Seringaian Ayana nampak mengerikan. Es krim di tangannya lebur oleh remasannya. Sedang matanya menghujam penuh kilat benci dan dendam di satu objek; Pulung.Kini, tidak ada lagi cara ataupun ampun untuk Ayana bertindak. Ia akan berlaku bengis pada Pulung yang sudah merebut atensi putrinya. Bahkan sekadar memberi es krim saja dirinya mendapat penolakan. Bumbungan dendam memuncak. Ayana sangsi tidak berlaku khilaf.Harus ada pertumpahan darah jika itu di perlukan. Dan kalau tidak bisa, apa yang menjadi miliknya telah di rebut, maka Ayana akan getol mengekori Naomi. Memisahkan—memengaruhi—sang putri untuk membenci Pulung.Lihat dan tunggu!Semua perlakuan Pulung, membangunkan sisi kejam di diri Ayana. Perlahan dan rasakan. Lalu nikmati kesakitannya.“Omi mau es krim.”Rungu Ayana tidak tertutup. Tungkainya seratus persen tertancap di dasar bumi. Mendengar rengekan putrinya yang menginginkan es krim sedang beberapa menit yang lalu menolak pemberiannya.“Kita buat di rumah mau?”Dan vokal
Pernah mendengar perbedaan manusia dan semut?Manusia memiliki kehidupan pribadi yang tak diketahui orang lain. Namun dewasa ini, yang terjadi malah sebagian orang tidak bisa menjalin hubungan jika tidak berbagi kehidupan pribadi. Mereka rela menyediakan dan memperdagangkan kehidupan pribadi demi berbaur dengan banyak orang untuk hidup lebih baik. Privasi yang dimiliki manusia dianggap sebagai kelemahan dan produk yang hanya bisa dimiliki manusia. Kelemahan inilah yang sering di kumpulkan untuk di manfaatkan.Sedang semut, mereka bisa bekerja sama, berbaur dengan kawanan lainnya, saling bergotong royong agar bisa mencapai tujuan yang sama.Tak ubahnya dengan kehidupan di desa dan di kota.Kota memiliki pengertian sebagai sebuah pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batas wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri khas perkotaan.Sedang desa menurut defisini universal ialah sebuah aglomeras
Manusia itu lucu.Mereka selalu menyimpan rahasia dan membuat undang-undangnya sendiri untuk bisa menghukum siapa yang salah menurutnya. Undang-undang yang mereka ciptakan hanya berlaku untuk melindungi dirinya sendiri bahkan privasinya. Tapi bagaimana dengan mereka yang lebih asik mengulik masalah ataupun privasi orang lain?Aneh kan? Di saat kita mati-matian menyembunyikan tentang siapa kita, seperti apa keseharian kita, bagaimana kita yang sebenarnya, sebagain orang justru menginvasi bahkan menikmati apa yang telah kita sembunyikan. Seolah privasi tidak bisa menjadi milik pribadi kita seutuhnya. Rasanya miris sekali mendapati pandangan dunia menyoal privasi yang kita tutupi rapat-rapat bisa terungkap secara jelas. Hanya dengan segepok uang, seolah privasi murni tak benar-benar ada di dunia ini. Layaknya menjual barang loakan semuanya bisa langsung termonitor dengan jelas. Lantas di bumbui dengan macam-macam rasa agar kontaminasi yang di buat meletupkan bom waktu tepat sasaran.
