“Dari mana kamu dapat kata-kata buaya seperti itu Nav?” tanya Ira.
“Aku tidak tahu yang kamu maksud Ra,” jawab Navi.
“Pastinya teman-teman Navi orang yang seperti itu semua,” kata Irsab.
“Apa benar begitu Guntur?” tanya Ira.
“Tidak semuanya, hanya sebagian saja, tapi aku juga tidak tahu kalau Navi bertemannya dengan para buaya, aku kan beda kelas dengannya,” jawab Guntur.
“Benar pasti Navi berteman dengan para buaya,” lanjut Dasra.
“Sudah-sudah kalau Navi buaya beneran, aku akan menjadi pawing buayanya,” kata Ira tersenyum.
“Kamu memang kesayanganku, apa kamu yakin sanggup menjadi pawangnya aku?” tanya Navi.
“Ya, tapi jika kamu sudah melebihi batas wajar aku akan mengundurkan diri,” jawab Ira.
“Bagus, lebih cepat lebih baik Ra jika kamu ingin mengundurkan diri, masih banyak yang mau antri,” kata Nasah.<
“Navi apa kamu mau nambah minum lagi, aku pesankan satu lagi ya,” kata Ira.“Baiklah,” jawab Navi.Ira pun memanggil penjual batagor dan memesan satu minuman.“Kenapa hanya satu?” tanya Navi.“Tidak papa, nanti jika aku haus bisa ambil punya mu kan Nav?” tanya Ira.“Benar begitu lebih bagus, lebih romantir,” jawab Navi.“Kalau begitu kamu pesan satu porsi batagornya juga ya buat kita berdua, aku sangat lapar,” kata Navi.“Baiklah,” jawab Ira dan langsung memesan apa yang di minta Navi.Ira pun tersenyum malu.“Apa kalian tidak ingin bergabung dengan kami?” tanya Nasah.“Tidak, kami di sini saja, apa yang kalian bicarakan juga masih kedengaran dari sini,” jawab Navi.“Bilang saja kalian mau kangen-kangenan kan?” kata Atin.Navi pun tersenyum mengisyaratkan memang benar seperti itu ad
Malam pun tiba Ira pun sudah tidak di haruskan untuk belajar, ia hanya bermain HP hingga Navi meneleponnya, selang beberapa saat Navi pun menelepon Ira.“Halo sayangku,” kata Navi.“Halo, kamu udah selesai belajar?” tanya Ira.“Sudah sayang, kamu sedang apa?” tanya Navi.“Sedang menunggu telepon dari kamu,” jawab Ira.“Hehe jadi kangen sama kamu, pengen peluk cium kamu,” kata Navi.“Benarkah?” tanya Ira.“Iya, aku semakin gemas denganmu, semakin kamu dewasa semakin membuatku gereget gemas Ra, I love you,” kata Navi.“Love you too, aku ingin kita tu bahagia sampai tua,” jawab Ira.“Aku akan berusaha semampu ku sayang,” kata Navi.“Kalau begitu aku juga akan berusaha yang terbaik untuk hubungan kita,” jawab Ira.“Ya sudah kalau gitu kamu istirahat sana sayang, besok kamu mengantuk gima
Setelah mereka mengumpulkan perbaikan mereka pun istirahat sebentar dan pindah tempat ke taman yang teduh duduk-duduk menikmati kebersamaan mereka.“Bagaimana jika kita bermain bulu tangkis?” tanya Furkam.“Apa kah alatnya ada?” tanya Mahli.“Tenang saja aku pinjam kan, ayo ikut aku Mahli,” kata Furkam.Mahli pun mengikuti Furkam ke ruang olahraga.“Pak boleh pinjam alat bulu tangkisnya?” tanya Furkam.“Boleh nak Furkam mau berapa?” tanya Penjaga ruangan.“Dua pasang saja Pak,” jawab Furkam.“Ambilah, jangan lupa di kembalikan lagi sesudah itu ya,” kata pak penjaga.“Baik pak, terimakasih,” jawab Furkam dan langsung mengambil raket dua pasanga.“Kamu bermain sama Rani ya Li, aku sama Ira,” kata Furkam.“Baiklah apa sih yang engak buat teman sendiri,” jawab Mahli.“Ngomong-ngom
“Bagaimana keadaan mu Ira?” tanya Mahli yang sudah menunggu mereka di taman yang teduh.“Seperti yang kamu lihat aku sudah tidak papa,” jawab Ira.“Tapi kenapa kamu tumben sekali Ira, biasanya kamu tidak mau jika di sentuh sama Furkam,” kata Rani.“Dia kan mau membantuku mana mungkin aku menolak, lagi pula lututku ini jika buat jalan sedikit sakit,” jawab Ira.“Bukan karena kamu sudah memberikan lampu hijau untuk Furkam?” tanya Rani.“Apa lo Rani, kalian selalu mengarahnya kesana, jika memang begitu tidak masalah bukan?” tanya Ira.“Kalau memang begitu aku yang jadi teman kalian ikut senang karena itu yang kami mau, lepaskan Navi Ra, bersamalah dengan Furkam,” kata Rani.“Rani jika kamu mengatakan itu kesannya seperti aku yang mengemis cinta, walaupun itu benar jangan lah membuatnya terkesan lebih buruk,” kata Furkam.“Aku tida
