Sepasang mata serius memandang benda kecil warna hitam di sebuah papan. Benda tersebut bejejer di sebuah kotak yang perpaduan warna hitam dan putih, dia fokus untuk memenangkan sebuah permainan. Kepulan asap masih menghiasi area. Hisapan demi hisapan dia lakukan. Dan...Skak!“Kamu kalah, Bray.”Raymond memenangkan pertandingan catur setelah sekian lama dia melakukan permainan ini. Hisapan terakhir. Raymond sudah menghabiskan dua putung rokok.“Sial, aku kalah. Kamu menang lagi. Aku salut denganmu, Ray. Ini aku kasih lima ratus ribu … cass! Kamu memang, tetapi lain kali aku akan mengalahkanmu lagi. Benar-Benar otak berlian.”Mas Bray memberikan pecahan seratus ribuan berwarna merah muda ke Raymond.“Masalah uang aku jagonya, Bray.”Raymond langsung memasukkan uang yang diberikan Bray ke dalam dompetnya. ”Ini aku gunakan untuk membayar suruhanku Bray.”“Suruhanmu? Mau ngapain kamu?”Mas Bray bingung sambil mengernyitkan keningnya.“Aku mau memberikan pelajaran kepada seseorang. Kamu mau ik
Kedua mata serius mengerjakan sesuatu di sebuah laptop berwarna hitam. Tangan demi tangan mengetik. Sesekali di backspace karena ada yang salah. Launa menulis sebuah novel. Tentang saudara kembar yang terpisah inspirasi dari real storynya. Baginya cukup menarik dijadikan sebuah novel tetapi untuk judul novelnya dia masih bingung. The Twins. Terlalu banyak orang menggunakan judul tersebut. Launa masih terus menulis sampai ada ending dari novel tersebut apakah happy ending atau sad.Ardiaz yang masih setia duduk disamping Launa sambil menunggu selesai menulis. Tak henti-hentinya dia memandangi wajahnya yang seperti bidadari. Andai dia bisa hidup kembali. Ardiaz akan menjadikan Launa istrinya. Ah, itu mustahil baginya. Sekarang saja Launa belum bisa mengungkapkan siapa pembunuh Ardiaz sebenarnya karena Ardiaz tahu Launa masih sibuk dengan dunianya.“Satu menit lagi memandangiku. Aku kasih piring cantik loh!”Launa dari tadi tersadar bahwa Ardiaz memandanginya terus-menerus.“Habisnya kam
Masih terbayang kemarin saat bersama dengan Raymond. Semua begitu indah untuk dilupakan. Baginya semua menjadi satu. Laura berkaca tentang dirinya. Semuanya begitu cepat berlalu. Badannya terasa lemas karena ulah Raymond. Laura kaget jika Raymond memperlakukan dia sangat manis. Tubuhnya basah kuyup karena gemericik shower dalam kamar mandi. Bagian tengah selangkanya sakit sekali dan perih. Baru pertama kali ini Laura melakukan adegan diluar batasnya dia tidak bisa membayangkan bagaimana mama dan papanya tahu kalau dia melakukan hal yang sangat terlarang. Dia mandi dan berendam di bathtub.Suara ketukan berasal dari luar kamar mandi. Berarti ada orang yang masuk dalam kamarnya.“Siapa?”Laura memainkan busa dibathupnya.“Ini aku, Launa.”Laura langsung menghela nafas panjang. Ada apa lagi dia? Laura hanya cuek tanpa mengatakan sepatah katapun kepada Launa, dia masih asyik memainkan busa.“Laura kamu tidak apa-apa, bukan? Aku kefikiran tentangmu. Takut terjadi apa apa denganmu.”Kata Launa
