“Ira apa yang tadi kamu gumamkan itu? Aku masih penasaran Ra, kasih tahu aku ya,” kata Furkam lirih.
“Tidak ada yang aku katakana, anggap saja begitu,” jawab Ira lirih.
“Tapi apa benar kalau kamu pernah merindukanku Ra?” tanya Furkam.
“Ya dulu belum lama ini saat kamu sakit tidak masuk beberapa hari,” jawab Ira.
Ira terkejut karena mengatakan hal itu.
Mahli yang mendengar itu pun tersenyum dan tetap pura-pura tidur.
“Furkammm kenapa kamu selalu memancing emosiku?” teriak Ira yang sadar bahwa dirinya keceplosan.
“Apa sih Ra, aku hanya sekedar bertanya kok,” jawab Furkam.
“Kenapa loh kalian itu teriak-teriak mulu, jadi kaget nih aku,” sahut Mahli yang terkejut mendengar Ira teriak.
“Kamu tidak boleh tidur1, ajari teman kamu biar mengerti kata tidak, tidak, dan tidak,” kata Ira kesal.
“Kenapa sih kamu selalu marah da
“Baiklah, maafkan aku Ira yang sudah tidak sopan dengan mu, aku akan mencoba mengendalikan nafsuku,” jawab Navi sambil memeluk Ira dengan kuat.“Terimakasih Nav,” jawab Ira.Navi pun mengangguk.“Aku mencintaimu Ra,” kata Navi.Ira pun mengangguk.Mereka berdua pun mengganti topik pembicaraan dan sudah tidak canggung lagi, mereka berbincang dan tertawa bersama, mengahabiskan hari mereka dengan suasana senang dan gembira.Tak lama kemudian Navi pun pulang.“Ra, aku pulang dulu ya hari sudah akan malam, besok lagi kapan-kapan jika aku pulang cepat aku akan main lagi ke rumah kamu,” pamit Navi.“Baiklah kalau gitu, kamu hati-hati ya di jalan, sampai rumah kamu harus kasih kabar padaku,” jawab Ira.“Tentu saja aku akan kasih kabar jika aku sudah sampai, nanti malam seperti biasa ya, aku akan meneleponmu menghabiskan malam denganmu,” kata Navi.&ld
Mereka pun menghabiskan istirahat di kantin hingga bel masuk.“Ira kamu tadi udah makan?” tanya Furkam yang baru saja masuk kelas.“Sudah, aku juga baru aja sampai di kelas,” jawab Ira.“Ini buat kamu,” kata Furkam.“Coklat?” tanya Ira.“Ya, aku tidak tahu kamu suka apa tidak tapi aku tadi keluar cari itu untuk kamu,” kata Furkam.Ira melihat Mahli, dan Mahli pun memberi kode agar Ira menerimanya dengan menganggukan kepalanya.“Baiklah aku terima, dan aku juga suka coklat, terimakasih Furkam,” jawab Ira.“Sama-sama,” jawab Furkam.Ira pun memasukan coklat itu ke dalam tas.Hari itu pun usai, Ira pulang dan beristirahat, mengeluarka coklat pemberian Furkam.“Sebaiknya aku buat kenang-kenangan saja deh, tidak akan aku makan,” gumam Ira dan menaruh coklat itu di atas meja belajarnya.Ira berencana untuk pergi
(Di rumah Navi)“Apa yang sebenarnya Tidan ketahui tentangku?” gumam Navi masih bertanya-tanya.Navi pun yang penasaran dengan Tidan mencoba untuk menenangkan diri dan berfikir positif terhadap Tidan, tetapi tidak dengan Tidan, dia benar-benar menunjukan rasa kecewa terhadap Navi.(Di rumah Tidan)“Aku yakin Navi akan menyakiti Ira nantinya,” kata Tidan sambil rebahan di kamarnya.(Di rumah Ira)“Apa yang terjadi dengan Tidan dan Navi? Mengapa mereka seperti sedang berselisih?” gumam Ira sambil tiduran dan melamun.Ira pun tidak lagi memikirkan hal yang tidak-tidak karena takut jika pikiran Ira kemana-mana.Kling…..(Suara pesan Ira)“Sayang kamu sedang apa?” isi pesan dari Navi.Ira pun tersenyum dan membalasnya.“Sedang tiduran saja sayang, kamu sedang apa?” balas Ira.“Sedang mikirin kamu Ra,” balas Navi.“K
