Share

Bab 64

Penulis: Lavender
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-01 20:46:59

Maha yang kesal maksimal. Ingin melakukan aksi akrobatik jika bisa. Tapi Pulung terlalu acuh dengan ekspresi mukanya yang alih-alih garang justru gemoy—bahasa gaulnya sekarang begitu.

Sekarang siapa coba yang tidak kesal kalau di sandingkan dengan berbagai jenis trauma masa lalunya. Kalau gagal di yang terdahulu apakah menjudge kegagalan di masa yang sekarang wajib dilakukan? Agaknya Maha tersinggung berat dengan itu. Baiknya jika Pulung menolak saja. Tapi hati Maha yang bakal menye-menye semisal itu sampai terjadi.

Duhhh! Sat! Urusan dengan hati kok seribet ini. Aturan Maha yang human anti ribet langsung saja ngegas tanpa peduli Pulung akan suka atau tidak.

“Kamu tahu?” Menahan langkahan Pulung yang setelah terdiam lama berharap Maha mau mengerti keputusannya. “Kenangan bahagia tiap orang berbeda-beda. Kenangan yang berharga akan aku artikan sebagai awal dalam aku mengambil langkah. Bagiku, itu kenangan di mana aku bisa mengucapkan ‘papa’ kala memanggil beliau. Tapi bagi papa, kenan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Setelah Bercerai    Bab 65

    Ayana merasakan gejolak pada perutnya. Pagi-pagi sekali sebelum matahari menyapa bumi. Bolak-balik kamar mandi menjadi aktivitasnya. Sayangnya, tak ada satupun yang keluar dari mulutnya kecuali cairan bening pahit. Dan usai dengan kondisi lemahnya, tak banyak yang Ayana lakukan selain membaringkan tubuh lemasnya. Tulang-tulangnya serasa terlolosi. Sekadar duduk menerima air putih dari Rambe, harus ada penyangga di belakang tubuhnya.“Kamu isi kali.” Rambe bukan bermaksud hendak menyinggung. Menduga-duga saja karena yang dirinya lihat pada tumpukan pembalut di lemari Ayana masih utuh.“Belum tanggalnya,” jawab Ayana. Tapi sudah lewat dua hari. Dan tidak ada yang menyadari itu. “Ini murni masuk angin. Aku kemarin kehujanan.”Aura gelap di wajah Rambe langsung terlukis. Padahal sinar mentari sangat terang benderang. Tapi Rambe mengeluarkan sensitifitasnya. Aigoo. Membuat Ayana berdecak saja. “Ada sesuatu yang mau kamu makan?” Meski demikian, Rambe tetaplah Rambe yang sangat perhatian te

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • Setelah Bercerai    Bab 66

    Karena cerita ini tidak melulu fokus dengan kisah Ayana dan Rambe yang hanya pelengkap semata. Maka kita akan lengser ke jajaran lainnya yang masih kelabu. Akan kita kulik secara perlahan. Satu per satu. Bab per bab karena semuanya memiliki andil bagian masing-masing.Ya gitu. Kalau Ayana dan Rambe sudah mulai keliatan bucin-bucinnya. Maka Ardika sedang galau-galaunya. Gimana nggak galau kalau status duda buat ketiga kalinya bakal di sabet? Ini nih semisal ada ajang MTV Awards dan ada nominasi Duda terbanyak sepanjang tahun, tolong masukkan nama Ardika Aksara ke dalamnya.Lelaki berperawakan tinggi dengan khas rambut berantakan itu sungguh nggak punya tandingan. Label ‘Ampun Bang Jago’ sangat cocok melekat pada dirinya. Karena … ya Ardika itu magnet bagi para perempuan. Jadi nggak heran banyak yang nunggu buat di gilir masuk ke daftar bininya. Nggak peduli duda juga asal kaya dan mapan mah hayuk saja.Tapi kini ada yang berbeda dengan paras tampannya. Setelah kemarin cek-cok adu mulut

