"Temen ibu sama anaknya yang waktu itu pernah kesini," ucap asisten rumah tangga.Saida mengerutkan keningnya lalu berjalan ke depan rumah untuk melihat siapa yang datang, ternyata itu adalah Feli dan Mamanya. Saida tidak langsung menyuruh mereka masuk karena takut Feli membuat kegaduhan saat melihat Aslan dan istrinya."Jeng Lidya, Feli, kok datang ke sini nggak bilang-bilang dulu?" tanya Saida basa-basi."Iya, maaf ya dadakan. Tadi ada acara di luar terus pas mau pulang Feli ngajak mampir ke sini dulu," ucap Lidya."Oh gitu," ucap Saida."Kami gak di suruh masuk ni, Tante?" tanya Feli.Saida tersenyum dan terpaksa menyuruh mereka masuk karena tidak enak untuk mengusir, saat melihat ruang tamu kosong dan Hafsa sudah tidak lagi duduk di sofa itu Saida pun menghela nafas lega."Silakan duduk, aku minta bibi siapkan minuman dulu," ucap Saida.Feli dan Lidya mengangguk dan duduk di sofa, sementara Saida meminta asisten rumah tangga untuk membuatkan minum lalu berjalan menuju kamar Aslan.
"Emangnya bisa sekilat itu Mas mempersiapkan pesta pernikahan? Tetangga aku aja dulu mau nikah persiapannya kurang lebih 1 bulan," ucap Hafsa."Kalau ada uang apapun bisa dilancarkan, Sha. Hari ini aku bisa mengerahkan anak buahku untuk mempersiapkan semuanya. Masing-masing akan dapat tugas mengurus booking gedung, wedding organizer, catering, undangan, souvernir, dan semua yang berkaitan dengan pesta pernikahan," ucap Aslan.Hafsa hanya bisa menganggukan kepala, memang uang bisa memperlancar segalanya. Kehidupan Aslan benar-benar berbanding terbalik dengan ia yang selama ini hidup pas-pasan dan selalu sabar menunggu jika menginginkan sesuatu."Jadi, kamu ingin pesta pernikahan dengan konsep seperti apa, Sha?" tanya Aslan."Aku bingung, karena selama ini tidak pernah menginginkan pernikahan seperti apapun. Aku tidak ingin menikah setelah melihat kegagalan pernikahan kedua orang tuaku dan bagaimana keluarga ayahku memperlakukan ibuku," ucap Hafsa.Saida menghela nafas mendengar ucapan
"Amel," ucap Hafsa mengenali pegawai toko furniture itu."Ngapain kamu di sini, Sha?" tanya wanita bernama Amelia itu."Aku–""Pasti kamu mau kerja di rumah ini ya? Jadi apa, tukang bersih-bersih?" tanya wanita itu sambil mengejek menyela ucapan Hafsa.Aslan yang mendengar hal itu menatap wanita tersebut dengan tatapan tidak suka, lalu ia menarik tubuh Hafsa hingga menempel padanya."Sasha adalah istriku, Nyonya di rumah ini. Kamu datang kesini untuk menawarkan barang, bukan untuk bertanya tidak sopan pada istriku!" ucap Aslan.Wanita itu terkejut mendengar ucapan pria tampan di hadapannya, ia menelan saliva nya saat melihat Hafsa di rangkul dengan mesra dan mendapat pembelaan dari lelaki tersebut."Maaf, Tuan. Saya tidak tahu, silakan Tuan dan Nyonya pilih barang yang ingin di beli," ucap Amel menyodorkan katalog pada Aslan.Aslan menerimanya dan langsung melihat isinya bersama Hafsa, ia menyerahkan semua keputusan di tangan sang istri. Barang seperti apa yang akan di beli untuk meng
"Dia kembali berdiri." Aslan menunjuk benda pusakanya yang kembali menegang. Hafsa membelalakkan matanya dan langsung menutup wajah saat melihat benda yang ditunjuk oleh sang suami, baru pertama kali wanita itu melihat milik lelaki seperti itu. Rupanya jamu yang diberikan oleh mamanya kembali bereaksi dan Aslan pun meminta sang istri untuk kembali melayaninya."Sepertinya dia minta nambah, Sha," ucap Aslan."Nambah apa, Mas?" tanya Hafsa."Nambah yang seperti tadi di kamar itu, surga dunia masa nggak ngerti sih!" Hafsah melebarkan bola matanya mendengar ucapan sang suami, belum hilang rasa perih bagian intinya, tetapi harus melakukan hal itu lagi. Namun, lagi-lagi Hafsa tidak berani menolak permintaan sang suami, Mereka pun melakukan penyatuan kembali dan mengulang adegan tersebut. Hafsa benar-benar di buat kelelahan oleh stamina Aslan dan Aslan menyesal meminum jamu yang di berikan sang mama padanya."Mas, apakah kamu kuat yang di berikan mama padamu?" tanya Hafsa."Sepertinya iy