Mahli melihat Furkam yang berpura-pura ngambek itu, lalu menjuluskan lidahnya, mengejek Furkam karena tidak mendapatkan perhatian Ira.“Jelas saja dia membelaku, aku kan sahabatnya sedangkan kamu hanya pengganggu saja,” lanjut Mahli.“Wahhhhhhhhh,” kata Furkam gemas ingin jitak kepala Mahli.Terdengar di lorong kelas suara hentakan kaki yang memiliki langkah panjang, setelah di lihat ternyata itu adalah Ria yang akan menghampiri Furkam.“Furkam ada yang mau aku bicarakan,” kata Ria.Furkam melihat kearah Ira yang kelihatan sekali tidak menyukai Ria.Ira pun langsung menunduk dan pura-pura tidur.“Di sini saja Ria, kamu mau ngomongin apa?” tanya Furkam.“Besok ada lomba, pelatih ingin kamu yang maju karena ini lomba nasional, guru fikir tidak ada yang lebih hebat dari pada kamu, jadi aku di suruh bilang ke kamu,” kata Ria.“Kenapa pelatih tidak bilang sendi
“Tidak papa Mahli, aku sedang tidak ingin cerita,” jawab Ira lesu.Furkam pun merasa sedih melihat Ira murung seperti itu, dia memutuskan untuk bertingkah lucu di hadapan Ira.“Wlekkkkk,,,,,” kata Furkam sambil menoleh kearah Ira memperlihatkan wajah jeleknya itu.Ira terkejut pun tertawa kecil.“Apa sih Furkam tidak lucu,” jawab Ira.“Kamu tertawa kecil gitu kok tidak lucu sih, kalau begini lucu tidak?” tanya Furkam sambil menarik hidungnya naik ke atas.Ira menggelengkan kepala.Furkam pun turun dari kursi dan bertingkah lucu menirukan semua jenis hewan yang ia ketahui.Ira yang melihatnya seperti itu pun tertawa.“Nah gitu kan cantik,” kata Furkam.“Kamu ini lo Fur, bagaimana aku tidak tertawa jika tingkah kamu saja seperti itu?” kata Ira yang masih tertawa.Furkam pun kembali duduk dan mengelus kepala Ira.Mahli menggelengkan
“Sudah selesai, kamu boleh masuk nemuin pelatih mu sana,” kata Ira.“Ayo kita masuk bersama, kamu juga harus kembali ke teman-teman, Tidan pasti menunggu mu,” kata Furkam.“Kalau begitu aku pulang duluan ya Furkam, kamu nanti hati-hati kalau pulang,” kata Ira sekalian pamit pulang.“Iya Ira, jangan khawatir, terimakasih sudah mau datang dan melihat pertandinganku,” kata Furkam.Ira pun tersenyum dan mengangguk.Mereka berjalan masuk ke dalam.“Kemana Ira?” tanya Tidan.“Aku baru saja mengobati luka Furkam, lihatlah wajah nya penuh dengan darah dan sekarang sudah bersih,” kata Ira.“Kamu memang cocok menjadi perawat Ira, besok kamu sekolah perawat saja,” kata Tidan.“Ya besok, kita tidak akan tahu kemana arah kita pergi selanjutnya,” jawab Ira.“Benar juga ya,” kata Tidan mengangguk.“Ya sudah yu
“Apa sebenarnya yang dilakukan oleh Navi?” kata Ira dalam hati.Ira begitu khawatir dan gelisah, tetapi dia selalu bisa menutupi kegelisahannya itu dengan tawanya.Mereka pun sampai di sekolahan, Ira duduk termenung di dalam kelas memikirkan omongan dari Tidan. Tak lama setelah itu Furkam pun datang.“Ira, kamu sudah datang?” tanya Furkam.Ira pun menganggukkan kepalanya.“Kamu kenapa sih?” tanya Furkam.“Tidak papa, memangnya aku kenapa?” tanya Ira balik.“Sepertinya ada yang sedang kamu pikirkan?” kata Furkam.“Tidak ada Fur, duduklah jangan pedulikan aku,” kata Ira.“Tidak bisa, kalau aku kamu suruh tidak memperdulikan kamu itu tentu tidak bisa Ira,” kata Furkam.“Terserah kamu saja lah Fur, aku benar-benar tidak sedang memikirkan apa-apa,” jawab Ira.Tidak lama kemudian Mahli pun datang,“Kenapa
