Launa masih bingung antara mau ke penjara untuk menengok ibu Weni atau tidak. Sebenarnya dia malas bertemu dengan ibu Weni karena masih sedikit rasa sakit dalam hatinya. Tiba-tiba dia rindu dengan Mr Ardiaz. Launa ingin curhat tentang apa yang dialaminya saat ini. Namun, Mr Ardiaz menghilang bak ditelan bumi. Bukan menghilang tapi arwahnya sudah tenang di alam sana tetapi baginya Ardiaz masih hidup dalam hatinya. Apakah ini pertanda dirinya menutup mata batinnya? Launa menghentikan motornya di depan jembatan. Launa menyenderkan tubuhnya di batas jembatan sambil melihat sungai yang mengalir dengan jernih.“Mr Ardiaz, aku rindu sekali denganmu. Bagaimana aku bisa hidup tanpamu. Kamu janji mau menikah denganku dan menunggu sampai aku sukses. Kamu bohong sama aku. Aku saja sudah menepati janjiku untuk mengetahui siapa pembunuhmu.”Launa bicara sendiri sambil menatap aliran sungai dan baginya itu mustahil jika terjadi. Manusia dan hantu tidak akan bisa bersatu. “Jangan bicara sendiri nanti
FlashbackSetelah selesai mengikuti mata kuliah. Raymond sudah janjian dengan Luara untuk bertemu, dia sangat rindu dengan gadis yang dia cintai. Maklum baginya Luara adalah candu baginya. Raymond meletakkan laptop di tasnya. Saat keluar pintu dengan sigap Manda menggeret tangannya.“Apa-apaan ini, Manda!”Raymond sedikit kesal karena Manda menggeret tangannya dengan kuat.“Hai, aku mau bicara empat mata kepadamu tentang kemarin waktu di penginapan.”Manda sedikit marah dengan Raymond.“Apalagi yang kamu mau bicarakan. Semua sudah clear bukan? Sekarang apalagi yang ingin kamu bicarakan Manda?”Tanya Raymond dengan nada malas.“Kenapa tidak kamu saja yang kemarin melayaniku, kenapa teman-temanmu yang jahay melayaniku. Aku marah kepadamu, Ray. Kamu harus denganku lagi. Jika tidak aku akan menyebarkan videomu ke orang-orang.”Ancam Manda. Raymond hanya bisa tertawa sinis.“Kamu fikir kamu lebih pintar daripada aku. Otak dipakaii jangan nafsumu saja yang kamu pakai.”Raymomd mengetuk-etuk kep
Jalanan kota Jogja lumayan macet. Pak Deden dan Laura sampai di tempat jl Ahmad Yani dimana Launa ingin menjemputnya.aura ikut dengan pak Deden karena ada perasaan tidak enak dengan keadaan Launa. Sampai di tempat tersebut hanya motor matic merah Launa yang terparkir.“Loh, Non kenapa cuma motor maticnya saja yang ada disini? Kenapa hilang orangnya?”Pak Deden mencari kesana dan kemari tapi Launa tidak ada.“Mungkin dia masih beli makanan atau minuman pak Deden.”Laura juga ikuf mencari kesana dan kemari tetapi nihil.”Coba saya telfon dia pak.”Laura mengambil ponsel dari tasnya dan mencoba menghubungi Luuna tetapi tidak masuk nomer telefon tidak aktif.”Tidak aktif pak Deden. Duh, dia kemana sih? Katanya minta dijemput tapi kenapa hanya motornya saja.”Launa sedikit kesal.“Apa kita tunggu dulu, Non. Mungkin dia mencari sesuatu.”Ajak pak Deden.“Iya deh. Pak Deden motornya bawa saja. Aku tidak nggak bisa bawa motor matic dan aku bawa mobil saja. Boleh, iya pak Deden?”Tanya Laura menghara
Ketiga orang tersebut duduk di depan teras kost. Raymond dan Laura duduk dengan wajah tertunduk. Deden tak berhenti memainkan jari telunjuknya ke meja. Melihat apa yang barusan terjadi dengan anaknya dan putri dari seorang majikannya.“Saya mohon jangan bilang kejadian ini kepada orang tua saya. Orang tua saya sedang berkabung jadi saya mohon jaga perasaannya.”Laura memulai pembicaraan dan berharap pak Deden tidak memberitahukannya kepada mama Risa dan papa Farhan. Deden hanya tersenyum tipis.“Menjaga perasaan? Lalu bagaimana dengan saya, Non?Saya juga orang tua. Bagaimana perasaan saya melihat anak semata wayang saya yang begitu saya banggakan menjadi anak yang sukses dan harus berkecil hati melihat kalian berdua sedang bermesraan di kamar kost. Apakah yang kalian lakukan wajar?”Pak Deden berkata dengan mata yang berkaca- kaca. Laura tidak tega, dia lalu menundukkan kepalanya kembali.“Ayah, aku melakukan ini karena kita saling mencintai.”Timpal Raymond.”Aku berharap rahasia ini me
