"Kenapa Hafsa begitu beruntung mendapatkan lelaki seperti Aslan? Dia tidak pantas untuk mendapatkan Aslan," ucap Agni.Mirna memandang wajah sang anak, ia tahu jika putrinya itu sedang iri kepada kakaknya. Meskipun Hafsa bukan anak yang terlahir dari rahim Mirna, tetapi Hafsa adalah anak pertama Antony jadi di sebut sebagai saudara satu ayah dengan Agni dan Alex."Sekarang yang Mama pikirkan bagaimana cara membebaskan Papamu dulu, dia satu-satunya tulang punggung keluarga," ucap Mirna."Hafsa harusnya mau menemui tuan Aditya. Jika dia menyerahkan diri pada Tuan Aditya kan papa pasti bebas, Aslan juga sendiri," ucap Agni."Lalu apa yang kau lakukan jika Aslan sendiri, Kak?" tanya Alex dengan mengangkat sebelah alisnya."Ya mungkin aku akan berusaha mendekatinya, aku lebih cantik dari Hafsa," ucap Agni dengan begitu percaya diri."Mama sudah bilang, pikirkan cara membebaskan papa mu dulu. Baru pikirkan hal yang lain," ucap Mirna.Agni menghela nafas, mereka bertiga pun mencoba memikirka
"Mau ke mana kamu, Agni? Gak biasanya pagi-pagi sudah berpakaian rapi seperti itu," ucap Mirna saat mereka sedang sarapan pagi. "Aku mau melamar kerja," jawab Agni singkat."Mau melamar kerja di mana kamu? Kuliah saja belum selesai," ucap Antony."Lagian ada angin apa sih, Kak. Kuliah aja males ini sok-sokan mau kerja," ucap Alex.Agni tidak menanggapi ucapan papa, mamah, dan adiknya. Ia mengambil 2 potong roti lalu dioleskan dengan selai coklat, setelah menghabiskan roti tersebut Ia pun meminum susu yang sudah tersedia di atas meja makan. Tanpa banyak bicara ia langsung keluar dari rumah dan mengendarai mobilnya, hal itu membuat Antony Mirna, dan Alex merasa keheranan."Mirna, kamu awasi Agni jangan sampai dia berbuat macam-macam di luar sana!" ucap Antony seraya membenarkan jasnya. "Iya, Mas. Aku yakin Agni enggak kan macam-macam, selama ini dia juga tidak pernah berulah kan!" ucap Mirna."Aku khawatir dengan ucapannya tadi malam, aku takut dia mencari masalah dengan Aslan dan Ha
"Aku hanya menambahkan sedikit rasa cinta ke dalam kopi itu, Tuan Aslan."Agni berbalik badan dan berjalan dengan gaya sensual kearah Aslan, lelaki tampan itu menatap adik iparnya dengan tajam. Ia sudah tahu niat buruk wanita tersebut, sebelum Agni berjalan lebih jauh Aslan berjalan kearah Agni meski dengan kepala yang terasa berdenyut.Agni tersenyum, ia mengira Aslan akan termakan oleh jebakannya. Saat Aslan berada tepat di hadapannya ia langsung mengalungkan tangan di leher Aslan, hal itu tentu membuat Aslan merasa sangat jengah. Lelaki berwajah tampan itu menarik tangan Agni dengan kasar dan menyeretnya keluar ruangan. Namun, Agni sedikit memberontak karena tidak mau keluar dari ruangan tersebut."Tuan Aslan kau butuh bantuanku untuk menghilangkan efek kopi itu, jadi kau tidak bisa mengusirku keluar!" ucap Agni masih dengan suara menggoda nya."Pergi kau, aku tidak butuh jalang sepertimu! Kau pikir aku lelaki bodoh yang bisa kau jebak!" ucap Aslan dengan suara baritonnya.Kepalany
Keesokan harinya Antoni begitu terkejut ketika sekretarisnya memberitahu, jika perusahaan yang dipegang Aslan menarik sebagian investasinya. "Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Kenapa tiba-tiba dia menarik investasi tersebut?" tanya Antony terkejut."Tuan Aslan bilang jika ingin tahu alasannya, Bapak harus menemuinya di perusahaannya," ucap sekretaris Anthony. Tanpa menunda-nunda lagi Anthony dan sekretarisnya pun bergegas ke perusahaan milik Aslan, sesampainya di sana mereka pun langsung mengatakan kepada resepsionis bahwa mereka ingin bertemu dengan Aslan. Namun, Aslan sedang ada rapat penting dengan direksi perusahaan hingga membuat mereka harus menunggu cukup lama di perusahaan tersebut. Setelah rapat direksi selesai, Aslan kembali ke ruangannya. Sekretarisnya pun memberitahu jika ada Anthony dan sekretarisnya yang datang untuk bertemu dengan Aslan. Pria berwajah Tampan itu mengizinkan Antoni dan sekretarisnya bertemu dan masuk ruangannya."Aslan, maaf jika kedatangan kami men