“Aku akan mengatakan semua perasaanku,” jawab Furkam dengan lantang.“Kamu yakin?” tanya Mahli.“Ya, aku yakin dengan rencanaku,” jawab Furkam.“Jika kamu ditolak?” tanya Mahli.“Ya anggap saja pengalaman,” jawab Furkam sudah mantap dengan keputusannya.“Baiklah kalau memang inginnya kamu seperti itu,” kata Mahli tidak bisa berkata-kata lagi selalu mendukung temannya itu.Ira pun selesai absen pinjaman buku dan mengajak mereka berdua kembali ke kelas. Di jalan menuju kelas bertemu dengan eorang wanita yang Mahli ukai.“Hai Ra!” panggil seorang wanita itu.“Hai Di, kamu dari mana?” tanya Ira.“Dari kelas sebelah, niatnya mau lihat seeorang tapi ternyata dia sedang tidak ada dikelas,” jawab Dian.Dian adalah wanita yang sesungguhnya Mahli sukai.“Ah begitu, memang di kelas mana kekasihmu itu?&rdqu
Satu tahun pun berlalu, satu tahun pula Ira dekat dengan Alex. Tak terasa Ira sudah menginjak kelas dua sekolah menengah atas. Hari ini Ira ada rencana main bersama dengan teman-temannya ke sebuah mall dekat sekolahannya. Sesampainya di Mall mereka pun bermain dan berjalan-jalan masih menggunakan seragam sekolah.Setelah lelah bermain Ira dan teman-temannya pun duduk diam di depan time zone, saat sedang melihat ke kanan dan ke kiri Ira melihat seseorang yang sangat mirip dengan Navi sedang berjalan dengan seorang wanita, tadi nya Ira merasa bukan Navi, karena baru saja Navi bilang dia sedang di rumah dan ingin beristirahat, tetapi setelah di lihat dengan teliti lagi ternyata benar dia adalah Navi, Ira pun mengikuti mereka agar lebih memastikan lagi, teman Ira pun terhera melihat tingkah Ira yag tiba-tiba berjalan tanpa tujuan.“Ira, kau lagi ngapain sih?” tanya Rani.Ira tidak meresponnya dan terus melangkah kan kaki mengikuti satu titik mata melihat.“Kamu mau kemana sih Ra?” tanya R
Kakak Ira mengajak Ira main ke rumah seniornya yang rumahnya lumayan jauh dari rumah mereka. Sesampainya di rumah senior, mereka pun di sambut dengan sorakan yang menggelegar di telinga Ira, karena sebelum ini dia tidak pernah memiliki teman yang seramai ini.“Jangan kaget ya Ra, di sini memang seperti ini,” kata Kakak Ira.“Tenang saja, aku akan membiasakan diri, tapi itu semua senior mu kak?” tanya Ira.“Iya, kenapa?”“Kenapa yang itu tampan sekali?” kata Ira.“Sini aku kenalin ke dia nanti,” jawab Kakak Ira,Ira mengangguk.“Sini sini duduk dulu Ris,” kata teman kakak Ira.Ira pun duduk di samping kakaknya dan juga senior itu.“Kamu bawa siapa ini Ris kok cantik sekali?” tanya senior.“Ini adek aku, kenalin dulu ini Ira, dan Ira ini Alex senior kakak,” jawab Kakak Ira.“Halo kakak semua aku Ira adik nya kak Risti,” kata Ira.“Halo juga, senang bisa melihat adik Risti, kenapa beda sekali denganmu ris?” tanya Alex.“Ya bedalah, ak di bawah matahari terus dia di dalam kamar mulu,” jaw
