Hari pun sudah malam Ira duduk di dalam kamar menunggu telpon dari Navi, tetapi Navi belum juga meneleponnya.
“Apa mungkin Navi sudah tidur karena lelah dan lupa kalau dia mau telfon aku?” gumam Ira.
Ira pun menaruh HP-nya di meja, Ira pun membaca komik sambil tetap menunggu telfon dari Navi.
Waktu cepat berlalu, sudah hampir tengah malam Navi belum juga menghubungi Ira. Ira pun pindah ke tempat tidur membawa HP dan menaruhnya di sebelah Ira. Tak lama kemudian Hp-nya pun berdering.
Kringgggg………
Ira terkejut mendengar dering teleponnya, karena Ira sudah hampir tertidur, Ira pun mengangkat telefonnya.
“Halo,” jawab Ira dengan nada serak.
“Halo, Ira kamu sudah tidur?” tanya Navi.
“Sudah tidur sebentar, kamu tadi ketiduran?” jawab Ira dan bertanya balik.
“Iya, maaf ya Ra kamu pasti dari tadi menungguku ya?” tanya Navi.
“Tidak papa,
“Ira apa yang tadi kamu gumamkan itu? Aku masih penasaran Ra, kasih tahu aku ya,” kata Furkam lirih.“Tidak ada yang aku katakana, anggap saja begitu,” jawab Ira lirih.“Tapi apa benar kalau kamu pernah merindukanku Ra?” tanya Furkam.“Ya dulu belum lama ini saat kamu sakit tidak masuk beberapa hari,” jawab Ira.Ira terkejut karena mengatakan hal itu.Mahli yang mendengar itu pun tersenyum dan tetap pura-pura tidur.“Furkammm kenapa kamu selalu memancing emosiku?” teriak Ira yang sadar bahwa dirinya keceplosan.“Apa sih Ra, aku hanya sekedar bertanya kok,” jawab Furkam.“Kenapa loh kalian itu teriak-teriak mulu, jadi kaget nih aku,” sahut Mahli yang terkejut mendengar Ira teriak.“Kamu tidak boleh tidur1, ajari teman kamu biar mengerti kata tidak, tidak, dan tidak,” kata Ira kesal.“Kenapa sih kamu selalu marah da
“Baiklah, maafkan aku Ira yang sudah tidak sopan dengan mu, aku akan mencoba mengendalikan nafsuku,” jawab Navi sambil memeluk Ira dengan kuat.“Terimakasih Nav,” jawab Ira.Navi pun mengangguk.“Aku mencintaimu Ra,” kata Navi.Ira pun mengangguk.Mereka berdua pun mengganti topik pembicaraan dan sudah tidak canggung lagi, mereka berbincang dan tertawa bersama, mengahabiskan hari mereka dengan suasana senang dan gembira.Tak lama kemudian Navi pun pulang.“Ra, aku pulang dulu ya hari sudah akan malam, besok lagi kapan-kapan jika aku pulang cepat aku akan main lagi ke rumah kamu,” pamit Navi.“Baiklah kalau gitu, kamu hati-hati ya di jalan, sampai rumah kamu harus kasih kabar padaku,” jawab Ira.“Tentu saja aku akan kasih kabar jika aku sudah sampai, nanti malam seperti biasa ya, aku akan meneleponmu menghabiskan malam denganmu,” kata Navi.&ld
Mereka pun menghabiskan istirahat di kantin hingga bel masuk.“Ira kamu tadi udah makan?” tanya Furkam yang baru saja masuk kelas.“Sudah, aku juga baru aja sampai di kelas,” jawab Ira.“Ini buat kamu,” kata Furkam.“Coklat?” tanya Ira.“Ya, aku tidak tahu kamu suka apa tidak tapi aku tadi keluar cari itu untuk kamu,” kata Furkam.Ira melihat Mahli, dan Mahli pun memberi kode agar Ira menerimanya dengan menganggukan kepalanya.“Baiklah aku terima, dan aku juga suka coklat, terimakasih Furkam,” jawab Ira.“Sama-sama,” jawab Furkam.Ira pun memasukan coklat itu ke dalam tas.Hari itu pun usai, Ira pulang dan beristirahat, mengeluarka coklat pemberian Furkam.“Sebaiknya aku buat kenang-kenangan saja deh, tidak akan aku makan,” gumam Ira dan menaruh coklat itu di atas meja belajarnya.Ira berencana untuk pergi
