“Bagaimana keadaan mu Ira?” tanya Mahli yang sudah menunggu mereka di taman yang teduh.
“Seperti yang kamu lihat aku sudah tidak papa,” jawab Ira.
“Tapi kenapa kamu tumben sekali Ira, biasanya kamu tidak mau jika di sentuh sama Furkam,” kata Rani.
“Dia kan mau membantuku mana mungkin aku menolak, lagi pula lututku ini jika buat jalan sedikit sakit,” jawab Ira.
“Bukan karena kamu sudah memberikan lampu hijau untuk Furkam?” tanya Rani.
“Apa lo Rani, kalian selalu mengarahnya kesana, jika memang begitu tidak masalah bukan?” tanya Ira.
“Kalau memang begitu aku yang jadi teman kalian ikut senang karena itu yang kami mau, lepaskan Navi Ra, bersamalah dengan Furkam,” kata Rani.
“Rani jika kamu mengatakan itu kesannya seperti aku yang mengemis cinta, walaupun itu benar jangan lah membuatnya terkesan lebih buruk,” kata Furkam.
“Aku tida
Mereka pun berpisah dan pulang kesumah masing-masing.“Kamu jangan mengayuh Ira, luka mu nanti berdarah lagi,” kata Tidan.“Tidak akan,” jawab Ira tidak mendengarkan.“Kamu sulit sekali di bilangin!” kata Tidan.“Aku merasa senang hari ini Tidan,” kata Ira.“Kenapa?” tanya Tidan.“Hatiku merasa lebih lega sekarang, kenapa tidak dari dulu saja aku seperti ini, jika dari dulu aku bisa menikmati dan menjalani hidupku dengan tenang, tidak akan tertekan oleh hati dan pikiranku sendiri,” jawab Ira.“Kenapa sih Ra, apa yang terjadi tadi hingga kamu bisa berfikir seperti itu?” tanya Tidan.Ira tersenyum.“Jangan hanya tersenyum, jelaskan padaku, aku sudah terlalu penasaran dengan maksud dari omongan kamu itu,” kata Tidak sedikit kesal dengan senyum Ira.“Aku memutuskan …--“ kata Ira belum selesai.&ldq
Setelah mereka merasa hari sudah larut Navi pun berpamitan pulang dan menyuruh Ira untuk segera istirahat setelah ia pulang.“Pamit kan pada Mama dan Papa ya kalau aku pulang,” kata Navi.“Baik,” jawab Ira.“Kamu segera tidur jika aku sudah pulang jangan kebanyakan main HP dan membaca komik, jaga kesehatan kamu jangan terlalu sering begadang,” kata Navi.“Iya iya kamu semakin bawel saja,” jawab Ira.“Kan kamu yang mengajariku untuk bawel, biar adil gitu,” kata Navi mengeles Ira.“Baik baik,” jawab Ira.Navi pun pergi pulang ke rumahnya, Ira pun kembali masuk dan tiduran di kamarnya. Seperti biasa Ira pun menunggu pesan dari Navi sambil bermain-main media social. Tak lama setelah itu Navi pun mengirim pesan pada Ira.“Hayoloh, pasti tidak tidur dan main HP kan?” kata Navi di dalam pesannya.“Kok kamu tahu sih, peramal ya?” bala
Setelah mengumpulkan kertas perbaikan Furkam pun kembali berkumpul bersama dengan Ira dan yang lainnya.“Hari ini mau kemana sambil nunggu perbaikan selanjutnya?” tanya Mahli.“Emm … bagaimana jika kita ke kantin saja,” jawab Rani.“Apa kamu lapar?” tanya Mahli.“Ya, aku sangat lapar,” jawab Rani.“Kalau begitu kita makan dulu saja ke kantin, setelah itu kita ke lapangan belakang sekolahan saja gimana? Di sana teduh dan enak lo,” kata Ira.“Bukan kah di lapangan itu panas?” tanya Furkam.“Tidak, di sana kan ada satu pohon yang daunnya lebat dan di bawahnya sangat teduh enak deh pokoknya kalau buat nunggu pengumuman perbaikan,” jawab Ira.“Baiklah kalau begitu ayo kita langsung ke kantin dulu,” kata Mahli.Ira pun mengangguk.Mereka pun berjalan ke kantin dan memesan makanan dan minuman.“Apa kalian t