Mama Risa menyiapkan nasi goreng di piring masing-masing. Launa tidak menyangka perlakuan mama Risa beda dengan dirinya waktu bersama ibu Weni.“Terima kasih, Ma.”Launa melihat mamanya menaruh hidangan nasi goreng di piringnya.“Sama-sama sayang. Oh iya dimana, Laura?”Mama Risa celingak-celinguk mencari sosok Laura. Namun, dia belum keluar kamar juga. Risa masih penasaran dengan pergaulan Laura. Ada parfum cowok yang menempel di baju Laura.“Kenapa jalanmu tidak biasanya, Laura?”Mama Risa melihat Laura berjalan sedikit tertatih-tatih.“Tadi habis jatuh dari kamar mandi, Ma.”Laura berbohong dan duduk di kursi untuk makan. Mama Risa terdiam sambil memandang gerak-gerik Laura. Aneh. Tidak biasanya dia seperti itu. Mama Risa mengambil nasi goreng yang tersaji.“Makasih, Ma.”Ucap Laura.Suasana hening saat mereka berempat menyantap nasi goreng. Papa Farhan melihat mereka dengan kondisi tegang.“Sayang, papa akan merencanakan liburan ke London. Apakah kalian mau?”Papa Farhan memulai pembica
Launa duduk di kursi taman sambil melihat teman -teman bermain basket pada jam istirahat. Pelajaran olahraga sudah selesai. Ternyata sekolah disini enak juga. Tidak ada kekerasan dan Bullyan. Beda dengan sekolahnya yang dulu. Jesisca Cs selalu dengan kekerasan. Apa mungkin karena Laura banyak yang menyukainya jadi untuk tindak bullying tidak ada. Launa masih kefikiran bagaimana Laura bisa menghadapi Jesisca Cs.Sebuah bola basket menggelinding tepat dibawah kakinya. Launa diam. Tanpa memperdulikan bola basket yang ada. Semua cowok yang dilapangan basket menunggu Laura untuk melemparkan bola basketnya.“LAURA CEPAT LEMPAR BOLANYA!!!”Terdengar suara Edzard berteriak. Launa melihat bola basket dan menendangnya tepat diatas kepala Edzard.“Mati aku.”Launa menutup wajahnya dan berlari. Launa memang sedikit trauma dengan Bullyan dari teman – temannya. Launa berlariLauna menabrak seseorang. Baunya anyir. Launa melihat ada sosok anak perempuan memakai seragam dengan kepala berumuran darah. M
Suara hening menyelimuti ruang makan. Ada satu kursi kosong yang belum diisi. Laura sejak siang dia tidak pulang dan Launa mendengar dia mendesah kuat. Fikirannya sudah kemana- mana. Apakah Laura sedang bersama dengan Raymond. Apa yang mereka lakukan diluar sana. Launa yakin Laura sedang melakukan hubungan terlarang dengan Raymond. Makanan udang saos Padang hanya dia aduk-aduk saja. Launa masih memikirkan keadaan Laura di sana.“Launa, papa sudah memproses hukum untuk Weni dan Dendi. Mereka sebentar lagi akan dihukum sesuai dengan perbuatan mereka. Papa tidak terima dia bisa menculik kamu. Tujuh belas tahun papa dan mama mencari mu. Pintar sekali dia bisa menyembunyikan kamu dari kami. Kamu tenang saja Papa sudah urus semua.”Kata Papa Farhan memecah keheningan yang berlalu sambil menyantap udang saos Padang. Launa sontak kaget dengan perkataan papanya.“Apa ayah Dendi juga ikut dipenjara, Pa?”Tanya Launa meyakinkan apa yang didengar adalah salah. Papa masih menikmati udang saos Padang
Samsudin mendengarkan radio yang ada di pos. Hari ini dia jaga sendiri. Semilir angin malam membelai wajahnya yang lelah. Jaga malam kadang membuat bulu kuduknya merinding. Maklum di sekolahan banyak sekali hantunya. Gigitan nyamuk satu persatu hinggap di kulitnya.“Dasar nyamuk nggak berhentinya menggigit.”Samsudin menepuk tangannya untuk mematikan nyamuk yang hinggap di kulitnya. Samsudin melihat ada taksi online berhenti di depan gerbang sekolah.”Siapa malam-malam datang kesini?”Samsudin mengamati siapa yang keluar dari taksi online. ”Gusti, anak ini lagi.”Samsudin tahu jika yang turun adalah Nadine. Launa langsung menghanpiri Samsudin yang ada di pos.”Nduk, ngapain malam-malam kamu kesini?Ya Tuhan … bukanya enak tidur dirumah malah uji nyali disini.”Samsudin hanya bisa menggelengkan kepalanya.“Pak Samsudin yang terhormat saya ingin ke ruangan kepala sekolah. Pak Samsudin bagaimana sudah ada kunci duplikatnya atau belum?”Tanya Launa.”Dan satu hal lagi malam ini saya akan tidur di