Pertama kalinya menginjak usia pernikahan ke dua bulan, perselisihan antara Ardika dan Pulung terjadi.Pagi itu, di lewati seperti biasa. Pulung siapkan air hangat untuk suaminya bebersih. Pulung sediakan kemeja serta dasi yang senada warna agar cocok di padu padankan. Tak lupa secangkir kopi tergeletak di samping nakas ranjang. Senyum Ardika ketika kelopak matanya terbuka mengiring menawan.Selesai dengan urusan suami, Pulung beralih ke putrinya. Benar, Pulung sudah menganggap begitu. Tidak ada istilah anak sambung tapi entah dengan Naomi ketika beranjak dewasa nanti. Apakah masih akan menganggap mama murni yang sebenar-benarnya dia ketahui atau berubah arti. Pulung enggan memusingkan hal itu. Baginya, hidup seperti ini sudah lebih dari cukup.Baik. Kita skip bagian itu.Putrinya selalu di sediakan susu. Itu baik untuk tulang. Jadi Pulung beri perhatian lebih pada pertumbuhan sang putri. Termasuk konsumsi makanan empat sehat lima sempurna. Sepintar Pulung mengelola agar Naomi tidak b
Sejak dulu, Pulung tidak pernah memercayai perihal tahayul maupun mitos dan sejenisnya. Baginya yang terlahir sebagai muslim, sudah sepatutnya percaya pada apa yang telah Allah tuliskan dalam lantunan-lantunan Alquran dan hadist. Jadi, ketika mendapati pagi harinya yang tidak selancar biasanya, tidak serta merta membuatnya percaya bahwa ini ada kaitannya dengan yang semalam dirinya rasa. Tidak ada firasat apapun yang muncul dalam benaknya bahwa pagi ini sungguh membuatnya kaget dengan fakta sang suami yang bertanduk.Biarlah. Biar semua menjadi rahasia Ilahi. Biar Tuhan yang tentukan ke mana jalan panjang ini membawa kakinya melangkah. Asal pondasi yang Pulung bentengi berdiri kokoh, semuanya akan mudah teratasi. Ya, Pulung percaya itu.Tapi mendapati sang putri yang diam murung bukan daftar dalam kamus untuk hari-harinya. Miris, begitu saja Pulung sematkan.Baik. Akan Pulung ceritakan kisah masa kecilnya yang terkenang indah dalam memori.Berasal dari keluarga pas-pasan, Pulung patut
Siapa bilang Maharaja akan kehilangan akalnya dalam berpikir. Itulah bedanya manusia dengan hewan. Di beri akal tidak hanya untuk berpetualang. Namun juga mengembangkan naluri dalam berburu. Entah apa yang menjadi buruanmu, pastikan untuk selalu membidiknya terlebih dahulu. Sebelum terserobot oleh hewan lain apalagi pemburu lain. Begitu prinsip Maha.Dalam diamnya usai berdebat dengan Rambe dan berakhir dengan lelaki itu yang hengkang. Peran-peran baru dalam tokoh lainnya Maha munculkan.Kalau tahu seasik ini menjadi sutradara, mestinya sejak dulu saja dirinya berkiprah di dunia perfilman. Tanpa susah payah berjuang mendapatkan warisan dari Aksara atau mengelola perusahaan yang papanya sediakan.Hidup memang seindah ini ketika menemukan tali kekang untuk di jadikan rantai pengikat.“Yakin?”“Nggak pernah sebelum ini.”Adalah Dante. Yang mengaku sebagai sepupu Pulung Rinjani. Pun perannya di sini amatlah penting. Ditunggangi sakit hati tak berkesudahan, Dante mempunyai kepentingan lain
Maharaja tidak pernah tahu kenapa tubuhnya di bawa ke masa kini. Setelah sekian tahun tidak pernah bertandang, dengan sadar, kedua tungkainya sudah berdiri tegap di sini. Di depan bangunan serupa kedai yang menampilkan keramaian pelanggan. Dan ketika kedua maniknya bersirobok dengan mata tua yang menyorotkan kerinduan mendalam, Maha tahu bahwa ini saatnya melepas topeng yang melekat di wajahnya.Rasanya seperti … entahlah. Sulit untuk Maha jabarkan. Tapi keinginan memeluk tubuh ringkih yang sedang menepuki punggungnya sangat ingin Maha lakukan. Tidak peduli pada ocehan yang keluar dari bibir keriputnya. Maha lebih dari tahu bahwa wanita tua ini amatlah mencintai dirinya.“Kenapa baru datang. Bocah nakal.”Mulut adalah sumber api dan ucapan adalah bara. Itu yang selalu Maha sematkan pada wanita ini. Umurnya boleh saja sudah berabad, tapi tenaganya, jangan di ragukan. Maha bisa mengeluhkan sakit akan tepukan-tepukan yang berubah menjadi pukulan.“Maha sibuk nenek.”Begitulah jati diri M
Sudah Ayana katakan. Bahwa apa yang dirinya inginkan tidak bisa di sentuh sembarang orang. Terlebih itu berharga, akan terus Ayana kejar sampai dapat.Susunan rencana versi dirinya sudah berjalan. Pun begitu dengan milik Maha yang menjalankan biduknya. Nilainya akan Ayana anggap imbang: 1:1. Tinggal melihat siapa yang unggul di akhir.“Jadi memang beneran ada neng?”Itu pertanyaan—memastikan—yang sudah ke berapa kalinya. Dan Ayana hanya bisa mengangguk sambil tersenyum. Merasa muak, jelas. Orang-orang di sini tak bisa di sepelekan tapi Ayana terus memompa adrenalinnya. Masih ingat penyebab Ardika menceraikannya?“Di kota bu, semuanya bisa jadi mungkin. Apa yang kita anggap—di sini—biasa saja, nyatanya merusak. Ya kaya itu tadi. Masalah teman saya itu. Teman loh bu, otomatis paling dekat sama kita tapi malah yang paling nyakitin kita. Apa namanya kalau nggak nusuk?”Semuanya tentu terpancing. Nggak ada yang nggak ke makan sama omongan Ayana. Sejatinya, perempuan cantik itu memang ular.