Samsudin mendengarkan radio yang ada di pos. Hari ini dia jaga sendiri. Semilir angin malam membelai wajahnya yang lelah. Jaga malam kadang membuat bulu kuduknya merinding. Maklum di sekolahan banyak sekali hantunya. Gigitan nyamuk satu persatu hinggap di kulitnya.“Dasar nyamuk nggak berhentinya menggigit.”Samsudin menepuk tangannya untuk mematikan nyamuk yang hinggap di kulitnya. Samsudin melihat ada taksi online berhenti di depan gerbang sekolah.”Siapa malam-malam datang kesini?”Samsudin mengamati siapa yang keluar dari taksi online. ”Gusti, anak ini lagi.”Samsudin tahu jika yang turun adalah Nadine. Launa langsung menghanpiri Samsudin yang ada di pos.”Nduk, ngapain malam-malam kamu kesini?Ya Tuhan … bukanya enak tidur dirumah malah uji nyali disini.”Samsudin hanya bisa menggelengkan kepalanya.“Pak Samsudin yang terhormat saya ingin ke ruangan kepala sekolah. Pak Samsudin bagaimana sudah ada kunci duplikatnya atau belum?”Tanya Launa.”Dan satu hal lagi malam ini saya akan tidur di
Suasana masih mencekam di kamar Ardiaz. Lautan masih bingung dengan misteri kematian Ardiaz. Sampai akhirnya....“Apa maksudnya ini Mr Ardiaz? JAWAB?”Lidah Lautan terasa keluh. Dadanya sesak, hatinya sewakan teriris-iris. Air matanya mulai berlinang. Sorot matanya menatap tajam Ardiaz.”Kenapa kamu diam saja? Jawab pertanyaanku hantu sialan! Apa yang kamu lakukan memang membuatku marah.”Launa benar-benar kecewa dengan hantu Ardiaz.“Dasar bodoh! Kamu memang pintar dalam akademis tapi nalarmu sangat jahat dan bodoh. Sekali. Aku sangat puas sekali. Aku sudah mendambakannya sejak kemarin. Ardiaz kamu memang jago drama. Aku salut sampai anak bodoh ini tidak menyadarinya.” Ibu Kepala sekolah tersenyum puas melihat Launa.Plak!Tamparan keras mendarat di pipi Ardiaz. Entah hantu itu terasa sakit atau tidak. Launa tidak peduli, dia merasa sakit hati atas perlakuan Ardiaz kepada dirinya.“Aku sudah sayang kepadamu, tetapi ini balasnnya. Meskipun kita beda alam kenapa kamu tega memperlakukan i
Raymond perlahan bangun. Kepalanya sedikit sakit karena terlalu minum alkoh lumayan banyak. Lelaki itu minum banyak karena pelampiasannya terhadap Laura. Laura tidak mau mengangkat telefonnya. Raymond menyesal melakukan hal itu kepada Laura. Sebanarnya dia ingin mempermalukan Manda didepan orang banyak. Namun, Laura keburu marah dengannya. Ah, sial Raymond tidak ingin kehilangan Laura, karena dia sangat mencintainya. Raymond melihat mas Bray duduk sambil tidur.Bray ... dia memang teman setianya. Raymond bangun. Kepalanya masih benar-benar pusing dan langsung ambruk.“Bro kamu kenapa?”Mas Bray sontak bangun lalu membantu mengangkat tubuh Raymond ke tempat duduk.”Haduh, bro satu ini menyusahkan sekali.”Bray mengomel sendiri.“Maafkan aku Brayman. Aku benar-benar frustasi.”Raymond masih memegang kepalanya.“Makanya jangan main tentang percintaan. Memang ada masalah apa kamu ini?Perasaan kamu lagi jatuh cinta. Lalu, tiba-tiba kebalik. Kenapa? Cepat minum?”Bray menyodorkan gelas berisi
Launa masih bingung antara mau ke penjara untuk menengok ibu Weni atau tidak. Sebenarnya dia malas bertemu dengan ibu Weni karena masih sedikit rasa sakit dalam hatinya. Tiba-tiba dia rindu dengan Mr Ardiaz. Launa ingin curhat tentang apa yang dialaminya saat ini. Namun, Mr Ardiaz menghilang bak ditelan bumi. Bukan menghilang tapi arwahnya sudah tenang di alam sana tetapi baginya Ardiaz masih hidup dalam hatinya. Apakah ini pertanda dirinya menutup mata batinnya? Launa menghentikan motornya di depan jembatan. Launa menyenderkan tubuhnya di batas jembatan sambil melihat sungai yang mengalir dengan jernih.“Mr Ardiaz, aku rindu sekali denganmu. Bagaimana aku bisa hidup tanpamu. Kamu janji mau menikah denganku dan menunggu sampai aku sukses. Kamu bohong sama aku. Aku saja sudah menepati janjiku untuk mengetahui siapa pembunuhmu.”Launa bicara sendiri sambil menatap aliran sungai dan baginya itu mustahil jika terjadi. Manusia dan hantu tidak akan bisa bersatu. “Jangan bicara sendiri nanti
