Mereka pun menghabiskan istirahat di kantin hingga bel masuk.
“Ira kamu tadi udah makan?” tanya Furkam yang baru saja masuk kelas.
“Sudah, aku juga baru aja sampai di kelas,” jawab Ira.
“Ini buat kamu,” kata Furkam.
“Coklat?” tanya Ira.
“Ya, aku tidak tahu kamu suka apa tidak tapi aku tadi keluar cari itu untuk kamu,” kata Furkam.
Ira melihat Mahli, dan Mahli pun memberi kode agar Ira menerimanya dengan menganggukan kepalanya.
“Baiklah aku terima, dan aku juga suka coklat, terimakasih Furkam,” jawab Ira.
“Sama-sama,” jawab Furkam.
Ira pun memasukan coklat itu ke dalam tas.
Hari itu pun usai, Ira pulang dan beristirahat, mengeluarka coklat pemberian Furkam.
“Sebaiknya aku buat kenang-kenangan saja deh, tidak akan aku makan,” gumam Ira dan menaruh coklat itu di atas meja belajarnya.
Ira berencana untuk pergi
(Di rumah Navi)“Apa yang sebenarnya Tidan ketahui tentangku?” gumam Navi masih bertanya-tanya.Navi pun yang penasaran dengan Tidan mencoba untuk menenangkan diri dan berfikir positif terhadap Tidan, tetapi tidak dengan Tidan, dia benar-benar menunjukan rasa kecewa terhadap Navi.(Di rumah Tidan)“Aku yakin Navi akan menyakiti Ira nantinya,” kata Tidan sambil rebahan di kamarnya.(Di rumah Ira)“Apa yang terjadi dengan Tidan dan Navi? Mengapa mereka seperti sedang berselisih?” gumam Ira sambil tiduran dan melamun.Ira pun tidak lagi memikirkan hal yang tidak-tidak karena takut jika pikiran Ira kemana-mana.Kling…..(Suara pesan Ira)“Sayang kamu sedang apa?” isi pesan dari Navi.Ira pun tersenyum dan membalasnya.“Sedang tiduran saja sayang, kamu sedang apa?” balas Ira.“Sedang mikirin kamu Ra,” balas Navi.“K
Mahli melihat Furkam yang berpura-pura ngambek itu, lalu menjuluskan lidahnya, mengejek Furkam karena tidak mendapatkan perhatian Ira.“Jelas saja dia membelaku, aku kan sahabatnya sedangkan kamu hanya pengganggu saja,” lanjut Mahli.“Wahhhhhhhhh,” kata Furkam gemas ingin jitak kepala Mahli.Terdengar di lorong kelas suara hentakan kaki yang memiliki langkah panjang, setelah di lihat ternyata itu adalah Ria yang akan menghampiri Furkam.“Furkam ada yang mau aku bicarakan,” kata Ria.Furkam melihat kearah Ira yang kelihatan sekali tidak menyukai Ria.Ira pun langsung menunduk dan pura-pura tidur.“Di sini saja Ria, kamu mau ngomongin apa?” tanya Furkam.“Besok ada lomba, pelatih ingin kamu yang maju karena ini lomba nasional, guru fikir tidak ada yang lebih hebat dari pada kamu, jadi aku di suruh bilang ke kamu,” kata Ria.“Kenapa pelatih tidak bilang sendi
“Tidak papa Mahli, aku sedang tidak ingin cerita,” jawab Ira lesu.Furkam pun merasa sedih melihat Ira murung seperti itu, dia memutuskan untuk bertingkah lucu di hadapan Ira.“Wlekkkkk,,,,,” kata Furkam sambil menoleh kearah Ira memperlihatkan wajah jeleknya itu.Ira terkejut pun tertawa kecil.“Apa sih Furkam tidak lucu,” jawab Ira.“Kamu tertawa kecil gitu kok tidak lucu sih, kalau begini lucu tidak?” tanya Furkam sambil menarik hidungnya naik ke atas.Ira menggelengkan kepala.Furkam pun turun dari kursi dan bertingkah lucu menirukan semua jenis hewan yang ia ketahui.Ira yang melihatnya seperti itu pun tertawa.“Nah gitu kan cantik,” kata Furkam.“Kamu ini lo Fur, bagaimana aku tidak tertawa jika tingkah kamu saja seperti itu?” kata Ira yang masih tertawa.Furkam pun kembali duduk dan mengelus kepala Ira.Mahli menggelengkan