Suasana masih mencekam di kamar Ardiaz. Lautan masih bingung dengan misteri kematian Ardiaz. Sampai akhirnya....“Apa maksudnya ini Mr Ardiaz? JAWAB?”Lidah Lautan terasa keluh. Dadanya sesak, hatinya sewakan teriris-iris. Air matanya mulai berlinang. Sorot matanya menatap tajam Ardiaz.”Kenapa kamu diam saja? Jawab pertanyaanku hantu sialan! Apa yang kamu lakukan memang membuatku marah.”Launa benar-benar kecewa dengan hantu Ardiaz.“Dasar bodoh! Kamu memang pintar dalam akademis tapi nalarmu sangat jahat dan bodoh. Sekali. Aku sangat puas sekali. Aku sudah mendambakannya sejak kemarin. Ardiaz kamu memang jago drama. Aku salut sampai anak bodoh ini tidak menyadarinya.” Ibu Kepala sekolah tersenyum puas melihat Launa.Plak!Tamparan keras mendarat di pipi Ardiaz. Entah hantu itu terasa sakit atau tidak. Launa tidak peduli, dia merasa sakit hati atas perlakuan Ardiaz kepada dirinya.“Aku sudah sayang kepadamu, tetapi ini balasnnya. Meskipun kita beda alam kenapa kamu tega memperlakukan i
Suara tepukan tangan menggema di seluruh ruangan besar bergaya arsitektur Belanda. Raymond hari ini bekerja sangat bagus dan mendoakan tender yang besar. Farhan mulai bisa menerima Raymond seutuhnya. Banyak yang memberi selamat kepada Raymond. Pemuda itu sudah membuktikan jika dia bisa. “Selamat Raymond. Aku suka dengan pekerjaanmu.” Farhan senang dan menepuk beberapa kali pundak Raymond. “Terima kasih ayah. Ini juga berkat dukungan dari ayah juga.” Raymond membalas dengan antusias dan puas. Baginya mendapat restu dari ayah Laura sangatlah susah karena adanya perbedaan dan status menjadi penghalang saat Raymond dan Laura bersama. Namun, semuanya sudah usai. Kini kebahagiaan itu sudah ada di depan mata. “Yang jelas kamu harus membuktikan kepada ayah jika kamu bisa. Oke Raymond. Hari ini kamu bisa pulang cepat. Laura ulang tahun, dia menunggu surprise darimu.” Jelas Farhan dan meninggalkan ruang meeting. Perlahan semua orang keluar tinggal dirinya saja yang masih di ruangan. Raymon
Udara pagi kota Jogja sangat sejuk. Hari ini terlihat di jam tangan Laura masih pukul enam pagi. Sejak hujan tadi malam yang mengguyur deras membuat banyak sisa tetesan air hujan menempel di dedaunan. Embun pagi yang menyejukkan kalbu. Bintang tidak tidur di stoller mungkin dia masih menikmati udara di pagi hari. Laura mendorong stoller menuju taman dekat perumahan. Hari ini minggu jadi banyak yang menghabiskan di taman. Laura duduk di dekat air mancur dan melihat Bintang yang ada di depannya. Wajahnya mirip sekali dengan Raymond. “Bintang, kenapa papa kamu tidak menghubungi mama sama sekali? Apakah papa lupa sama kita?” Laura mengambil ponsel dari saku sweater-nya dan mencoba melihat layar ponsel. Raymond sama sekali tidak membalas dan menghubunginya sama sekali. Laura mendengus kesal. Tak sengaja kedua bola matanya menatap seseorang yang sedang berjalan dan mendekati air mancur. Lelaki itu pakai handset seolah sedang menikmati musik. Laura bangkit dan bergegas menghampiri sosok t