Mereka pun berpisah dan pulang kesumah masing-masing.“Kamu jangan mengayuh Ira, luka mu nanti berdarah lagi,” kata Tidan.“Tidak akan,” jawab Ira tidak mendengarkan.“Kamu sulit sekali di bilangin!” kata Tidan.“Aku merasa senang hari ini Tidan,” kata Ira.“Kenapa?” tanya Tidan.“Hatiku merasa lebih lega sekarang, kenapa tidak dari dulu saja aku seperti ini, jika dari dulu aku bisa menikmati dan menjalani hidupku dengan tenang, tidak akan tertekan oleh hati dan pikiranku sendiri,” jawab Ira.“Kenapa sih Ra, apa yang terjadi tadi hingga kamu bisa berfikir seperti itu?” tanya Tidan.Ira tersenyum.“Jangan hanya tersenyum, jelaskan padaku, aku sudah terlalu penasaran dengan maksud dari omongan kamu itu,” kata Tidak sedikit kesal dengan senyum Ira.“Aku memutuskan …--“ kata Ira belum selesai.&ldq
Setelah mereka merasa hari sudah larut Navi pun berpamitan pulang dan menyuruh Ira untuk segera istirahat setelah ia pulang.“Pamit kan pada Mama dan Papa ya kalau aku pulang,” kata Navi.“Baik,” jawab Ira.“Kamu segera tidur jika aku sudah pulang jangan kebanyakan main HP dan membaca komik, jaga kesehatan kamu jangan terlalu sering begadang,” kata Navi.“Iya iya kamu semakin bawel saja,” jawab Ira.“Kan kamu yang mengajariku untuk bawel, biar adil gitu,” kata Navi mengeles Ira.“Baik baik,” jawab Ira.Navi pun pergi pulang ke rumahnya, Ira pun kembali masuk dan tiduran di kamarnya. Seperti biasa Ira pun menunggu pesan dari Navi sambil bermain-main media social. Tak lama setelah itu Navi pun mengirim pesan pada Ira.“Hayoloh, pasti tidak tidur dan main HP kan?” kata Navi di dalam pesannya.“Kok kamu tahu sih, peramal ya?” bala
Setelah mengumpulkan kertas perbaikan Furkam pun kembali berkumpul bersama dengan Ira dan yang lainnya.“Hari ini mau kemana sambil nunggu perbaikan selanjutnya?” tanya Mahli.“Emm … bagaimana jika kita ke kantin saja,” jawab Rani.“Apa kamu lapar?” tanya Mahli.“Ya, aku sangat lapar,” jawab Rani.“Kalau begitu kita makan dulu saja ke kantin, setelah itu kita ke lapangan belakang sekolahan saja gimana? Di sana teduh dan enak lo,” kata Ira.“Bukan kah di lapangan itu panas?” tanya Furkam.“Tidak, di sana kan ada satu pohon yang daunnya lebat dan di bawahnya sangat teduh enak deh pokoknya kalau buat nunggu pengumuman perbaikan,” jawab Ira.“Baiklah kalau begitu ayo kita langsung ke kantin dulu,” kata Mahli.Ira pun mengangguk.Mereka pun berjalan ke kantin dan memesan makanan dan minuman.“Apa kalian t
“Apakah salah satu dari kalian mau melihat apa kah jam ke dua ada perbaikan atau tidak?” tanya Rani.“Baiklah kalau begitu biar aku saja yang gentian melihat ke sana, kalian berdua kan sudah tadi pagi melihatkan punya aku, jadi biar aku saja,” jawab Ira.“Baiklah kalau begitu sama aku saja,” sahut Furkam.“Bagaimana jika aku dan Rani lagi, mungkin nanti juga kamu tidak tahu harus bagaimana kan? aku saja yang sudah tahu letak di mana soalnya dan juga lembar jawabannya,” kata Mahli.“Nanti aku bisa tanya dengan yang ada di sana bukan?” jawab Ira.“Tidak perlu kalian tunggulah disini nanti aku kembali ke sini, dan kita kerjakan di sini saja,” jawab Mahli sambil memberikan kode pada Rani.Rani pun mengerti dengan sekali Mahli mengedipkan matanya.“Ah … benar Ira, aku sekalian mau beli minum, nanti kalian aku bawakan minum juga deh, kalian tunggu di sini y