FlashbackSetelah selesai mengikuti mata kuliah. Raymond sudah janjian dengan Luara untuk bertemu, dia sangat rindu dengan gadis yang dia cintai. Maklum baginya Luara adalah candu baginya. Raymond meletakkan laptop di tasnya. Saat keluar pintu dengan sigap Manda menggeret tangannya.“Apa-apaan ini, Manda!”Raymond sedikit kesal karena Manda menggeret tangannya dengan kuat.“Hai, aku mau bicara empat mata kepadamu tentang kemarin waktu di penginapan.”Manda sedikit marah dengan Raymond.“Apalagi yang kamu mau bicarakan. Semua sudah clear bukan? Sekarang apalagi yang ingin kamu bicarakan Manda?”Tanya Raymond dengan nada malas.“Kenapa tidak kamu saja yang kemarin melayaniku, kenapa teman-temanmu yang jahay melayaniku. Aku marah kepadamu, Ray. Kamu harus denganku lagi. Jika tidak aku akan menyebarkan videomu ke orang-orang.”Ancam Manda. Raymond hanya bisa tertawa sinis.“Kamu fikir kamu lebih pintar daripada aku. Otak dipakaii jangan nafsumu saja yang kamu pakai.”Raymomd mengetuk-etuk kep
Jalanan kota Jogja lumayan macet. Pak Deden dan Laura sampai di tempat jl Ahmad Yani dimana Launa ingin menjemputnya.aura ikut dengan pak Deden karena ada perasaan tidak enak dengan keadaan Launa. Sampai di tempat tersebut hanya motor matic merah Launa yang terparkir.“Loh, Non kenapa cuma motor maticnya saja yang ada disini? Kenapa hilang orangnya?”Pak Deden mencari kesana dan kemari tapi Launa tidak ada.“Mungkin dia masih beli makanan atau minuman pak Deden.”Laura juga ikuf mencari kesana dan kemari tetapi nihil.”Coba saya telfon dia pak.”Laura mengambil ponsel dari tasnya dan mencoba menghubungi Luuna tetapi tidak masuk nomer telefon tidak aktif.”Tidak aktif pak Deden. Duh, dia kemana sih? Katanya minta dijemput tapi kenapa hanya motornya saja.”Launa sedikit kesal.“Apa kita tunggu dulu, Non. Mungkin dia mencari sesuatu.”Ajak pak Deden.“Iya deh. Pak Deden motornya bawa saja. Aku tidak nggak bisa bawa motor matic dan aku bawa mobil saja. Boleh, iya pak Deden?”Tanya Laura menghara
Ketiga orang tersebut duduk di depan teras kost. Raymond dan Laura duduk dengan wajah tertunduk. Deden tak berhenti memainkan jari telunjuknya ke meja. Melihat apa yang barusan terjadi dengan anaknya dan putri dari seorang majikannya.“Saya mohon jangan bilang kejadian ini kepada orang tua saya. Orang tua saya sedang berkabung jadi saya mohon jaga perasaannya.”Laura memulai pembicaraan dan berharap pak Deden tidak memberitahukannya kepada mama Risa dan papa Farhan. Deden hanya tersenyum tipis.“Menjaga perasaan? Lalu bagaimana dengan saya, Non?Saya juga orang tua. Bagaimana perasaan saya melihat anak semata wayang saya yang begitu saya banggakan menjadi anak yang sukses dan harus berkecil hati melihat kalian berdua sedang bermesraan di kamar kost. Apakah yang kalian lakukan wajar?”Pak Deden berkata dengan mata yang berkaca- kaca. Laura tidak tega, dia lalu menundukkan kepalanya kembali.“Ayah, aku melakukan ini karena kita saling mencintai.”Timpal Raymond.”Aku berharap rahasia ini me
Mata perlahan membuka sedikit demi sedikit. Kepalanya terasa pusing. Dia melihat sekelilingnya berada di rumah gubuk yang lumayan kecil. Gentengnya masih anyaman bambu. Launa mulai bangkit dari tempat tidurnya yang masih ukiran rotan. Sepi dan hening tidak ada siapa – siapa. Launa bingung siapa yang ada dirumah ini, dia masih mengingat kejadian seperti terjun bebas dari jurang.“Permisi!”Launa mulai bangkit dan turun dari tempat tidurnya. Namun, dia langsung ambruk. Tubuhnya terasa lemas dan tak berdaya. Launa mendengar suara cekikikan dari balik tembok.”Siapa?”Launa mencoba mencari tahu siapa pemilik rumah aneh ini. Atau jangan-jangan ayah Dendi. Terakhir dia memang bersama ayah Dendi yang bersikap aneh. Launa jadi takut, dia tidak bisa mengangkat tubuhnya. Semua terasa lemas baginya. Muncul sosok hantu kuntilanak dari balik tembok yang berupa triplek. Sial, Launa menyesal menggubris suara cekikan dari hantu itu. Perlahan kuntilanak berbaju putih dengan wajah yang rusak dan pucat mu