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • Setelah Bercerai    Bab 67

    "Tumben nenek datang.”Eta mulut punya Maharaja memang nggak pernah punya rem! Sama orangtua saja mengajukan tanya yang selalu punya dua alasan: menjenguk kalau nggak kangen berarti sedang menaruhkan firasatnya apakah sang anak baik-baik saja atau tidak. Tapi memang dasarnya Maha itu selengekan, ya rasakan saja pukulan di punggungnya oleh sang nenek. Terbilang cukup keras. Karena Aira yang bertugas mengantarkan masuk ke dalam ruangan atasannya sembari membawakan barang bawaannya meringis ngilu.“Aigoo nenek!” Dumel Maha mengusapi punggungnya yang menjadi sasaran empuk amarah. “Nenek kalau kangen cuma perlu telepon Maha dan Maha datang ke sana.”Ya?Ini betul-betul Maharaja Askara bos besar perusahaan di mana Aira menumpukan kehidupannya, kan? Bukan jelmaan atau jelema kajajaden, kan? Aduh Aira yang baper maksimal ini. Maha dengan panggilannya yang manja begitu terasa menggelitik hatinya.“Nenek ke sini ngasih aku chicken,” bisik Maha terlampau pelan. Tubuhnya duduk di samping nenek ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Setelah Bercerai    Bab 68

    Sama halnya dengan harapan-harapan yang telah lalu. Naomi masih berada di tahap ‘ingin berdiri sendiri’ tanpa papanya dan menggenggam sejumput harapan dalam hatinya. Tidak ada yang tahu bagaimana angan sederhana dari seorang Naomi Aksara.Sekalipun sudah berada di rumah oma opanya dan kucuran kasih sayang dari pasangan tua itu tak pernah putus, tetap saja ada yang hilang dari jiwanya. Gairah untuk melanjutkan hidup yang semestinya menggebu layaknya anak seumurannya meredup. Yang Naomi lakukan hanyalah bersekolah, mengikuti les, ke sanggar tari dan setelahnya belajar. Ketika liburan menyapa, tak banyak yang bisa Naomi lakukan selain berada di rumah dengan kanvas dan alat-alat lukis lainnya. Atau paling banter Naomi akan bermalas-malasan menonton kartun seraya memakan cokelatnya.Dan itu, tidak ada pelarangan dari oma maupun opanya. Jelas rasanya hambar. Itu yang membuat kesedihan Naomi berkali-kali lipat tingkatannya. Bukan tentang kesendiriannya yang merenggut sebagian semangat hidup

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Setelah Bercerai    Bab 69

    Bangun-bangun dari tidurnya, yang Ardika rasakan pertama kali adalah hampa. Bersama hujan yang sejak sore mengguyur, menghadirkan kenangan masa lalu tanpa kata-kata dalam sekejap lantas menguap.Yang menarik kesadaran Ardika hanyalah satu: masih sangat mencintai Pulung. Masih sadar memiliki cinta untuk Pulung. Diam-diam merindukan Pulung. Begitu menginginkannya. Yang sayangnya, Ardika merasakan itu semua saat Pulung tak ada di sampingnya. Yang mana—mungkin saja—sudah Pulung dapatkan kebahagiaannya. Dan itu bukan dengan dirinya.Bukankah hidup dalam penyesalan itu amatlah tidak mengenakkan?Ya. Walaupun terlihat tidak menyenangkan. Ardika coba bangkit dari asanya. Yang terluka bukan hanya dirinya. Pulung juga. Yang sakit bukan hanya dirinya. Pulung juga. Kini bertambah daftarnya: Naomi.Bicara-bicara soal Naomi, Ardika merutuki kebodohannya. Belum habis dengan sesalnya—seperti sebuah kesialan yang memang di gariskan untuknya. Apa lagi yang bisa Ardika lakukan untuk putrinya sekarang?M

