“Sudah selesai, kamu boleh masuk nemuin pelatih mu sana,” kata Ira.
“Ayo kita masuk bersama, kamu juga harus kembali ke teman-teman, Tidan pasti menunggu mu,” kata Furkam.
“Kalau begitu aku pulang duluan ya Furkam, kamu nanti hati-hati kalau pulang,” kata Ira sekalian pamit pulang.
“Iya Ira, jangan khawatir, terimakasih sudah mau datang dan melihat pertandinganku,” kata Furkam.
Ira pun tersenyum dan mengangguk.
Mereka berjalan masuk ke dalam.
“Kemana Ira?” tanya Tidan.
“Aku baru saja mengobati luka Furkam, lihatlah wajah nya penuh dengan darah dan sekarang sudah bersih,” kata Ira.
“Kamu memang cocok menjadi perawat Ira, besok kamu sekolah perawat saja,” kata Tidan.
“Ya besok, kita tidak akan tahu kemana arah kita pergi selanjutnya,” jawab Ira.
“Benar juga ya,” kata Tidan mengangguk.
“Ya sudah yu
“Apa sebenarnya yang dilakukan oleh Navi?” kata Ira dalam hati.Ira begitu khawatir dan gelisah, tetapi dia selalu bisa menutupi kegelisahannya itu dengan tawanya.Mereka pun sampai di sekolahan, Ira duduk termenung di dalam kelas memikirkan omongan dari Tidan. Tak lama setelah itu Furkam pun datang.“Ira, kamu sudah datang?” tanya Furkam.Ira pun menganggukkan kepalanya.“Kamu kenapa sih?” tanya Furkam.“Tidak papa, memangnya aku kenapa?” tanya Ira balik.“Sepertinya ada yang sedang kamu pikirkan?” kata Furkam.“Tidak ada Fur, duduklah jangan pedulikan aku,” kata Ira.“Tidak bisa, kalau aku kamu suruh tidak memperdulikan kamu itu tentu tidak bisa Ira,” kata Furkam.“Terserah kamu saja lah Fur, aku benar-benar tidak sedang memikirkan apa-apa,” jawab Ira.Tidak lama kemudian Mahli pun datang,“Kenapa
“Aku akan mengatakan semua perasaanku,” jawab Furkam dengan lantang.“Kamu yakin?” tanya Mahli.“Ya, aku yakin dengan rencanaku,” jawab Furkam.“Jika kamu ditolak?” tanya Mahli.“Ya anggap saja pengalaman,” jawab Furkam sudah mantap dengan keputusannya.“Baiklah kalau memang inginnya kamu seperti itu,” kata Mahli tidak bisa berkata-kata lagi selalu mendukung temannya itu.Ira pun selesai absen pinjaman buku dan mengajak mereka berdua kembali ke kelas. Di jalan menuju kelas bertemu dengan eorang wanita yang Mahli ukai.“Hai Ra!” panggil seorang wanita itu.“Hai Di, kamu dari mana?” tanya Ira.“Dari kelas sebelah, niatnya mau lihat seeorang tapi ternyata dia sedang tidak ada dikelas,” jawab Dian.Dian adalah wanita yang sesungguhnya Mahli sukai.“Ah begitu, memang di kelas mana kekasihmu itu?&rdqu
Keeokan harinya Ira pun bangun dengan rasa kecewa, karena setelah melihat HP-nya Ira merasa sedih, Navi semalam tidak menirim satu pesan pun padanya.“Bagaimana aku bisa semangat jika begini caranya,” guam Ira sambil bersiap berangkat.“Ira kenapa lusu sekali, ini ujian kelulusan loh,” kata Mama Ira.“Tidak papa ma, semalam belajar hingga larut,” jawab Ira.“Kalau begitu minum susu ini sebelum berangkat,” kata Mama Ira.Ira pun minum dan berangkat setelah selesai sarapan pagi.Saat sampai di tempat biasa Tidan menunggu, Ira pun melihat Tidan sudah ada di sana.“Ira ada apa dengan wajahmu itu, lecek amat,” kata Tidak.“Kamu gila ya?” kata Ira kesal.“Beneran loh, wajahmu kayak belum di setrika gitu, ceritalah,” kata Tidan.“Nanti ujian matematika, apa kamu sudah belajar?” tanya Ira.“Sudah dong,” jawab