"Ada apa, Sha?" tanya Aslan."Aku mau coba gaun yang itu, tapi kebetulan dia juga mau. Cuma gara-gara itu dia menghina aku perempuan kampungan yang gak cocok pake gaun itu," ucap Hafsa.Mendengar ucapan sang istri Aslan pun menatap wanita di hadapannya dengan tajam seperti seekor singa yang siap memangsa. Sementara wanita di hadapan Aslan yang ternyata Feli begitu terkejut mengetahui wanita yang berebut gaun dengannya adalah istri Aslan."Sudah, Sha. Lebih baik kamu pilih gaun lain yang lebih cocok untukmu, yuk ikut mama," ucap Saida menarik sang menantu menjauh dari Feli.Wanita paruh baya itu tak ingin ada keributan di butik milik temannya itu, sehingga ia pun memilih menenangkan anak dan menantunya agar tidak berdebat dengan Feli. Aslan mengikuti langkah mama dan istrinya hingga akhirnya mama nya menunjuk sebuah gaun berwarna putih tulang dengan model ball gown, payet-payet halus memenuhi gaun terlihat seperti taburan bintang dan bagian dada gaun terdapat tambahan kain berbentuk ku
"Ada apa ini?" tanya Lingga pada security."Tuan Lingga, security ini kurang ajar. Dia tidak mengizinkan anak saya masuk!" ucap seorang pria paruh baya yang bernama Fandy.Saida melihat Feli yang sudah berdandan cantik memakai gaun yang pernah di perebutkan dengan Hafsa beberapa hari lalu, gadis itu datang bersama ayah dan ibunya. Namun, di larang masuk oleh security dan hal itu membuat mereka kesal hingga terjadi keributan."Tuan Aslan yang memerintahkan saya, dia bilang jika ada wanita bernama Feli maka di larang masuk ke acara pesta," ucap Security.Aslan bahkan memberikan foto Feli kepada security agar tak salah mengenali orang, mendengar hal itu dari security Feli dan keluarganya sangat kesal. Mereka tidak menyangka jika Aslan melakukan hal itu padanya, sementara Saida hanya tersenyum tipis, ia merasa apa yang di lakukan Aslan sudah benar. "Jika Aslan yang memerintahkan seperti itu maka saya tidak bisa berbuat apa-apa," ucap Lingga."Tapi Tuan, Anda papa nya bukankah Anda bisa m
"Aku gak mau pakai baju ini, Mas. Emangnya gak ada baju lain ya?" tanya Hafsa."Emangnya kenapa?" tanya Aslan.Hafsa menggelengkan kepalanya dan meletakan paperbag itu diatas nakas, Aslan lalu melihat isi paperbag itu dan mengeluarkan baju tersebut.Aslan tersenyum setelah tahu baju apa yang di persiapkan sang mama untuk menantu nya, ia tetap meminta Hafsa memakai baju tersebut."Pakai, Sha. Kamu pasti akan terlihat sangat seksi dengan lingerie ini," ucap Aslan."Tapi aku malu, Mas.""Kenapa harus malu, aku bahkan sudah melihat seluruh tubuhmu tanpa penutup," ucap Aslan."Mas, ih!" Hafsa merasa malu saat Aslan membahas itu, wajahnya merona dan ia menarik paperbag tersebut lalu di bawa kedalam kamar mandi. Mau tak mau ia harus memakai baju itu karena tidak ada baju lainnya, tidak mungkin ia tidur dengan menggunakan gaun pengantin.Aslan menghela nafas saat melihat sang istri telah memasuki kamar mandi, ia merebahkan tubuhnya diatas kasur dengan mata menatap kosong langit-langit kamar
"Papamu di culik Tuan Aditya. Mereka bilang akan membebaskan bapakmu jika kamu yang datang kepada Tuan Aditya," ucap istri Antoni melalui sambungan telepon.Hafsa menghela nafas, Aditya adalah lelaki paruh baya yang hampir saja menikahinya. Untungnya Aslan datang tepat waktu sehingga pernikahan itu tidak pernah terjadi, mendengar juga Anthony kini diculik oleh orang-orang suruhan lelaki itu Hafsa pun tidak ingin peduli."Sha tolong, walau bagaimanapun dia adalah papamu. Bebaskanlah dia dari Tuan Aditya."Hafsa menghela nafas dan mematikan sambungan telepon itu, ia tak ingin mendengar lagi istri dari ayahnya merengek kepadanya. Sementara Aslan mengerutkan keningnya dan menatap Hafsa."Kenapa dimatikan?" tanya Aslan."Aku tak ingin mendengar dia merengek lagi, kalau aku datang ke Tuan Aditya untuk membebaskan. Apa kamu bisa membayangkan situasi di sana, Mas?" tanya Hafsa.Aslan menganggukkan kepala, bukan hal yang baru bagi Aslan dengan penculikannya seperti itu. Aslan pun berpikir jika