Mata perlahan membuka sedikit demi sedikit. Kepalanya terasa pusing. Dia melihat sekelilingnya berada di rumah gubuk yang lumayan kecil. Gentengnya masih anyaman bambu. Launa mulai bangkit dari tempat tidurnya yang masih ukiran rotan. Sepi dan hening tidak ada siapa – siapa. Launa bingung siapa yang ada dirumah ini, dia masih mengingat kejadian seperti terjun bebas dari jurang.“Permisi!”Launa mulai bangkit dan turun dari tempat tidurnya. Namun, dia langsung ambruk. Tubuhnya terasa lemas dan tak berdaya. Launa mendengar suara cekikikan dari balik tembok.”Siapa?”Launa mencoba mencari tahu siapa pemilik rumah aneh ini. Atau jangan-jangan ayah Dendi. Terakhir dia memang bersama ayah Dendi yang bersikap aneh. Launa jadi takut, dia tidak bisa mengangkat tubuhnya. Semua terasa lemas baginya. Muncul sosok hantu kuntilanak dari balik tembok yang berupa triplek. Sial, Launa menyesal menggubris suara cekikan dari hantu itu. Perlahan kuntilanak berbaju putih dengan wajah yang rusak dan pucat mu
Ardian duduk di mejanya sambil bersendagu, dia tidak menyangka berita tentang kematian Launa membuatnya syok. Apalagi ada insiden di mading. Ardian sudah diberi pesan oleh Ardiaz agar menjaga Launa. Ardian tidak percaya jika Launa mati. Iya, Ardian bisa melihat arwah Ardiaz saat nyawanya masih bergentayangan.“Permisi pak!”Kata seorang murid perempuan. Lamunaannya buyar dan langsung memandang siswi di depannya.”Bapak memanggil saya?”“Benar saya memanggilmu kesini perihal apa yang kamu lakukan dengan almarhum Nadine. Kamu harus tahu gara-gara kamu menyebar foto itu kamu sudah dikenai sanksi berat atau sanksi norma.”“Tapi saya tidak melakukan hal tersebut pak. Maaf Anda pm salah orang.”Jesisca masih meyangkal.“Lalu ini apa?”Ardian meyerahkan video yang diambil di cctv. Jesisca melihatnya dan malu, dia tidak kefikiran kalau disana ada cctv. Gila. Dirinya sudah tertangkap basah.”Kamu tidak bisa mengelaknya lagi Jesisca. Sebagai hukumannya. Kamu akan saya keluarkan dari sekolah ini.”Ar
Laura langsung melepaskan Raymond dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut. LaurA langsung takut karena kepikiran tentang Launa. Bagaimana dia nanti tahu jika Laura masih melakukan pergaulan bebas seperti ini. Laura membelakangi Raymond. Raymond memandangi Laura sejenak dari belakang dan turun dari ranjang mengambil boxer hitamnya dan minum segelas air putih. Ada rasa bersalah dari Raymond. Namun, entah kenapa nafsu yang membelenggunya.“Kita tidak bisa seperti ini terus.”Raymond duduk di kursi sambil menghela nafas panjang.”Setiap kita selesai melakukan perbuatan terlarang ini. Ada rasa bersalah dalam diri kita. Namun, jujur aku sangat mencintaimu. Aku siap menikahimu apapun resikonya.”Jelas Raymond. Laura hanya terdiam. Laura juga menyesali perbuatannya. Laura membalikkan badannya dan memandang Raymond yang duduk di samping ranjang.“Aku takut hamil, Ray.”Raymond langsung berjalan mendekati Laura dan mengelus rambutnya yang panjang.“Apapun resikonya aku akan bertanggung jawab. Ent
Di gubuk milik Dewa.Launa memasak nasi goreng. Sebenarnya ia tidak bisa terlalu melakukan aktivitas berlebihan. Kakinya masih terlalu kaku. Rasanya ingin pulang, dia tidak mungkin tinggal disini lama-lama. Pernikahan? Apa ini? Menikah disaat dia tidak sadarkan diri. Gila. Launa masih SMA harus menikah dengan orang yang tidak dikenal. Nasi gorengnya sudah jadi. Aromanya sangat nikmat. Launa tidak melihat keberadaan Dewa. Ini kesempatannya untuk mengetahui siapa Dewa sebenarnya, dia masuk kedalam kamarnya. Kosong. Launa mencari-cari identitas Dewa. Di laci dia melihat ada sertifikat tanah.“Kamu ngapain masuk kemarku.”Dewa tiba-tiba datang. Launa langsung kaget. Dewa mengambil sertifikat yang dipegang Launa.“Aku tahu kamu istriku, tetapi jangan pernah lancang masuk kedalam kamarku.”Dewa sedikit marah.”Lagipula apa yang kamu cari? Uang? Aku sudah bilang aku masih mengumpulkan uang untuk mengantarmu pulang,”“Jadi kamu menuduh aku mencuri?”“Kalau tidak mencuri apa namanya?”“Aku hanya