Risa membuka pintu dan mendapati Laura ada di depan pintu sambil menggendong Bintang di tambah Laura masih memakai gaun pengantin. Sejenak di menoleh ke kanan dan kiri tidak ada sosok Raymond menemaninya bahkan mobilnya pun tidak ada. Risa bingung apa yang sebenarnya terjadi kepada Laura. Laura memeluk mamanya dan menangis dengan tersedu-sedu. Apakah Raymond telah menyakiti hati Laura padahal ini adalah hari bahagia mereka yang di tunggu-tunggu. “Laura kenapa kamu ada di sini? Bukankah kamu sedang ada bersama dengan Raymond dan hari ini adalah hari bahagiamu?”Bukanya menjawab pernyataan mamanya, Laura justru menangis sejadi-jadinya membuat Bintang yang tadi tidur pulas langsung bangun. “Ah... Mama!” Laura menjerit. Risa jadi bingung dengan apa yang terjadi, dia menggandeng Laura masuk ke dalam dan menyuruh Laura duduk. “Ada apa? Cerita sama mama. Kamu ini belum ganti baju pengantin malah ke rumah ini lagi? Memang kenapa, Laura? Jangan buat mama bingung.” “Mama...!” Lagi-lagi Lau
Setiap perempuan ingin memiliki pernikahan impian setelah semua cita-cita terselesaikan. Lain halnya dengan Laura dan Raymond karena nafsu semata tanpa memikirkan dampaknya mereka harus menikah setelah Laura melahirkan Bintang itu pun dengan pengorbanan yang besar. Kali ini hanya pesta yang sederhana tidak di gedung mewah dengan konsep Princess. Sebenarnya orang tua Laura ingin pernikahan yang mewah tapi Laura menolaknya karena dia merasa malu dengan keadaannya sekarang. “Saya Terima nikah dan kawinnya Laura Lestari Darmawan binti Farhan Darmawan dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!” Suara Lantang Raymond saat mengucapkan ijab kabul di depan penghulu. “Bagaimana, saksi? Sah?”“Sah!”“Sah!”Suara riuh dan tepukan menggema di area outdoor taman di sebuah hotel. Laura sekarang resmi menjadi istri Raymond. Tidak ada lagi yang bisa memisahkan mereka. Setelah menandatangani dokumen dan buku nikah mereka tak lupa mengabadikan lewat foto. Risa yang sedang menggendong Bintang tak luput
Hari ini Laura merasa bahagia sekali. Inilah kado yang diberikan Tuhan bahwa dia dan Raymond akan bersatu kembali. Bintang tidak lagi takut kehilangan ayahnya. Laura menggendong Bintang. Bayi yang dia lahirkan sangat tampan persis sekali dengan Raymond. Melihat Raymond tadi bahagia, Laura juga ikut bahagia. Risa masih sibuk dengan membaca majalah Femina seolah tidak menggubris Laura. Laura tahu jika ini adalah hal terberat sebagai orang tua harus menerima kenyataan jika anaknya hamil diuar nikah. “Ma, Laura berterima kasih karena Mama mau menerima Raymond menjadi menantu Mama. Laura...”“Tidak usah berterima kasih secara berlebihan.” Mama memotong pembicaraan sambil sibuk membaca majalah yang ada di tangannya. Sebenarnya dia hanya ingin melupakan kekecewaannya melalui bacaan. Hatinya sangat teriris melihat masa depan Laura, putri satu-satunya yang dia miliki saat ini. Seharusnya Laura yang menggantikan Launa. Namun, Risa mencoba menerima kenyataan yang ada. “Mama, melakukan ini demi
Risa membantu membereskan perlengkapan Laura. Hari ini dia bisa pulang tapi nyeri jahitan bekas persalinan masih terasa. Melahirkan baginya adalah hal yang sangat luar biasa. Sungguh pengalaman yang tidak bisa lupakan seumur hidup saat melahirkan Bintang di tambah Raymond yang setia menunggunya selama proses persalinan. Laura masih menunggu Raymond kembali tapi mungkin akan sia-sia karena lelaki yang di cintai sudah fokus kepada kuliahnya. “Mama dan Papa akan mengurus semua kepindahan kamu ke London sambil menunggu Raymond lulus dan membuktikan bahwa dia bisa menjadi orang sukses.” Risa menjelaskan sambil menutup koper miliknya. Dalam hati Risa setidaknya Raymond punya masa depan yang cerah. Masa depan Laura sudah hilang harapan. Anak satu-satunya yang bisa diharapkan sudah pupus. Laura sontak kaget dengan apa yang di katakan mamanya. Pindah ke London? Itu berarti dia harus berpisah lagi dengan Raymond. “Kenapa bisa begitu, Ma? Mama tidak bisa mengatur kehidupan ku lagi? Aku ingin