(Di rumah Navi)“Apa yang sebenarnya Tidan ketahui tentangku?” gumam Navi masih bertanya-tanya.Navi pun yang penasaran dengan Tidan mencoba untuk menenangkan diri dan berfikir positif terhadap Tidan, tetapi tidak dengan Tidan, dia benar-benar menunjukan rasa kecewa terhadap Navi.(Di rumah Tidan)“Aku yakin Navi akan menyakiti Ira nantinya,” kata Tidan sambil rebahan di kamarnya.(Di rumah Ira)“Apa yang terjadi dengan Tidan dan Navi? Mengapa mereka seperti sedang berselisih?” gumam Ira sambil tiduran dan melamun.Ira pun tidak lagi memikirkan hal yang tidak-tidak karena takut jika pikiran Ira kemana-mana.Kling…..(Suara pesan Ira)“Sayang kamu sedang apa?” isi pesan dari Navi.Ira pun tersenyum dan membalasnya.“Sedang tiduran saja sayang, kamu sedang apa?” balas Ira.“Sedang mikirin kamu Ra,” balas Navi.“K
Mahli melihat Furkam yang berpura-pura ngambek itu, lalu menjuluskan lidahnya, mengejek Furkam karena tidak mendapatkan perhatian Ira.“Jelas saja dia membelaku, aku kan sahabatnya sedangkan kamu hanya pengganggu saja,” lanjut Mahli.“Wahhhhhhhhh,” kata Furkam gemas ingin jitak kepala Mahli.Terdengar di lorong kelas suara hentakan kaki yang memiliki langkah panjang, setelah di lihat ternyata itu adalah Ria yang akan menghampiri Furkam.“Furkam ada yang mau aku bicarakan,” kata Ria.Furkam melihat kearah Ira yang kelihatan sekali tidak menyukai Ria.Ira pun langsung menunduk dan pura-pura tidur.“Di sini saja Ria, kamu mau ngomongin apa?” tanya Furkam.“Besok ada lomba, pelatih ingin kamu yang maju karena ini lomba nasional, guru fikir tidak ada yang lebih hebat dari pada kamu, jadi aku di suruh bilang ke kamu,” kata Ria.“Kenapa pelatih tidak bilang sendi
“Tidak papa Mahli, aku sedang tidak ingin cerita,” jawab Ira lesu.Furkam pun merasa sedih melihat Ira murung seperti itu, dia memutuskan untuk bertingkah lucu di hadapan Ira.“Wlekkkkk,,,,,” kata Furkam sambil menoleh kearah Ira memperlihatkan wajah jeleknya itu.Ira terkejut pun tertawa kecil.“Apa sih Furkam tidak lucu,” jawab Ira.“Kamu tertawa kecil gitu kok tidak lucu sih, kalau begini lucu tidak?” tanya Furkam sambil menarik hidungnya naik ke atas.Ira menggelengkan kepala.Furkam pun turun dari kursi dan bertingkah lucu menirukan semua jenis hewan yang ia ketahui.Ira yang melihatnya seperti itu pun tertawa.“Nah gitu kan cantik,” kata Furkam.“Kamu ini lo Fur, bagaimana aku tidak tertawa jika tingkah kamu saja seperti itu?” kata Ira yang masih tertawa.Furkam pun kembali duduk dan mengelus kepala Ira.Mahli menggelengkan
“Sudah selesai, kamu boleh masuk nemuin pelatih mu sana,” kata Ira.“Ayo kita masuk bersama, kamu juga harus kembali ke teman-teman, Tidan pasti menunggu mu,” kata Furkam.“Kalau begitu aku pulang duluan ya Furkam, kamu nanti hati-hati kalau pulang,” kata Ira sekalian pamit pulang.“Iya Ira, jangan khawatir, terimakasih sudah mau datang dan melihat pertandinganku,” kata Furkam.Ira pun tersenyum dan mengangguk.Mereka berjalan masuk ke dalam.“Kemana Ira?” tanya Tidan.“Aku baru saja mengobati luka Furkam, lihatlah wajah nya penuh dengan darah dan sekarang sudah bersih,” kata Ira.“Kamu memang cocok menjadi perawat Ira, besok kamu sekolah perawat saja,” kata Tidan.“Ya besok, kita tidak akan tahu kemana arah kita pergi selanjutnya,” jawab Ira.“Benar juga ya,” kata Tidan mengangguk.“Ya sudah yu
“Apa sebenarnya yang dilakukan oleh Navi?” kata Ira dalam hati.Ira begitu khawatir dan gelisah, tetapi dia selalu bisa menutupi kegelisahannya itu dengan tawanya.Mereka pun sampai di sekolahan, Ira duduk termenung di dalam kelas memikirkan omongan dari Tidan. Tak lama setelah itu Furkam pun datang.“Ira, kamu sudah datang?” tanya Furkam.Ira pun menganggukkan kepalanya.“Kamu kenapa sih?” tanya Furkam.“Tidak papa, memangnya aku kenapa?” tanya Ira balik.“Sepertinya ada yang sedang kamu pikirkan?” kata Furkam.“Tidak ada Fur, duduklah jangan pedulikan aku,” kata Ira.“Tidak bisa, kalau aku kamu suruh tidak memperdulikan kamu itu tentu tidak bisa Ira,” kata Furkam.“Terserah kamu saja lah Fur, aku benar-benar tidak sedang memikirkan apa-apa,” jawab Ira.Tidak lama kemudian Mahli pun datang,“Kenapa