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Setelah Bercerai    Bab 70

    Sudah pernah Maharaja hentikan harapannya untuk bersama Pulung. Pikirnya, mungkin memang dirinya bukanlah yang terbaik sebagai pilihan untuk di sandingkan bersama Pulung. Dan Maha tidak marah. Tidak mengutuk sama sekali pada tiap-tiap keputusan Tuhan. Maha justru bersyukur. Dengan begitu, ada effort untuk dirinya berjuang. Membenahi dirinya, mengambil jeda waktu yang terbuang untuk menumpukan harapan atas nama cinta dan berhenti untuk mencari kebahagiaannya.Faktanya?Hasilnya?Benar. Tuhan tidak pernah ingkar perihal janji-janjinya. Tuhan tidak pernah keliru pada benang merah takdirnya yang sudah di ulurkan. Pada akhirnya, usaha yang Maha lakukan membuahkan hasil pada proses kematangan.Di mana kini Maha ceritakan teruntuk masa lalunya. Sebelum Maha lupakan secara benar kisah-kisah kelam yang tertuang di dalamnya. Sebelum Maha bersihkan seluruh sisanya untuk proses yang sebenar-benarnya. Untuk masa lalunya, izinkan Maha menyampaikan perasaannya lewat sebuah tulisan yang mana nantinya

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Setelah Bercerai    Bab 71

    Begitulah hidup. Ada satu sisi di mana kita merasakan hilang kendali. Tak bisa mengontrol segalanya dalam satu waktu. Tak bisa mengendalikan apa yang di kehendaki hati. Sehingga terkadang perlu untuk keluar dari jalur nyamannya.Sama halnya dengan hati yang telah mati. Sekadar melihat harapan yang sesungguhnya saja sudah tak mampu. Semuanya menghilang dalam satu kedipan mata. Semuanya lebur bersama kuasa Tuhan yang kita sebagai manusia hanya bisa menerima dan menjalani. Mencoba bangun meski tahu tidak mudah bagaimana rasanya berjuang sendiri.Setidaknya sudah mencoba. Barangkali banyak para pemikir di luar sana yang mencetuskan ide ini. Dan akan berhenti kala porsi perubahan yang meski tidak signifikan sudah di rasakan membaik. Sudah terlalu bersyukur untuk semuanya. Sudah berjalan sampai sejauh ini pada sebuah perubahan, nikmat Tuhan memang tiada taranya.Barangkali itu yang sedang Ardika renungkan di tengah malam ini. Lelah dengan segala kesenduan yang dirinya ciptakan sendiri. Sesa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Setelah Bercerai    Bab 72

    Langsung Ardika peluk. Masuk ke dalam dekapannya. Menyatu dengan tubuhnya. Tidak peduli pekikan maupun protesan yang akan terlontar setelah ini. Bahkan jika ingin mengomel, akan Ardika dengarkan. Satu jam, satu hari bahkan satu minggu. Akan Ardika lakukan. Indera penciumannya menyerap banyak-banyak kuaran parfum lembut yang menusuk masuk. Sangat anggun terekam dalam otak Ardika. Memorinya penuh dengan harum tubuh yang teramat Ardika rindukan. Pertanyaannya: sudah berapa lama?Bertambah durasi waktunya, bertambah pula pelukan Ardika yang mengerat. Bisa di samakan dengan ular yang melilit korbannya. Yang tidak ada perlawanan. Justru balasan yang sama kuatnya. Ada tangis yang terdengar di rungunya. Ada basah yang merembes di kemejanya. Abaikan saja. Ini sesi penting. Ardika sedang menikmatinya.Sekarang Ardika tahu jawabannya. Bahwa inilah yang dirinya cari selama ini. Bahwa sebesar inilah cinta yang semestinya Ardika tunjukkan. Dan inilah kebenaran di mana hatinya terpeluk dengan cinta

