Raymond dan Lala masuk ke dalam rumah yang terbilang mewah. Meskipun bersih tapi, nampak tidak berpenghuni. Mereka masuk lewat pintu samping. Lala menunjukkan kunci serep yang katanya dia curi saat di kediaman Angga. Raymond tersenyum pada Lala. Karena perempuan di depannya sangat effort membantu misi yang sedang dia perjuangkan. Rasanya tidak sabar membawa Mahra ke dalam hidupnya. Sekalipun nanti Mahra hanya menjadi peliharaannya di kamar.Lala menunjukkan kamar tempat Mahra bersembunyi. Laki-laki itu mendorong pintu kamar perlahan yang tidak dikunci. Dia bisa melihat Mahra tertidur pulas di atas ranjang. Wajahnya yang teduh, lembut dan pembawaan tenang.“Laki-laki mana yang tidak akan jatuh cinta pada perempuan secantik kamu Mahra!” gumam Raymond dalam hati. Bahkan dia belum pernah merasakan secinta ini pada perempuan.Dia berjalan perlahan. Memastikan itu Mahra. Yang memang itu Mahra. Perempuan pujaannya.“Bagaimana Bos?” tanya Lala. Setelah laki-laki itu menutup kembali pintu ka
Faisal datang dengan tergopoh bersama sang istri. Dia melihat banyak lak-laki dengan jas hitam di sana. Badannya kekar nampak seperti bodyguard. Setidaknya dari plat mobil dia sudah tahu, kalau mereka adalah bodyguarnya Angga. Seorang laki-laki klimis menyuruh Faisal dan istrinya masuk.“Selamat datang Tuan dan Nyonya!” sapa Panji.“Apa ini Panji?” tanya Faisal saat melihat Raymond diikat di kursi dan mulutnya di lem.“Ya Allah anakku!” Yuni mendekati anaknya dengan perasaan marah dan sedih. Kemana anaknya yang gagah. Kenapa bisa seperti maling di pasar saja.“Oh duduk dulu Tuan Nyonya!” ujar Panji sembari mempersilahkan kedua orang yang terkenal sebagai konglomerat itu duduk di sofa yang tersedia. Sedangkan Raymond hanya duduk dengan tatapan dingin.Faisal segera duduk.“Panji…”“Om tenang dulu. Justru aku sangat mempertimbangkan Om dan Tante dalam hal ini!” Panji langsung memotong.“Bagaimana kami bisa tenang, melihat Raymon kamu perlakukan seperti ini!” Yuni berseru penuh amarah.
Mahra belum juga sadar, setelah dioperasi pasca penusukan itu. Anak-anak tidak ada yang mau pulang mereka ingin menanti ibunya sadar. Namun, atas permintaan Angga, Alifa dan kedua adiknya pulang ke rumah dengan sang nenek. Angga khawatir anak-anaknya jatuh sakit. Jadi mereka di rumah sakit secara bergilir.Angga juga tak pernah beranjak dari sisi ranjang sang istri. Alif menatap kesedihan yang terbentuk dari wajah sang ayah. Mereka kini hanya tinggal berdua di sana. Serta dua bodyguard yang berjaga di pintu kamar.“Papa!” Alif berkat.Angga menoleh pada putranya. “Iya Sayang!”“Sudah azan, kita salat dulu yok. Biar kita doain Mama sama-sama!” ujarnya lagi.Angga mengelus kepala anak sulungnya. Amarahnya yang bergemuruh di dada seketika padam dengan ajakan anaknya.“Ayo sayang!” Angga beranjak bersama putranya menuju musalla rumah sakit.“Tolong jangan biarkan siapapun masuk ke sini! Bahkan suster sekalipun!” tegas Angga pada bodyguardnya. Angga cukup antisipasi. Dia tahu, orang-orang
Orang-orang Raymond mencari cara agar bisa melenyapkan Mahra. Karena begitu intruksi Raymond meskipun dia sudah mendekap dalam penjara. Kini pun ayahnya sedang mencari cara agar anaknya bebas. Dia ingin menyumpal uang sebanyak-banyaknya demi membebaskan sang putra.Orang suruhan Raymond sudah mengamati ruangan Mahra di jaga ketat. Bahkan di sana berkeliaran banyak sekali bodyguar mereka. Salah satu cara menyusup ke sana melalui perawat. Tapi, usaha mereka gagal karena perawat juga diperiksa masuk ke sana. Bahkan mereka tidak izinkan masuk sesuka hati. Dokter juga demikian. Tidak ada celah untuk mereka masuk.Namun, akhirnya mereka memanfaatkan orang yang melawat. Juga susah karena tidak ada yang bisa mereka dekati. Hanya keluarga inti yang boleh masuk ke ruangan itu.Mereka mengetahui tentang keluarga Samsudin. Anaknya yang dimanfaatkan,“Kalau kamu bisa meracuni Nyonya Mahra. Kami akan membayar kamu dua ratus juta!” ujar laki-laki berjas itu.Tidak menunggu lama, Ani langsung mengiya