Ira mencoba tidak menanyakan tentang parfum lagi pada Navi, Ira mencoba berpura-pura percaya padanya, karena pada dasarnya Ira sudah tahu jika Navi sudah menghianatinya.“Ira kamu terlihat sedikit pucat apa kamu sakit?” tanya Navi.“Tidak, hanya sedikit lelah saja,” jawab Ira.“Kalau berama aku kamu selalu lelah Ra, tapi kamu tadi bersama teman-temanmu sepertinya biasa aja,” kata Navi.“Kau mulai lagi Nav,” desah Ira yang kesal dengan perkataan Navi.“Tapi aku pikir memang begitu, kamu selalu lelah denganku,” jawab Navi semakin menjadi.“Emang beda kalau, sama temanku aku di sayangi, sedangkan bersamamu aku di hianati!” gumam Ira dalam hati.“Enggak Nav,” jawab Ira santai.“Udahlah aku tidak mau ribut sama kamu hari ini, karena aku hari ini rindu,” kata Navi.“Siapa juga yang pengen ribut sama kamu Nav, memang aneh ya kamu.”Navi pun terdiam sekejap.“Ya sudahhh ayo kita pergi keluar!” ajak Navi pergi dari rumah Ira.“Aku rasa badan ku tidak ingin pergi Nav, aku sedikit merasa lelah.”
Navi yang berfikir gelisah pun ingin segega pulang ke rumah dan menemui Ira. Dia tidak tahu mengapa saat bersama Dea dia malah selalu memikirkan Ira pada hari itu.“Navi sayang, habis ini kita mau kemana? Apa kamu mau pergi ke taman hiburan?” tanya Dea.Navi tidak merespon Dea, dia terus menatap teleponnya.“Sayang!” teriak Dea.Navi pun menoleh kearah suara yang memanggilnya itu.“Kenapa kamu berteriak aku kan jadi terkejut,” kata Navi merespon teriakan Dea.“Kamu berteriak balik denganku?” tanya Dea.“Maaf aku hanya terkejut saja,” jawab Navi.“Kenapa kamu hari ini tidak fokus kepadaku? Kenapa kamu selalu melihat layar HP dan juga melamun, aku kan sudah pernah bilang sama kamu, jika kita sedang pergi kamu jangan pernah mengabaikan aku, tapi hari ini dan baru kali ini kamu mengabaikan aku,” kata Dea.“Aku mengabaikan kamu? Kapan?” tanya Navi.“Kamu tidak menyadarinya? Apa yang ada di pikiran kamu sekarang?” tanya Dea.“Sudahlah kenapa kalian malah bertengkar?” tanya Nungki teman Dea.
Setelah pembicaraan mereka selesai, mereka memutuskan untuk pergi ke warung batagor yang selama ini menjadi langganan Ira.“Apa kalian keburu?” tanya Ira.“Tidak, kenapa Ra?” tanya Rani.“Kalau begitu aku ingin menlaktir kalian ke tempat batagor yang selalu aku datangi, apa kalian setuju?” tanya Ira.“Sepertinya aku yang harus menlaktir kalian deh,” sahut Mahli setelah melihat layar ponselnya.“Kenapa?” tanya Ira.“Apa ada kabar baik?” tanya Furkam.“Ya, aku sudah keterima di sekolahan yang aku inginkan, jadi ayo kita berangkat ke warung batagor,” kata Mahli.“Kamu lewat online?” tanya Ira.“Ya, karena aku mungkin tidak suka berdesak-desakan,” jawab Mahli.“Ya itulah kamu,” kata Ira.Mahli pun tersenyum dan mereka pun berangkat ke warung batagor dengan berbonceng-boncengan. Tak lupa Ira me
Sesampainya di rumah Navi pun segera mengirim pesan kepada Ira.[Ira, apa kau sudah tidur? Aku sudah sampai di rumah] kata Navi.[Aku belum tidur, tetapi aku sudah mau tidur] balas Ira.[Kalau begitu kamu tidurlah, mimpi yang indah ya] kata Navi.[Baiklah, kalau begitu kamu juga mimpi indah ya] balas Ira.Mereka berdua menghentikan percakapan mereka dan tidur hinga pagi datang. Ira pun bangun sebelum matahari terbit, dia bebersih ruang tamu dan selesai bebersh dia mandi dan makan pagi, setelah itu dia pun menyalakan musik agar kamarnya tidak merasa sepi.Dentingan pesan di HP Ira pun terdengar dengan nyaring bersamaan dengan alunan music yang Ira dengarkan.[Ira aku nanti jadi ke rumah kamu ya?] kata Rani.[Boleh, memang mau ngapain Ran?] balas Ira.[Mau main saja, kamu sudah sembuh bukan?] tanya Rani.[Sudah kok, kamu ke sini sama siapa?] tanya Ira.[Nanti kamu akan tahu jika aku sudah sampai] jawab Rani.