“Apakah salah satu dari kalian mau melihat apa kah jam ke dua ada perbaikan atau tidak?” tanya Rani.“Baiklah kalau begitu biar aku saja yang gentian melihat ke sana, kalian berdua kan sudah tadi pagi melihatkan punya aku, jadi biar aku saja,” jawab Ira.“Baiklah kalau begitu sama aku saja,” sahut Furkam.“Bagaimana jika aku dan Rani lagi, mungkin nanti juga kamu tidak tahu harus bagaimana kan? aku saja yang sudah tahu letak di mana soalnya dan juga lembar jawabannya,” kata Mahli.“Nanti aku bisa tanya dengan yang ada di sana bukan?” jawab Ira.“Tidak perlu kalian tunggulah disini nanti aku kembali ke sini, dan kita kerjakan di sini saja,” jawab Mahli sambil memberikan kode pada Rani.Rani pun mengerti dengan sekali Mahli mengedipkan matanya.“Ah … benar Ira, aku sekalian mau beli minum, nanti kalian aku bawakan minum juga deh, kalian tunggu di sini y
Tak lama setelah itu Tidan pun menelepon Ira.“Ira, aku sudah selesai ayo kita pulang,” kata Tidan.“Baiklah tunggu aku di parkiran ya,” jawab Ira.“Baik,” jawab Tidan dan menutup telponnya.“Hari ini sampai di sini dulu saja ya kawanku, aku mau pamit pulang, kakak tertampanku sudah memanggilku untuk segera pulag,” kata Ira berpamitan dengan teman-temannya.“Hahaha, baiklah sampai bertemu besok,” jawab Rani.“Kalian juga pulang kan?” tanya Ira.“Tentu saja kita pulang, buat apa kita di sini jika tidak ada kamu Ira,” jawab Furkam.“Ah benar, kamu kana da jika aku ada, aku lupa,” kata Ira bergurau.Mereka pun tertawa, Ira melambaikan tangannya dan Furkam pun melakukan flying kiss untuk Ira. Ira pun dengan percaya diri membalasnya tanpa ragu dan meninggalkan mereka.“Apa kamu sudah mendapatkan nya?” tanya Mahli
Ira pun menarik tangan Furkam ke lapangan belakang sekolahan.“Kenapa kamu mengajakku ke sini Ra?” tanya Furkam.Ira masih diam saja.“Ira, kenapa kamu malah diam saja?” tanya Furkam.“Furkam, jika aku mau bertanya padamu apa kamu mau menjawab aku dengan jujur?” tanya Ira.“Ya aku akan menjawab kamu dengan jujur, memangnya ada apa Ra?” tanya Furkam yang penasaran dengan Ira.“Berjanjilah padaku kamu mau menjawab semuanya,” kata Ira.“Iya,” jawab Furkam.“Apa benar yang mereka semua katakan, aku dengar-dengar kamu tidak ikut lomba lagi karena aku?” tanya Ira.“Tidak, siapa yang mengatakan begitu?” tanya Furkam.“Kata kamu kamu akan jujur padaku bukan?” tanya Ira.“Aku sudah jujur padamu Ira,” jawab Furkam.“Aku masih belum yakin jika kamu sedang berkata jujur padaku Fur,”
“Ada apa sebenarnya Fur?” tanya Mahli saat sudah pergi.“Ini hari terakhir kita bersama loh kenapa kamu malah bikin dia marah?” lanjut Yesi.“Aku memang bodoh,” jawab Furkam.“Tidak cukup kamu dengan mengaakan hal ini Fur, apa kamu bisa menghentikannya?” tanya Mahli.“Aku akan merelakannya, aku tidak membuatnya bahagia tetapi malah membuanya terluka dan kecewa,” kata Furkam.“Dia hanya tidak igin merusah dan menghancurkan masa depan kamu Fur,” kata Mahli.“Tapi aku juga tidak mau membuatnya khawatir aku ingin membuatnya tenang saat bersamaku tapi ternyata cara ku malah melukai hatinya,” kata Furkam.“Ya, kamu memang gegabar Fur, tidak seharusnya kamu mundur dari pertandingan, jika kita tahu kamu seperti ini saat kita melihatmu bertanding, kita tidak akan pernah melihat pertandingan kamu lagi,” kata Mahli.Furkam pun hanya diam saja.
“Kenapa kamu bingung begitu Dan? Ada yang kamu sembunyikan dari aku ya?” tanya Ira curiga.“Tidak ada,” jawab Tidan.“Setelah aku pikir-pikir kamu ini kan sahabatnya Navi tapi kenapa kamu malah mendukungku dengan orang lain Dan?” tanya Ira.“Aku mulai mencurigai kamu,” lanjut Ira.“Tidak ada, aku hanya kasihan saja pada adikku ini, pastikan tidak enak jika menjalin hubungan LDR, jadi aku kasih kamu kesempatan untuk dekat dengan yang lainnya, aku juga tidak mengatakannya pada Navi,” jawab Tidan.“Jadi kamu mendukungku jika aku berbuat jahat pada Navi?” tanya Ira.“Sepertinya begitu,” jawab Tidan.“Kenapa? Pasti ada alasannya bukan?” tanya Ira.“Tidak ada, ya sudah aku kira kamu sedang terpuruk ternyata kamu sedang baik-baik saja, tidur nyenyak, kalau begitu aku pulang ya,” kata Tidan yang tidak ingin menjawab Ira, dia pun