Kematian Jesisca banyak mengundang misteri bagi orang terutama polisi. Seorang Office Boy menemukan Jesisca meninggal gantung diri di toilet. Kematiannya membuat gempar rumah sakit jiwa. Raymond yang mendapat telefon dari rumah sakit langsung bergegas ke sana. Orang tua Jesisca sudah tidak menggagap dirinya kembali. Rasa malu sudah menyelimuti keluarga Jesisca. Polisi membawa kantong jenazah untuk di visum. Hati Raymod hancur saat kehilangan sepupunya. Ada tanda tanya dalam pikirannya, apa yang menyebabkan Jesisca bunuh diri? Apa karena dirinya di anggap gila. Cuit sekali nyali Jesisca. Tiga jam di kantor polisi dan di interogasi membuat Raymond lelah dan kepalanya sedikit pusing. Tadi di sana dia sempat bertemu dengan Ardian, Zizi dan Alenta. Mereka juga di interogasi. Sepertinya kematian Jesisca karena dia merasa tidak kuat menjalani hidup dan jalan ninjanya adalah mengakhiri hidupnya. Suasana Cafe dekat Malioboro cukup ramai. Ingin dia menyanyi dan meluapkan semuanya tapi mood-n
Suasana taman lumayan ramai dengan banyak orang lalu lalang di tengah, pinggir bahkan sudut taman sekalipun. Ada yang berteriak, senyum-senyum sendiri dalam khayalan di dalam pikiran seolah dunia milik dia sendiri. Perawat baju dinas putih tidak luput dari sasaran jika ada amukan dari salah satu pasien. Di mana lagi kalau bukan di rumah sakit jiwa. Jessica masih duduk termangu tanpa mempedulikan keadaan di sekitarnya. Yang dia ingin bisa bebas dari tempat yang membuatnya hampir frustrasi gara-gara hantu Aurel. Keluarganya menganggap dia gila bahkan di penjara dia juga di anggap gila. Jessica merasa hampir gila dengan hantu sialan tersebut apalagi jika malam hari Jessica selalu diteror hantu tersebut. Seandainya malam itu dia tidak bersama Launa pasti semua tidak akan terjadi seperti ini. Baginya ini adalah hal gila yang tidak bisa terlupakan. “Jesisca.” Panggilan dari dirinya membuyarkan lamunannya. Gadis itu menoleh ke arah samping takut jika hantu Aurel berubah menjadi sosok lain.
Raymond tidak henti-hentinya menatap Laura yang sedang menyuapi dirinya. Hari ini dia harus makan bubur halus dulu karena lambungnya belum siap menerima makanan kasar. Beberapa hari ini dia memang tidak teratur makan karena memikirkan bagaimana bisa menemukan Laura dan menikahinya di tambah dia akan segera melahirkan hasil buah cintanya. “Laura.” Raymond memegang pergelangan Laura. Laura meletakkan makanannya di nakas. Kedua mata Raymond memandangnya dengan sendu. “Maafkan aku atas apa yang aku lakukan dulu. Gara-gara aku kamu jadi tidak melanjutkan sekolah dan hanya mengenyam pendidikan home schooling sedangkan aku masih bisa melanjutkan kuliahku. Lelaki macam apa aku.” Raymond tertunduk malu. Melihat apa yang Raymond katakan Laura merasa tersentuh. Awalnya dia mengira Raymond akan menikahi perempuan lain ternyata dia adalah adiknya sendiri. Laura memandang perutnya sekilas. Anak ini butuh orang tua bukan menjadikan sebagai status adiknya. Ibu mana yang tidak sedih melihat kenyataa