“Sudah selesai, kamu boleh masuk nemuin pelatih mu sana,” kata Ira.“Ayo kita masuk bersama, kamu juga harus kembali ke teman-teman, Tidan pasti menunggu mu,” kata Furkam.“Kalau begitu aku pulang duluan ya Furkam, kamu nanti hati-hati kalau pulang,” kata Ira sekalian pamit pulang.“Iya Ira, jangan khawatir, terimakasih sudah mau datang dan melihat pertandinganku,” kata Furkam.Ira pun tersenyum dan mengangguk.Mereka berjalan masuk ke dalam.“Kemana Ira?” tanya Tidan.“Aku baru saja mengobati luka Furkam, lihatlah wajah nya penuh dengan darah dan sekarang sudah bersih,” kata Ira.“Kamu memang cocok menjadi perawat Ira, besok kamu sekolah perawat saja,” kata Tidan.“Ya besok, kita tidak akan tahu kemana arah kita pergi selanjutnya,” jawab Ira.“Benar juga ya,” kata Tidan mengangguk.“Ya sudah yu
“Apa sebenarnya yang dilakukan oleh Navi?” kata Ira dalam hati.Ira begitu khawatir dan gelisah, tetapi dia selalu bisa menutupi kegelisahannya itu dengan tawanya.Mereka pun sampai di sekolahan, Ira duduk termenung di dalam kelas memikirkan omongan dari Tidan. Tak lama setelah itu Furkam pun datang.“Ira, kamu sudah datang?” tanya Furkam.Ira pun menganggukkan kepalanya.“Kamu kenapa sih?” tanya Furkam.“Tidak papa, memangnya aku kenapa?” tanya Ira balik.“Sepertinya ada yang sedang kamu pikirkan?” kata Furkam.“Tidak ada Fur, duduklah jangan pedulikan aku,” kata Ira.“Tidak bisa, kalau aku kamu suruh tidak memperdulikan kamu itu tentu tidak bisa Ira,” kata Furkam.“Terserah kamu saja lah Fur, aku benar-benar tidak sedang memikirkan apa-apa,” jawab Ira.Tidak lama kemudian Mahli pun datang,“Kenapa
“Aku akan mengatakan semua perasaanku,” jawab Furkam dengan lantang.“Kamu yakin?” tanya Mahli.“Ya, aku yakin dengan rencanaku,” jawab Furkam.“Jika kamu ditolak?” tanya Mahli.“Ya anggap saja pengalaman,” jawab Furkam sudah mantap dengan keputusannya.“Baiklah kalau memang inginnya kamu seperti itu,” kata Mahli tidak bisa berkata-kata lagi selalu mendukung temannya itu.Ira pun selesai absen pinjaman buku dan mengajak mereka berdua kembali ke kelas. Di jalan menuju kelas bertemu dengan eorang wanita yang Mahli ukai.“Hai Ra!” panggil seorang wanita itu.“Hai Di, kamu dari mana?” tanya Ira.“Dari kelas sebelah, niatnya mau lihat seeorang tapi ternyata dia sedang tidak ada dikelas,” jawab Dian.Dian adalah wanita yang sesungguhnya Mahli sukai.“Ah begitu, memang di kelas mana kekasihmu itu?&rdqu
Keeokan harinya Ira pun bangun dengan rasa kecewa, karena setelah melihat HP-nya Ira merasa sedih, Navi semalam tidak menirim satu pesan pun padanya.“Bagaimana aku bisa semangat jika begini caranya,” guam Ira sambil bersiap berangkat.“Ira kenapa lusu sekali, ini ujian kelulusan loh,” kata Mama Ira.“Tidak papa ma, semalam belajar hingga larut,” jawab Ira.“Kalau begitu minum susu ini sebelum berangkat,” kata Mama Ira.Ira pun minum dan berangkat setelah selesai sarapan pagi.Saat sampai di tempat biasa Tidan menunggu, Ira pun melihat Tidan sudah ada di sana.“Ira ada apa dengan wajahmu itu, lecek amat,” kata Tidak.“Kamu gila ya?” kata Ira kesal.“Beneran loh, wajahmu kayak belum di setrika gitu, ceritalah,” kata Tidan.“Nanti ujian matematika, apa kamu sudah belajar?” tanya Ira.“Sudah dong,” jawab
Sesampainya di rumah Ira pun mendapatkan telepon dari Navi.“Halo,” jawab Ira.“Ira, gimana ujian tadi?” taya Navi.“Lancar,” jawab Ira.“Besok pelajarannya apa? Apa mau aku ajarin kamu?” tanya Navi.“Tidak, udah telat,” jawab Ira.“Kenapa telat, bukankah matematikannya besok?” tanya Navi.“Sudah tadi,” jawab Ira.“Jadi aku salah jadwal ya?” kata Navi.“Mungkin saja,” jawab Ira yang merasa Navi tidak terlalu mempedulikan Ira lagi.“Apa kamu marah?” tanya Navi.“Oh, ya tentu tidak, untuk apa aku marah denganmu?” tanya Ira.“Aku tidak menghubungi kamu beberapa hari ini, kamu tahu kan aku juga ujian kelulusan bukan hanya kamu yang ujian jadi aku tidak ada waktu untuk pegang HP, aku belajar dan belajar terus,” kata Navi.“Untuk apa kamu menjelaskanny