Share

Bab 92

Mari menangis bersama. Bukan tangis tentang cerita sedih kita. Tapi tangis bahagia atas perjuangan kita bersama. Menangisi ‘jejak darah’ yang kita lewati untuk sampai pada puncak perjuangan ini. Menangis bahagia tentang cerita aku dan kamu yang bermetamorfosis menjadi kita.

“Pernah dengar kata-kata ini nggak?” Maha pandangi pantulan Pulung di cermin. Yang cantik dan anggun dalam balutan kebaya. Putih dan bersih yang mengartikan sucinya pernikahan ini. “Istilahnya kamu adalah rumah buat aku. Tempat aku bisa pulang dan ngelihat kamu aku punya rumah yang sesungguhnya.”

“Kalau gitu, aku nggak bakal pernah lepasin kamu buat singgah barang sejenak pun ke tempat lain,” jawab Pulung mantap.

Terdengar lebih agresif yang menguarkan tawa di bibir Maha.

“Kamu mainnya nggak kaleng-kaleng sekarang.” Ejek Maha.

“Nggak mau kehilangan lagi.” Rajuk Pulung.

“Aku nggak bakal pergi.”

“Yang suka kamu banyak.”

“Aku cintanya sama satu perempuan saja.”

“Siapa?” Pura-pura tidak tahu menjadi keahlian Pulung ak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status