Sesampainya di rumah Ira pun mendapatkan telepon dari Navi.“Halo,” jawab Ira.“Ira, gimana ujian tadi?” taya Navi.“Lancar,” jawab Ira.“Besok pelajarannya apa? Apa mau aku ajarin kamu?” tanya Navi.“Tidak, udah telat,” jawab Ira.“Kenapa telat, bukankah matematikannya besok?” tanya Navi.“Sudah tadi,” jawab Ira.“Jadi aku salah jadwal ya?” kata Navi.“Mungkin saja,” jawab Ira yang merasa Navi tidak terlalu mempedulikan Ira lagi.“Apa kamu marah?” tanya Navi.“Oh, ya tentu tidak, untuk apa aku marah denganmu?” tanya Ira.“Aku tidak menghubungi kamu beberapa hari ini, kamu tahu kan aku juga ujian kelulusan bukan hanya kamu yang ujian jadi aku tidak ada waktu untuk pegang HP, aku belajar dan belajar terus,” kata Navi.“Untuk apa kamu menjelaskanny
“Ira, ayo pulang!” ajak Tidan yang baru saja lewat di depan Ira dan yang lainnya yang asyik dengan obrolan mereka.“Kamu udah selesai?” tanya Ira.“Ya, kalian belum selesai?” tanya Tidan.“Ah sudah kok,” jawab Ira.“Ya sudah kalau begitu ayo kita pulang,” kata Tidan.“Baiklah, aku pulang dulu ya semuanya, besok ujian terakhir jadi di lanjut besok ya,” kata Ira berpamitan.“Oke deh sampai bertemu besok,” jawab Rani yang ikut pulang.“Kalau begitu hari ini bubar saja ya besok bertemu lagi,” kata Mahli.“Baiklah kalau begitu aku juga pulang,” kata Furkam.Mereka pun pulang bersama dengan arah yang berbeda-beda.“Kalian asyik bicarakan apa?” tanya Tidan.“Tidak ada, hanya basa-basi saja,” jawab Ira.“Besok pulang sekolah lansung pulang saja ya Ra, aku sudah jadwalkan a
Sesampainya di rumah Ira pun berusaha berpenampilan cantik tidak seperti biasanya.“Ah sekali-kali kan mau bertemu teman lama,” gumam Ira.“Wah … cantik sekali kamu Ra, mau kemana?” tanya Mama.“Mau pergi ma,” jawab Ira.“Ya sudah jangan pulang malam,” kata Mama.“Siap Ma,” jawab Ira.Ira pun berangkat ke rumah Tidan agar bisa berangkat bersama dengan Tidan.“Tidan!” panggil Ira yang masuk ke rumah Tidan.“Eh Ira, Tidan di kamarnya masuk saja,” kata Mama Tidan.“Baik Budhe,” jawab Ira.Ira pun masuk ke kamar Tidan.“Tidan, sedang apa kamu?” tanya Ira.“Aku cocok pakai baju yang mana Ra?” tanya Tidan.“Apa aja udah tampan,” jawab Ira.“Benarklah, tapi tolong pilihkan satu untukku,” kata Tidan.“Baik, yang sebelah kanan lebih e
“Dari mana kamu dapat kata-kata buaya seperti itu Nav?” tanya Ira.“Aku tidak tahu yang kamu maksud Ra,” jawab Navi.“Pastinya teman-teman Navi orang yang seperti itu semua,” kata Irsab.“Apa benar begitu Guntur?” tanya Ira.“Tidak semuanya, hanya sebagian saja, tapi aku juga tidak tahu kalau Navi bertemannya dengan para buaya, aku kan beda kelas dengannya,” jawab Guntur.“Benar pasti Navi berteman dengan para buaya,” lanjut Dasra.“Sudah-sudah kalau Navi buaya beneran, aku akan menjadi pawing buayanya,” kata Ira tersenyum.“Kamu memang kesayanganku, apa kamu yakin sanggup menjadi pawangnya aku?” tanya Navi.“Ya, tapi jika kamu sudah melebihi batas wajar aku akan mengundurkan diri,” jawab Ira.“Bagus, lebih cepat lebih baik Ra jika kamu ingin mengundurkan diri, masih banyak yang mau antri,” kata Nasah.
“Navi apa kamu mau nambah minum lagi, aku pesankan satu lagi ya,” kata Ira.“Baiklah,” jawab Navi.Ira pun memanggil penjual batagor dan memesan satu minuman.“Kenapa hanya satu?” tanya Navi.“Tidak papa, nanti jika aku haus bisa ambil punya mu kan Nav?” tanya Ira.“Benar begitu lebih bagus, lebih romantir,” jawab Navi.“Kalau begitu kamu pesan satu porsi batagornya juga ya buat kita berdua, aku sangat lapar,” kata Navi.“Baiklah,” jawab Ira dan langsung memesan apa yang di minta Navi.Ira pun tersenyum malu.“Apa kalian tidak ingin bergabung dengan kami?” tanya Nasah.“Tidak, kami di sini saja, apa yang kalian bicarakan juga masih kedengaran dari sini,” jawab Navi.“Bilang saja kalian mau kangen-kangenan kan?” kata Atin.Navi pun tersenyum mengisyaratkan memang benar seperti itu ad