"Mah, Mamah, Bangun!" ucap Antony terkejut melihat sang istri yang tiba-tiba pingsan.Ia mengangkat tubuh sang istri keatas tempat tidur Agni dan meminta Agni menelpon dokter, selama menunggu dokter datang Antony mencoba membangunkan sang istri dengan minyak angin."Ini semua gara-gara kamu, Agni. Kalau sampai terjadi apa-apa pada mamamu, kau harus tanggung jawab!" ucap Antony."Kok aku sih?!""Ya, karena kamu penyebab semua masalah!" ucap Antony.Tak lama kemudian dokter datang dan Mirna pun bangun dan di beri obat, wanita paruh baya itu masih merasa pusing dan memegangi kepalanya."Tekanan darah Bu Mirna cukup tinggi ya, itu sebabnya sampai pingsan. Ini saya beri obat penurun darah, di minum setiap hari ya, Bu." "Selama ini tekanan darah istri saya selalu normal, Dok. Kenapa bisa tiba-tiba tinggi?" tanya Antoni."Bisa jadi dari pengaruh makanan. Mungkin Bu Mirna belakangan ini sering makan makanan yang mengandung garam tinggi, bisa jadi juga karena sedang memikirkan hal yang berat,
Aslan dan Hafsa berjalan keluar, mereka ingin memastikan siapa yang datang dan ingin bertemu dengan Hafsa. Setelah sampai di ruang tamu, Hafsa hanya bisa menghela nafas kasar setelah melihat wanita paruh baya duduk di sofa."Ada urusan apa Anda ingin bertemu saya?" tanya Hafsa tanpa basa-basi setelah duduk di hadapan Mirna."Sha, mama hanya ingin melihat keadaanmu saja," ucap Mirna."Hah ... Sejak kapan kamu peduli pada keadaanku?" ucap Hafsa terkejut di iringi senyuman tak percaya.Aslan hanya diam di samping sang istri tak berkata apapun, tetapi dalam hati dan pikirannya ia sudah bisa menebak apa yang membawa wanita itu datang ke rumahnya."Tidak perlu berbohong sebab aku sudah tahu sifatmu, jadi katakan saja apa yang kamu mau sampai mendatangiku di sini?" tanya Hafsa."Ehm ... Sebelumnya mama minta maaf pada kamu dan suami kamu. Mama mohon pada Aslan, tolong jangan cabut investasi pada perusahaan kami dan tolong lupakan apa yang sudah Agni perbuat. Walau bagaimanapun dia tetap adik
"Assalamualaikum, acaranya belum di mulai kan? Maaf ya aku telat datang.""Waalaikumsalam, belum kok masih nunggu ustadzah datang," ucap Hafsa."Lagian kamu kemana dulu?" tanya Aslan."Ada urusan di luar sebentar, Kak." Ternyata yang datang tergesa-gesa itu adalah Aisy, sebelum ke rumah kakaknya yang baru gadis itu ke toko bunga milik mama temannya untuk memesan karangan bunga.Karangan bunga yang cantik dan besar dari Aisy pun menghiasi depan rumah Aslan dan Hafsa. Tak lama kemudian ustadzah datang bersama beberapa anak yatim dan piatu."Berapa banyak undang anak yatim piatu?" tanya Saida."Aku undang seratus orang, tapi yang datang kayanya gak sampai seratus," jawab Hafsa seraya memperhatikan rombongan anak yatim piatu yang di bawa ustadzah."Nanti kalau bingkisannya sisa banyak kita bagikan di jalan aja, banyak gelandang yang juga membutuhkan," ucap Aslan.Hafsa dan Saida menganggukan kepala, pengajian pun di mulai. Ustadzah mulai membaca kan doa-doa, agar rumah yang di tempati As
"Hei, Kenapa kamu bisa bicara seperti itu? Aku tidak melihat bayangan siapapun pada dirimu," ucap Aslan."Maaf, tapi aku takut kamu menikahi aku bukan karena jatuh cinta padaku melainkan melihat bayangan orang lain dalam diriku," ucap Hafsa.Aslan menghela nafas, lalu membawa Hafsah ke balkon kamar dan memeluknya dari belakang. Mereka berdiri dan menatap halaman rumah yang menampakan keindahan matahari di waktu senja. "Jangan pernah berpikir seperti itu, Kanaya dan kamu memang sama-sama wanita malang. Kanaya malang dan lemah, sementara kamu begitu tegar dan kuat menghadapi kemalangan hidup. Aku jatuh cinta pada sikapmu yang tegar bukan karena melihat bayangan siapapun dalam dirimu, aku murni jatuh cinta padamu, Hafsa.""Aku takut semua ini hanya cinta semu, Mas. Sebab namamu mulai mengisi hatiku, aku takut saat hatiku sudah sepenuhnya milikmu aku kecewa karena ternyata hatimu bukan milikku," ucap Hafsa."Apa yang harus aku lakukan agar membuatmu percaya jika hatiku sepenuhnya milikmu