"Aslan," ucap Hafsa dengan lirih.Gadis itu terkejut hampir tak percaya, doa nya di kabulkan Tuhan, Aslan datang dan membatalkan pernikahannya dengan lelaki yang ia anggap lebih pantas jadi ayahnya. Jantung Hafsa berdebar kencang saat Aslan berjalan mendekat padanya, semua mata memandang kearah pria berwajah tampan tersebut, pria itu ternyata tidak datang sendiri ada beberapa orang lelaki yang ikut bersamanya."Siapa kamu, berani-beraninya mengatakan pernikahan ini tidak sah?" tanya Gerald."Aku Aslan Athalla Adhitama, calon suami Sasha," ucap Aslan seraya menarik Hafsa dalam pelukannya.Gerald melebarkan bola matanya mendengar pria itu menyebutkan namanya, ia tambah terkejut ketika melihat Lingga Adhitama ada di antara lelaki yang datang bersama Aslan.Nama keluarga Adhitama tidak asing di telinga para pebisnis, apalagi mereka tahu keluarga Adhitama memiliki hubungan keluarga dengan keluarga Alfarizi. Gerald memang belum pernah bertemu dengan Aslan, tetapi ia tahu bahwa pria itu adal
"Cukup, lebih baik kamu pergi dari sini sekarang. Tugasmu sebagai seorang ayah sudah selesai," ucap Hafsa."Sha, perusahaan Papa hampir bangkrut dan hanya keluarga suamimu yang bisa menyelamatkan. Sebagai seorang anak harusnya kamu bujuk keluarga suamimu untuk membantu Papa," ucap Antoni."Sebagai anak yang kamu telantarkan maksudmu? Kenapa aku harus membujuk keluarga suamiku untuk membantumu, tidak ingatkah kamu saat aku memohon bantuan untuk biaya rumah sakit ibu kau malah mengusirku, tidak ingatkah kamu saat ibu meminta bantuan untuk biaya rumah sakit adik kau mengusirnya hingga adikku meninggal saat itu!" ucap Hafsa dengan nada mulai meninggi.Wanita berparas cantik itu sangat kesal dengan kelakuan ayah kandungnya yang selama ini menelantarkannya, sekarang malah meminta bantuan keluarga lelaki yang baru saja sah menjadi suaminya. Hafsa malu pada Aslan dan keluarganya, ia takut keluarga lelaki yang baru saja sah menjadi suaminya itu menganggap Hafsa hanya memanfaatkan Aslan."Aslan
"Aku Aslan Athalla Adhitama, suamimu," jawab Aslan sambil tersenyum."Aku serius bertanya, jangan bercanda menjawabnya," ucap Hafsa.Aslan menghela nafas lalu menatap manik hitam sang istri, ia takut jika mengatakan siapa dirinya yang sebenarnya akan membuat Hafsa menjauh darinya."Aku akan berkata jujur, tapi janji kamu harus menjalankan semua amanat ibumu. Kita harus saling mencintai dan hidup bahagia," ucap Aslan.Hafsa menganggukan kepala, melihat Aslan yang tampan dan baik wanita manapun akan menyukainya. Begitupun dengan Hafsa, meskipun selama ini ia selalu berusaha tidak dekat dengan lelaki manapun. Namun, ia tidak bisa menghindar dari Aslan karena kebaikannya, hingga terucap ijab kabul tadi ada getaran yang sangat kuat di hati wanita tersebut, ia pun sadar jika ia telah jatuh cinta pada lelaki yang kini menjadi suaminya."Aku memang bukan buruh proyek, aku pewaris perusahaan Adhitama group," jawab Aslan.Hafsa terkejut mendengar jawaban Aslan, ia tidak menyangka lelaki yang se
"Sudahlah, Feli. Kamu itu cantik pasti banyak lelaki yang mau sama kamu, lupakan saja Aslan jika dia sudah menikah," ucap Lidya-Mama Feli."Tapi aku suka sama Aslan, Mah. Mamah kan tahu apapun yang aku suka harus aku dapatkan," ucap Feli."Kalau yang kamu suka itu barang Mama masih bisa memberikan, tapi perasaan orang tidak bisa di paksa. Mama juga gak mau kamu jadi pengemis cinta, lebih baik kamu cari lelaki lain," ucap Lidya.Feli tidak mau mendengar ucapan sang mama, ia kukuh dengan pendiriannya ingin memiliki Aslan tak peduli apapun yang harus dilakukan. Ia juga tidak peduli Aslan sudah memiliki istri, tetapi ia kesal karena tidak mendapat dukungan dari sang mama gadis itu pun menghentakkan kakinya meninggalkan sang Mama menuju kamar.Lidya sebagai mama hanya bisa menghela nafas berat saat melihat anaknya kecewa karena ia tidak mendukungnya, tetapi Lidya punya alasan untuk tidak mendukung keinginan anaknya kali ini. Di sisi lain, orang suruhan Aslan sudah datang membawakan baju g