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03

Bab terbaru

  • Setelah Bercerai    Bab 115

    Tiap orang punya rahasia yang tak bisa di ungkapkan secara gamblang. Dan tiap orang juga punya sisi lain yang disebut topeng untuk menutupi wujud keasliannya alih-alih yang terlihat di hari-harinya. Begitu juga dengan Pulung yang paham betul akan makna itu. Bahkan mungkin keberadaan dirinya yang ada di rumah ini selama hampir sepuluh tahun belum mengetahui sampai bagian terdalamnya. Karena memang ada tempat lain yang belum bisa Pulung jamah.Mungkin juga lewat sebuah rahasia yang tak bisa diucapkan lewat kata-kata, ada jiwa-jiwa lelah yang menghadapi sikap kekanak-kanakannya selama masa kehamilan ini. Bukan maunya Pulung, sungguh. Murni bawaan sang jabang bayi yang mengharuskan sikapnya berubah drastis. Mulai keluar dari jalur keaslian siapa dirinya sampai ke akar-akar sikapnya yang paling menyebalkan.Namun di atas itu semua yang paling membuat Pulung terkesan adalah Maharaja Askara yang dua puluh empat jam penuh mau mengurusi dirinya dengan telaten. Penuh kesabaran tanpa mengeluh a

  • Setelah Bercerai    Bab 114

    Yang semalam tak bisa Ardika berikan jawaban.Pagi ini semuanya berjalan seolah memang tidak pernah terjadi apa-apa. Tidak ada obrolan seputar perasaan Naomi Aksara dengan B.S Negara yang membuat Ardika penasaran setengah mati. Ingin searching pun rasanya belum sempat. Ardika betul-betul melupakan di mana letak ponselnya berada dan fokus menghabiskan waktu bersama ketiga anaknya.Usai sarapan, agenda yang sangat di tunggu oleh Baraja pun terkabulkan. Paralayang yang sudah di incarnya sejak masih dalam perjalanan. Dan selesai dengan itu, mereka akan segera turun untuk Ardika bawa ke rumah orangtua Pulung.Tentu yang bingung tidak hanya para krucil itu saja. Bahkan ibunya Pulung tertegun selama berdetik-detik sebelum memeluk Baraja seraya menghujani dengan ciuman.“Ada milik Pulung di sini. Matanya punya Pulung. Hidungnya punya Pulung. Sisanya dia cetakanmu.”Ardika tersenyum kikuk. Dan di persilakan untuk duduk di ruang tamu sederhananya. Sudah ada suguhan padahal Ardika tidak memberi

  • Setelah Bercerai    Bab 113

    Tidak ada halangan apa pun untuk sampai ke puncak Gunung Putri. Suasana cukup ramai karena ini weekend. Dan semilir angin malam mulai menyapa. Sepoi-sepoi menerbangkan helaian rambut milik Naomi yang mencuat. Sejauh mata memandang, kerlipan lampu malam kota Garut tersaji dengan indah. Tidak ada suara bising di sini. Sunyi dan senyap namun menenangkan. Suara jangkrik malam menjadi pengiring semesta menunjukkan keunggulannya.Embusan napas Naomi terhela dengan teratur. Seulas senyum terbit dengan jari menyelipkan anak-anak rambut.“Kakak belum bobok?” Adalah Ardika yang menatapi putri sulungnya sejak 15 menit yang lalu. Ada gejolak aneh di dalam hatinya. Desirannya penuh kesakitan dan sesaknya kesakitan. Bergumul jadi satu menyumbat saluran pernapasannya.“Mau ngelukis bentar lagi.”“Malam-malam begini?” Naomi mengangguk. “Nggak bisa besok saja kak?”“Papa lihat deh.” Ardika baru sadar bahwa anaknya yang satu ini tidak suka banyak bicara dan lebih menyukai tindakan. “Aku suka kerlipan l

