"Hahaha ... Jangan ngehalu, Nad, mana ada sultan yang mau sama kamu, dan ...." dia berhenti
"Dan Reyhan itu sudah punya calon dari kalangannya yaitu dokter Vivi, jangan menghayal, Dok." Baru kutahu mulutnya Naura sangat pedas sangat cocok dengan keluarga Andra.
"Menghayalnya ketinggian kak Naura, Mas Andra mau diembat juga, dasar serakah." Laras ikut menimpali, semua warga makin memojokkanku. Allah berikan petunjukmu.
"Kita usir saja dia bapak-bapak dan ibu-ibu, wanita seperti ini berbahaya, semua diembat!" Ya Allah sakit sekali mereka menghinaku.
Mamanya Andra tersenyum sinis melihatku, seperti puas menghakimiku. Rasanya sakit sekali.
"Lebih baik dokter Nadhine pergi saja, warga makin ramai." Pak RT yang sangat tidak bijak, hanya berpihak kepada Naura dan keluarga Andra.
"Saya bukan pelakor, seperti fitnah kalian."
"Ngaku saja, kenapa susah se
Pov Reyhan Entah mengapa perasaanku tidak tenang, ketika Nadhine didekati oleh Andra, jujur membuatku sedikit takut Andra mengambil Nadhine lagi. Delapan tahun yang lalu aku mengurung diri karena pujaanku ternyata memilih laki-laki pilihannya. Seorang dokter yang saat itu banyak diincar oleh para dokter junior lainnya. Berkali-kali kumenahan nafas melihat Nadhine yang berseri-seri saat itu menikah dengan dokter Andra. Namun, ternyata sejauh apa pun jodoh tetap kembali. Kulihat Nadhine menangis dan terluka dibuang ditengah jalan oleh mamanya dokter Andra. Masih segar diingatan suara Nadhine yang menangis tersedu-sedu, tanpa banyak kata air matanya keluar. Aku terluka meski jujur ada rasa bahagia melihat dia kembali padaku. Segala kemewahan yang diberikan keluarga tidak pernah kutunjukkan di depan Nadhine, agar dia merasa nyaman didek
Aku terus mencubit tanganku merasa ini seperti mimpi bagiku, Reyhan mendekatiku seperti menyakinkan bahwa ini adalah nyata bukan mimpi. Apa ini mimpi? Apa benar aku sudah menikah? Ya Allah wajahku bersemu merah, tak kuat merasakan debaran di dada ini. Reyhan bahkan meminta izin untuk memegang tanganku. Ini benar-benar seperti mimpi.Denga takzim untuk pertama kalinya tangan Reyhan kucium karena sudah sah menjadi suamiku. Masih tidak menyangka sahabat yang selalu ada untukku kini benar-benar menjadi suamiku.Debaran di dada ini makin terasa ketika pertama kalinya Reyhan mencium keningku. Perasaan yang berbeda saat delapan tahun yang lalu menikah dengan Andra, ini lebih terasa debarannya. Ketulusan Reyhan sangat masuk ke dalam relung hatiku, seperti siraman hatiku yang telah lama gersang. Meski jujur aku masih bingung setelah ini apa yang harus kulakukan, b
"Berjanjilah untuk tidak menangis lagi di depanku, Nad," ucap Reyhan sambil mencium keningku."Berjanjilah untuk selalu ada untukku, sayang," balasku lebih cepat. Reyhan semakin erat memelukku."Ehm, ehm, ciyee ... pengantin baru." Ya ampun, kami lupa ada supir di depan."Hm, kang Asep, sssst ...." Hahaha ... Malunya karena sibuk dengan bucin masing-masing lupa ada yang baper di depan."Kayaknya akan bersaing nih, dengan pasangan romantis Cinta Dalam Diam di rumah.""Hahaha, akang bisa saja!" Wajahku semakin bersemu merah, Malu dan bahagia bercampur jadi satu."Kami tentunya lebih romantis akang." Hahaha ... Kang Asep tak berhenti tertawa.Tak berselang lama akhirnya kami sampai ke rumah Reyhan, entah mengapa jantungku berdetak lebih kencang padahal mami dan ayahnya Reyhab masih di luar negeri, tapi jantungku berdebar-debar tidak menentu."Ayo, sayang, turun, jangan sungkan.