Panji menghubungi salah satu petinggi wartawan untuk menulis berita terkait Raymond yang kini ditahan polisi. Bahkan Panji meminta agara mereka membuat banyak berita yang bisa tranding topic terkait Raymond.“Sekali dayung dua tiga pulau terlampui!”ucap Panji pada sang wartawan. Setelah mengirim video penangkapan Raymond.“Siap!” sahut petinggi media tersebut. Karyawannya hanya perlu bekerja sedikit dengan membeberkan keadaan Raymond. Maka dengan sendirinya para creator digital dan media online lain memotong-motong dan mencari kebenarannya hingga ke akar-akar.“Raymond Direktur Perusahaan Gemilang Ditangkap Polisi Atas Tersangka Penculikan Istri CEO Kurniawan Hallding!”Setelah satu berita tersebut beredar. Secara otomatis berita-berita lain bermunculan. Sekaligus membuka seluruh kejadian. Penyebab Rangga ditangkap polisi. “Di duga Raymond Memfitnah CEO Hallding Kurniawan demi mendapatkan istrinya!”Berita tentang Raymond semakin memanas. Bahkan dicibir dan dihujat oleh netizen sean
Faisal duduk termangu di meja kerjanya, sebenarnya dia bukan hendak mencari tahu tentang kejadian yang menimpa pada menantunya. Tapi, lebih jauh dari itu. Masa lalu yang kelam bersimbah darah. Kriminal yang pernah dia lakukan.Pikirannya hanya digemgam oleh dosa masa lalunya. Dia belum siap Bian dan istrinya tahu, kalau karirnya hari ini karena hasil kerja sama dengan Fatimah. Pikirannya melayang ke 22 tahun silam.“Sal, kamu tahu ‘kan aku tidak mau menikah dengan Yusuf. Aku ingin menikah sama Herman, aku cintanya ke dia?” curhat Fatimah pada suatu hari.“Yaudah tinggalin aja dia, kalau kamu nggak bahagia.”“Kamu tahukan Herman cuma staf biasa mana mungkin aku bisa hidup dengan dia?”‘Kamu ‘kan bekerja di kantor Yusuf punya jabatan tinggi.”“Kalau aku ninggalin Yusuf, tentu aku harus meninggalkan semua itu?”“Kamu harus cerdas dong, Fat. ”“Maksudmu?”“Ambil semua kekayaan Yusuf lalu kamu kawin dengan Faisal.”“Kamu gila?’“Aku akan bantu kamu? Jika kamu mau bagi hasil denganku!” taw
Pagi minggu tahun 1996 rumah megah didatangi banyak melayat, semua keluarga dan teman-teman, datang melayat. Hanya ktp dan baju yang dikenakannya yang bisa menunnjukkan kalau itu Yusuf. Anggota tubuhnya sudah tidak dikenali lagi. Terlihat Fatimah memangku anaknya yang masih bayi, matnaya sembab. Hatinya girang karena yusuf benar-benar raib.Saat itu, Naina baru berusia satu Tahun, dia tidak tahu apa-apa tentang ayahnya yang dizalimi itu. Dia juga tidak tahu, kalau ayahnya sudah tiada. Semua orang yang datang mengelus puncak kepalanya sebagai anak yatim. Semua orang bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh Fatimah dan anaknya. Di hari ke tujuh Fatimah mulai ke kantor. Mengatakan kalau kini perusahaan tersebut sudah dipimpinnya. Tidak ada ahli waris lain yang mempertanyakan soal harta Yusuf, karena keluarga Yusuf dari orang berada. Mereka hanya menginginkan Fatimah membesarkan Riana semata wayang itu. Dan semua harta Yusuf untuk mereka. “Fat, kerjaanku beres ‘kan?” Faisa
Setelah Angga mempersilahkan Masuk. Ani segera melangkah ke dalam seraya menyalami sepupunya. Hal yang sangat jarang dia lakukan. Lalu menyalami Mahra.“Sudah membaik Mbak?” tanya dia basa-basi.“Alhamdulillah, Dik! Sendiri kesini?” tanya Mahra.“Iya, Mbak. Mama lagi ada kondangan di dekat rumah!” sahutnya. Alif sangat siaga memperhatikan gerak-gerik Ani.“Oh ya. Ini ada Mama masakin bubur buat Mbak!” perempuan lima belas tahun itu.“Mama nggak boleh makan sembarangan!” sahut Alif.“Dek, ini masakan sehat kok!” Ani mulai kesal dengan laki-laki kecil yang dari tadi membuat dia tidak nyaman.“Iya, tapi...”“Wah enak ini sayang. Tante Rini memang paling enak kalau buat bubur!” sahut Angga setelah mengambil rantang secara tiba-tiba di tangan Ani.Ani sangat kaget dengan cara Angga mengambil rantang darinya. Tapi, hatinya bersorak. Karena itu artinya pekerjaannya berjalan dengan mulus.“Alif kok bengong! Tolong ambilkan piring nak!” perintah Angga.Kamar itu memang kelas VIP bahkan bukan h