“Minumlah,” kata Ira.Navi pun mengangguk dan meminum air di depannya, juga makan camilan yang ada di depannya.“Besok temanmu datang?” tanya Navi.“Sepertinya iya,” jawab Ira.“Siapa?” tanya Navi.“Rani,” jawab Ira.“Hanya Rani saja?” tanya Navi.“Mungkin Iya, karena yang menghubungiku hanya Rani saja yang mau ke sini,” jawab Ira.“Oke lah, aku besok tidak bisa ke sini, aku harus pergi daftar sekolah sama teman-temanku,” kata Navi.Ira pun senyum sinis.“Baik, aku baru tahu liburan kelulusan sudah mau mendaftar sekolah,” jawab Ira.“Iya, karena aku mau masuk dengan tes Ra, jadi harus lebih awal,” kata Navi.“Ahhh iya aku lupa jika kamu kan anak pintar yang apa-apa harus nomor satu, tapi ingatlah dari sebuah hubungan kamu tidak akan selalu menjadi nomor satu jika kamu melakuka
“Memangnya aku bohong apa Ira?” tanya Navi.“Entah, hanya kamu yang tahu,” jawab Ira.“Jangan membuatku penasaran,” kata Navi.“Yang penting aku sudah tahu semuanya, aku akan menunggumu mengatakannya,” kata ra lirih.“Tahu apa memangnya?” tanya Navi.“Bukan apa-apa,” jawab Ira.“Apa aku boleh ke sana?” tanya Navi.“Untuk apa?” tanya Ira.“Aku merindukan kamu saja, aku ingin tahu keadaan kamu,” jawab Navi.“Aku baik-baik saja,” jawab Ira.“Apa aku tidak boleh ke sana? Apa aku tidak boleh menjenguk pacarku?” tanya Navi.“Boleh saja, tapi aku mungkin sedang tidak mood saja, jadi jka kamu ke sini aku tidak melayani dengan bak jangan salahkan aku ya,” kata Ira.“Baiklah aku akan ke sana nanti malam,” jawab Navi.“Emmm,” kata Ira.
Tidan pun kembali ke kamar Ira dan mendapati Ira sedang menatap HP dengan wajah sedih. Pelan-pelan Tidan pun mendekati Ira.“Jika kamu tidak tenang, lebih baik kamu hubungi dia saja,” kata Tidan.“Apa boleh?” tanya Ira.“Ikuti kata hatimu, aku yakin kamu ini orang yang tidak tegaan dengan orang lain,” kata Tidan.“Tapi kenapa dia tega?” tanya Ira.“Semua itu tergantung pada si laki-lakinya, jika dia menyayangimu dia tidak akan tega denganmu, mungkin Navi hanya sekedar gegabah?” kata Tidan.Ira pun diam saja dan menghela nafas panjang.“Ahhh sudahlah, kita makan dulu yuk! Aku sangat lapar, setelah ini kau hubungi Navi,” kata Tidan menarik tangan Ira.“Aku tidak lapar,” jawab Ira.“Kalau begitu temani aku makan, tidak mungkin aku makan sendirian bukan?” tanya Tidan.“Baiklah ayo,” kata Ira.Mereka pun k