  • Setelah Bercerai    Bab 112

    Membutuhkan waktu 3 jam 42 menit dengan jarak tempuh 217 km Jakarta-Garut via tol.Ardika kemudikan mobilnya sendiri di dampingi Baraja dan Naomi serta Armani di kursi belakang. Kedua kakak adik perempuan itu anteng bersama tablet soal edukasi mendaki bagi pemula. Sesekali canda tawa akan terkuar dan berebut channel untuk di play lebih dulu.Hati Ardika tenang melihatnya dan Baraja yang bermain rubrik di sampingnya kentara fokusnya. Anak ini persis dirinya di masa kecil dulu jika boleh Ardika katakan demikian. Pasti tidak akan adil bagi Maharaja kalau mendengar keegoisan hatinya tentang ini. Tapi memang kadang hati tak mau munafik juga enggan di tampik.“Papa … Garut.” Rengek Baraja yang sudah lelah dengan permainannya. Menagih janji yang kemarin Ardika cetuskan. “Oh, iya. Papa lupa.” Ardika tengok lewat spion tengahnya. Kedua putrinya sedang asik jadi tidak perlu di usik. “Kabupaten Garut. Ada tulisan Aksara Sundanya yang papa nggak tahu bacanya gimana. Adalah sebuah Kabupaten di pr

  • Setelah Bercerai    Bab 111

    Sudah matang semua persiapan yang Ardika kumpulkan. Jadi satu di atas meja ruang tengah milik Maha. Ketiga anaknya sedang asik bercengkerama—lebih merecoki Naomi yang hendak membawa peralatan melukisnya. Ardika setujui. Memberi dukungan untuk putri sulungnya serta merta mengembangkan bakat di gunung.“Tapi pemandangan gunung lebih cocok dengan ini teteh.” Suara Armani tak mau kalah dengan Baraja yang terus melengkingkan ketinggiannya. Kepala Ardika menggeleng dengan senyum yang tak pudar sedikit pun.“Kan pepohonan hijau adek.” Naomi tetap kekeuh pada pendiriannya karena—yeah—menurutnya dia lah sang pelukis sejati. Aduh memang ya.“Sentuhan cokelat juga bagus kakak. Kaka kapa nggak tahu? Nih abang kasih lihat ya.” Tablet Baraja sudah memutar sebuah video dengan pemandangan pegunungan-pegunungan berbagai pilihan. “Dari jauh iya biru. Pas dekat itu malah cokelat kayak gini tahu. Jadi kak, warna cokelat pun berguna untuk kakak bawa.”Mulai dari sini terlihat wajah bimbang Naomi. Semula y

  • Setelah Bercerai    Bab 110

    "Gitu ya sementang punya rumah sendiri.”“Nggak tahu saja yang nunggu sampai keroncongan.”“Ini sejak kapan tamu malah pesan delivery?”“Heran Gusti heran!”Sindiran demi sindiran yang tersentil ke rungu Maha maupun Pulung tak menjadi halangan bagi pasangan yang sedang menanti kelahiran sang buah hati terusik.“Pasangan budak cinta mah gitu.”“Gaes … Sudah punya masing-masing jangan ngeledek.”“Iri bilang bos!”Kan maen! Jawaban Maha lebih estetik dari mulut tetangga yang di sumpal lombok setan sepuluh kilo. “Ibu hamil apa kabar nih? Makin adem ayem saja kayaknya.” Adalah Ayana yang pertama kali menyapa.Perempuan itu pun sedang hamil muda. Dan menurut cerita Maha, Rambe di buat kelimpungan habis-habisan. Mulai dari terpangkasnya jatah waktu untuk berduaan sampai harus rela memomong putra pertamanya. Salut dengan Rambe yang berbesar hati.“Ih teteh mah jorok pisan. Masa tiga hari nggak mandi?” Dante ikut serta nimbrung. “Asli aku mau semaput di certain itu.”Pada akhirnya hubungan me

