."Mbok ngapain, sih? Berisik banget." "Bebersih Rumah lah. Non Shanum nggak bisa liat apa?" Itu jawab si Mbok saat Shanum tegur. Dengan raut berani dan tak ada hormat sama sekali. Padahal, Shanum selalu menegurnya dengan baik-baik. "Tapi ini udah
Dulu, sentuhan Reksa selalu Shanum rindukan. Seakan candu yang tak bisa Shanum abaikan. Belaian nakal pria itu mampu membuat Shanum mabuk kepayang. Apalagi jika sudah mendapatkan pelepasannya, Shanum seolah dibuat menggila oleh rasa itu.Akan tetapi, itu dulu! Dulu sekali saat mereka masih sangat saling mencintai. Berjalannya waktu, hal itu mulai pudar. Apalagi sejak kedatangan Ayu. Reksa seolah tak tertarik lagi pada Shanum. Hanya datang saat butuh tempat buang sper-ma saja. Meski begitu, Reksa tak pernah semena-mena. Tetap melakukan hal itu dengan lembut. Membuat hati Shanum menghangat dan cinta itu kembali bersemi. Shanum tetap menantikan sentuhan suaminya meski kecewa mulai menumpuk di hati akan sikap pria itu.Sayangnya, malam ini semua terasa berbeda. Walau Reksa melakukan hal itu dengan lembut seperti biasanya. Namun, hati Shanum yang memang sudah mati rasa seolah tak bisa merasakan gelora yang coba Reksa berikan. Sepanas apa pun rang-sangan yang Reksa berikan. Shanum hanya m
Shanum kira, dulu Daddy hanya lupa saja menyerahkan mobil tapi BPKB-nya tidak sekalian. Namun, kini Shanum yakin itu adalah salah satu cara Daddy menyelamatkan harta Shanum. Sebab jika memang lupa, Daddy pasti akan memberitahukannya dan segera mengirimkannya ke sini. Atau, paling tidak memberikan benda itu saat Shanum mengunjunginya ketika lebaran. Namun ini? Daddy diam saja.Shanum bukan tak pernah bertanya. Pernah, kok. Dan jawaban Daddy adalah, "Sudah, simpan di sini saja.""Lalu bagaimana kalau ada razia?""Bawa photo copy-nya saja. Atau suruh polisi itu telepon Daddy."Shanum nampak ragu waktu itu. Pasalnya, Reksa kerap menanyakan benda itu. Namun, jika suruh bertanya sendiri pun pria itu tak berani. Dasar memang pengecut."Tidak apa-apa, Princess. Percaya sama Daddy, semua milikmu akan aman jika berada di sini," ucap Daddy saat melihat keraguan Shanum. Saat itu akhirnya Shanum percaya saja. Toh, tanpa BPKB pun mobil tersebut masih bisa dipakai ke mana-mana. Meski Reksa sempat m
Semua berjalan sesuai harapan Shanum. Reksa meminjam pada Ayu, dan Ayu memberikannya. Tepatnya, mau tak mau harus memberikan. Karena apa? Karena memang sebelumnya, atas permintaan Shanum, orang-orang yang datang kepada Ayu dalam memberikan proyek besar harus mengatakan jika mereka adalah kenalan Reksa. Jadi pasti untuk menolak permintaan Reksa saat itu, Ayu akan berpikir berulang kali.Wanita seperti Ayu itu pasti akan berpikir, hubungannya dengan para klien yang sudah didapat bisa ikut berpengaruh jika Ayu renggang dengan Reksa. Bahkan mungkin tak dapat klien lagi. Maka dari itu, mau tak mau Ayu harus menolong Reksa, kan?Keterlibatan Ayu dalam hal ini tentu saja membuat Mama Rima sangat senang. Wanita paruh baya yang memang sudah tak menyukai Shanum sejak awal itu pun, semakin menyanjung Ayu setinggi langit di segala momen. Setiap hari, setiap waktu, dan setiap saat yang di bahas hanya kebaikan Ayu, Ayu, dan Ayu terus. Tak perduli sudah ditegur berapa kali pun oleh Papa Hendra. Mam