"Sha, ikhlaskan ibu. Dia sudah tenang dan tidak merasakan sakit lagi," ucap Aslan.Tangis Hafsa pecah dalam pelukan Aslan, satu-satunya orang yang paling ia cintai di dunia yang selalu ada di sisinya selama ini telah pergi. Meskipun saat dokter sudah memberitahu akan kondisi sang ibu sebelumya, tetapi saat hal itu tiba Hafsa seakan belum bisa percaya."Andai aku tahu penyakit ibu sebelum parah, mungkin ibu tidak akan meninggalkan aku secepat ini. Hanya ibu yang aku punya," ucap Hafsa di sela isak tangisnya.Aslan hanya bisa memeluk dan mengelus punggung sang istri, lelaki berwajah tampan itu membiarkan istrinya menangis dan meluapkan isi hati sampai ia merasa lega.Keluarga Aslan kembali ke rumah sakit ketika di beri tahu jika ibu dari istrinya meninggal. Mereka membantu proses pemandian jenazah hingga proses pemakaman esok harinya, keluarga Antoni pun ikut hadir dalam pemakaman tersebut."Sha, iklhas ibumu ya. Sekarang yang ia butuhkan hanya doa darimu," ucap Saida.Hafsa mengangguk
"Bu Neti, tunggu. Ibu salah paham," ucap Hafsa."Salah paham bagaimana, jelas-jelas saya melihat kamu dan lelaki itu sedang ciuman," ucap Bu Neti tetangga Hafsa.Wanita paruh baya yang merupakan tetangga Hafsa itu tadinya ingin memberi makanan pada Hafsa, tetapi ia tidak menemukan Hafsa hingga akhirnya mencari ke dalam kamar. Betapa terkejutnya wanita paruh baya itu saat membuka pintu kamar yang tidak dikunci malah melihat sepasang kekasih yang sedang bercumbu di atas tempat tidur."Iya kami memang sedang ciuman, tetapi hal itu tidak apa-apa kan kalau dilakukan oleh suami istri," ucap Hafsa."Suami istri?" tanya Bu Neti."Iya, Bu. Lelaki ini adalah suami saya namanya Aslan, jadi Ibu tidak perlu melaporkan ini kepada Pak RT," ucap Hafsa."Jangan ngarang kamu, Hafsa. Ibu itu tahu kamu dari kecil, sejak kamu pindah ke rumah ini bersama ibu kamu. Ibu tidak pernah melihat kamu dekat dengan lelaki manapun, masa tiba-tiba kamu bilang sudah menikah dengan dia, kapan kamu nikah?!"Hafsa terseny
"Temen ibu sama anaknya yang waktu itu pernah kesini," ucap asisten rumah tangga.Saida mengerutkan keningnya lalu berjalan ke depan rumah untuk melihat siapa yang datang, ternyata itu adalah Feli dan Mamanya. Saida tidak langsung menyuruh mereka masuk karena takut Feli membuat kegaduhan saat melihat Aslan dan istrinya."Jeng Lidya, Feli, kok datang ke sini nggak bilang-bilang dulu?" tanya Saida basa-basi."Iya, maaf ya dadakan. Tadi ada acara di luar terus pas mau pulang Feli ngajak mampir ke sini dulu," ucap Lidya."Oh gitu," ucap Saida."Kami gak di suruh masuk ni, Tante?" tanya Feli.Saida tersenyum dan terpaksa menyuruh mereka masuk karena tidak enak untuk mengusir, saat melihat ruang tamu kosong dan Hafsa sudah tidak lagi duduk di sofa itu Saida pun menghela nafas lega."Silakan duduk, aku minta bibi siapkan minuman dulu," ucap Saida.Feli dan Lidya mengangguk dan duduk di sofa, sementara Saida meminta asisten rumah tangga untuk membuatkan minum lalu berjalan menuju kamar Aslan.
"Emangnya bisa sekilat itu Mas mempersiapkan pesta pernikahan? Tetangga aku aja dulu mau nikah persiapannya kurang lebih 1 bulan," ucap Hafsa."Kalau ada uang apapun bisa dilancarkan, Sha. Hari ini aku bisa mengerahkan anak buahku untuk mempersiapkan semuanya. Masing-masing akan dapat tugas mengurus booking gedung, wedding organizer, catering, undangan, souvernir, dan semua yang berkaitan dengan pesta pernikahan," ucap Aslan.Hafsa hanya bisa menganggukan kepala, memang uang bisa memperlancar segalanya. Kehidupan Aslan benar-benar berbanding terbalik dengan ia yang selama ini hidup pas-pasan dan selalu sabar menunggu jika menginginkan sesuatu."Jadi, kamu ingin pesta pernikahan dengan konsep seperti apa, Sha?" tanya Aslan."Aku bingung, karena selama ini tidak pernah menginginkan pernikahan seperti apapun. Aku tidak ingin menikah setelah melihat kegagalan pernikahan kedua orang tuaku dan bagaimana keluarga ayahku memperlakukan ibuku," ucap Hafsa.Saida menghela nafas mendengar ucapan