  • Setelah Bercerai    Ba. 109

    'Aku sudah melewati banyak waktu untuk sembuh. Banyak hari untuk pulih. Banyak memori yang terkikis. Aku sudah jauh berjalan dalam gelap. Menyingsing lengan dan menggulung panjangnya hampara. Dari tajam menyayat yang kurasakan sepanjang jalan. Namun aku bertahan hingga akhirnya sakit itu tumbuh sendiri. Tatapan kelam. Kernyitan dahi karena silaunya putih di depan. Haruskah tertawa? Atau menangis? Sudah tak tampak lagi bagian belakang. Aku lupa bagaimana rasanya tertusuk duri.’Jadi begini para pemirsa dan saudara setanah air setumpah darah, ehm.Ada cerita tersembunyi kenapa Maharaja Askara harus berpuisi di tengah semua orang yang berkumpul. Di ruang keluarganya di mana mestinya terjadi acara liburan karena ini weekend. Juga sebagai libur pertama kedua anak-anaknya; Baraja dan Naomi.Tapi seolah nasib sial—boleh tidak mengatakan demikian? Takutnya ada setan lewat terus mampir. Tercatat sudah itu omongan untuk di jadikan karma kemudian hari. Kan berabe, Hyung!“Lagi, Sayang.”Ini sum

  • Setelah Bercerai    Ba. 108

    Kehamilan anak Maharaja yang pertama ini memanglah luar biasa. Mulai dari sikap manja Pulung yang tiada duanya (menggemaskan bagi Maha) namun terlihat menyebalkan bagi orang sekitar. Sampai hal-hal aneh yang tak terduga.Pagi ini misalnya.Tumben-tumbenan Pulung mager (malas gerak). Dan hanya gegulingan di atas kasur. Biasanya, usai salah subuh dan mengaji, aktivitas Pulung langsung yoga karena memang itu olahraga teraman rekomendasi dari dokter. Di samping memudahkan untuk kelahiran nanti, yoga mengurangi stres. Pulung tidak ke dapur. Memasak seperti biasanya. Tidak Maha hiraukan. Mencoba paham dengan kondisi sang istri yang di yakini bawaan anaknya.“Nggak mau mandi?” Maha elusi rambut Pulung. Tidur menyamping dan memegang ponsel dengan asik. Entah video apa yang di tonton hingga asik tanpa merasa terganggu sedikit pun. “Mau mas masakin sesuatu nggak?”Sejak Pulung hamil, Maha tidak bisa semena-mena. Urusan makan tak seleluasa request seperti saat awal-awal menikah. Meski dengan mu

  • Setelah Bercerai    Bab 107

    Maharaja Askara jadi punya hobi baru; nyanyi. Yang menurut Pulung, boleh juga. Suaranya berat dan serak-serak gimana gitu. Ketika di dengarkan—apa lagi ketika Pulung letakkan kepalanya di dada Maha—uwah sensasinya nggak kaleng-kaleng.Dugun-dugun di jantung Maha terdengar sangat jelas. Dan Pulung suka sekali mendengar detakannya. Iramanya selaras dengan nyanyian yang terlantun dari mulut Maha. Malam ini, begitu Bara dan Naomi memasuki kamarnya masing-masing. Terlelap setelah berdebat mengenai tugas sekolah. Maha dan Pulung bergelung malas di depan ruang televisi. Ada kasur lipat yang biasa Maha gunakan untuk rebahan malas-malasan di sana. Pulung ikut saja. Dengan daster hamilnya, rambutnya yang tak berbentuk lagi dan manja-manja time bersama suami di mulai.“Semua ini pasti akan musnah. Tetapi tidak cintaku padamu. Karena aku sang pangeran cinta.” Lirik yang Maha senandungkan mengikuti penyanyi aslinya di televisi. Once Mekel masih saja tampan sejak Pulung duduk di bangku Sekolah Da

DMCA.com Protection Status