Reyhan memelukku untuk pertama kalinya, seperti ini rasanya dicintai, dihargai dan dihormati di malam pertama. Rasanya seperti belajar jatuh cinta lagi, merasakan atmosfer indahnya sebuah pernikahan. Sungguh ini seperti mimpi bagiku, tidak mudah untuk bangkit dan merasakan ini untuk kedua kalinya."Aku tidak akan memaksamu, sayang. Aku sadar ini mendadak bagimu." Reyhan mengecup keningku, toloong! jantungku, debarannya lebih cepat."Bersih-bersih dan ganti baju lalu istirahat, ya. Abang tunggu." Aku hanya mengangguk. Namun, debaran di dada ini tidak bisa diminimalisir.Setelah adegan pelukan mendadak langsung kubersihkan diriku di kamar mandi, canggung dan grogi semuanya bercampur jadi satu. Apa malam ini kami malam pertama? Tidak mungkin kutolak jika Reyhan menginginkannya karena kami sudah sah men
***Bangun pagi, Reyhan tidak ada disampingku, kulihat Reyhan sudah duduk di atas sajadah. Aku tertegun jam dinding masih menunjukkan pukul 03.30 pagi. Di atas sajadah kulihat suamiku itu begitu khusu' memanjatkan do'a. Ada rasa malu dihatiku yang selama ini sibuk hanya memikirkan pekerjaan saja.Segera kulangkahkan kakiku untuk ke kamar mandi, ini mungkin yang dinamakan hati yang berbunga-bunga hanya melihatnya saja membuat desiran di hati ini tidak bisa dikondisikan. Kulihat ada mukenah baru cantik sekali."Bang, ini mukenanh siapa?""Itu mukenahmu, Sayang. Abang gak tahu selera istri Abang, jadi minta tolong sama vivi.""Makasih, ya, sayang." segera kubuka mukenah yang cantik sekali, sepertinya Vivi lupa menghilangkan cap mukenah itu. Harga mukenahnya masih tertera membuatku menelan salivaku.Reyhan memandangku, untuk pertama kalinya dia melihatku menggunakan mukenah. Di sepertiga malam kami k
Ayahnya Reyhan mempersilahkan keluarga Naura untuk duduk, Reyhan masih membersamaiku. Khawatirnya Andra pingsan lagi kalau tahu Reyhan adalah pemilik rumah ini. Pernikahan kami memang belum diumumkan. Masih banyak yang belum tahu pernikahan kami. "Kak bukannya itu Naura?" tanya Rachel. "Iya, kok tahu?" tanya Reyhan, aku bingung bukannya Naura itu sepupu mereka. "Bukannya sepupunya, Sayang?" tanyaku ke Reyhan. "Sepupu dari hongkong!" Rachel yang menjawab. "Hahaha ...." "Sst ... jan keras-keras!" maksudnya? Jadi itu akal-akalan Reyhan biar aku datang melihat Andra t
"Dengan siapa anak kami jatuh cinta, Kamu Naura tidak berhak menilai apalagi menghakimi. Kalian memang tidak bisa berterima kasih, padahal yang membiayai pesta tunangan Naura dan Andra adalah anak saya--Reyhan." Andra cukup terkejut, aku pun demikian. Jadi, pesta mewah itu Reyhan yang membiayai."Maaf pak ketua kalau menyinggung perasaan pak ketua," sambung ayahnya Naura."Asal kalian tahu 75% saham keluarga kami dimiliki oleh Reyhan, apalagi kalau sudah menikah dipastikan semuanya akan jatuh ke Reyhan. Reyhan itu anak semata wayang dari keluarga Baskoro belum lagi dari keluarga mendiang eyangnya Hermanto. Harusnya kalian bersyukur dibantu oleh Reyhan karena selama kami di luar negeri Reyhan yang mengatur semuanya." Ayahnya Reyhan rupanya sangat kesal, intonasinya dinaikkan."Kamu juga Naura, jangan mengadu apa pun tentang anak saya, karena Reyhan dari kecil selalu tepat sasaran. Dia pasti tahu yang terbaik untuk hidup dan masa depannya."
"Sayang, bangun." Reyhan membangunkanku, ternyata sudah subuh.Setelah sekian purnama aku bisa merasakan tidur nyenyak. Merasakan kenyamanan setelah sewindu berlalu, jujur kuakui selama delapan tahun ini tidurku tidak pernah nyenyak."Mandi, sayang. Abang ke masjid, ya. Ayah sudah nunggu di bawah." Aku hanya mengangguk, tak lupa Reyhan mengecup keningku.Segera kubersihkan diri, aku berjanji akan hidup lebih sehat dan menjadi istri saleha untuk Reyhan. Bersamanya merasakan jatuh cinta kembali. Reyhan suamiku mampu membuatku benar-benar seperti permaisuri. Bersyukurnya lagi mendapat keluarga suami yang menerimaku apa adanya.Kadang kita harus belajar dari keadaan yang kita alami. Ikhlas dengan ujian yang Allah berikan akan i