"Aku hanya menambahkan sedikit rasa cinta ke dalam kopi itu, Tuan Aslan."Agni berbalik badan dan berjalan dengan gaya sensual kearah Aslan, lelaki tampan itu menatap adik iparnya dengan tajam. Ia sudah tahu niat buruk wanita tersebut, sebelum Agni berjalan lebih jauh Aslan berjalan kearah Agni meski dengan kepala yang terasa berdenyut.Agni tersenyum, ia mengira Aslan akan termakan oleh jebakannya. Saat Aslan berada tepat di hadapannya ia langsung mengalungkan tangan di leher Aslan, hal itu tentu membuat Aslan merasa sangat jengah. Lelaki berwajah tampan itu menarik tangan Agni dengan kasar dan menyeretnya keluar ruangan. Namun, Agni sedikit memberontak karena tidak mau keluar dari ruangan tersebut."Tuan Aslan kau butuh bantuanku untuk menghilangkan efek kopi itu, jadi kau tidak bisa mengusirku keluar!" ucap Agni masih dengan suara menggoda nya."Pergi kau, aku tidak butuh jalang sepertimu! Kau pikir aku lelaki bodoh yang bisa kau jebak!" ucap Aslan dengan suara baritonnya.Kepalany
Keesokan harinya Antoni begitu terkejut ketika sekretarisnya memberitahu, jika perusahaan yang dipegang Aslan menarik sebagian investasinya. "Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Kenapa tiba-tiba dia menarik investasi tersebut?" tanya Antony terkejut."Tuan Aslan bilang jika ingin tahu alasannya, Bapak harus menemuinya di perusahaannya," ucap sekretaris Anthony. Tanpa menunda-nunda lagi Anthony dan sekretarisnya pun bergegas ke perusahaan milik Aslan, sesampainya di sana mereka pun langsung mengatakan kepada resepsionis bahwa mereka ingin bertemu dengan Aslan. Namun, Aslan sedang ada rapat penting dengan direksi perusahaan hingga membuat mereka harus menunggu cukup lama di perusahaan tersebut. Setelah rapat direksi selesai, Aslan kembali ke ruangannya. Sekretarisnya pun memberitahu jika ada Anthony dan sekretarisnya yang datang untuk bertemu dengan Aslan. Pria berwajah Tampan itu mengizinkan Antoni dan sekretarisnya bertemu dan masuk ruangannya."Aslan, maaf jika kedatangan kami men
"Mah, Mamah, Bangun!" ucap Antony terkejut melihat sang istri yang tiba-tiba pingsan.Ia mengangkat tubuh sang istri keatas tempat tidur Agni dan meminta Agni menelpon dokter, selama menunggu dokter datang Antony mencoba membangunkan sang istri dengan minyak angin."Ini semua gara-gara kamu, Agni. Kalau sampai terjadi apa-apa pada mamamu, kau harus tanggung jawab!" ucap Antony."Kok aku sih?!""Ya, karena kamu penyebab semua masalah!" ucap Antony.Tak lama kemudian dokter datang dan Mirna pun bangun dan di beri obat, wanita paruh baya itu masih merasa pusing dan memegangi kepalanya."Tekanan darah Bu Mirna cukup tinggi ya, itu sebabnya sampai pingsan. Ini saya beri obat penurun darah, di minum setiap hari ya, Bu." "Selama ini tekanan darah istri saya selalu normal, Dok. Kenapa bisa tiba-tiba tinggi?" tanya Antoni."Bisa jadi dari pengaruh makanan. Mungkin Bu Mirna belakangan ini sering makan makanan yang mengandung garam tinggi, bisa jadi juga karena sedang memikirkan hal yang berat,
Aslan dan Hafsa berjalan keluar, mereka ingin memastikan siapa yang datang dan ingin bertemu dengan Hafsa. Setelah sampai di ruang tamu, Hafsa hanya bisa menghela nafas kasar setelah melihat wanita paruh baya duduk di sofa."Ada urusan apa Anda ingin bertemu saya?" tanya Hafsa tanpa basa-basi setelah duduk di hadapan Mirna."Sha, mama hanya ingin melihat keadaanmu saja," ucap Mirna."Hah ... Sejak kapan kamu peduli pada keadaanku?" ucap Hafsa terkejut di iringi senyuman tak percaya.Aslan hanya diam di samping sang istri tak berkata apapun, tetapi dalam hati dan pikirannya ia sudah bisa menebak apa yang membawa wanita itu datang ke rumahnya."Tidak perlu berbohong sebab aku sudah tahu sifatmu, jadi katakan saja apa yang kamu mau sampai mendatangiku di sini?" tanya Hafsa."Ehm ... Sebelumnya mama minta maaf pada kamu dan suami kamu. Mama mohon pada Aslan, tolong jangan cabut investasi pada perusahaan kami dan tolong lupakan apa yang sudah Agni perbuat. Walau bagaimanapun dia tetap adik
"Assalamualaikum, acaranya belum di mulai kan? Maaf ya aku telat datang.""Waalaikumsalam, belum kok masih nunggu ustadzah datang," ucap Hafsa."Lagian kamu kemana dulu?" tanya Aslan."Ada urusan di luar sebentar, Kak." Ternyata yang datang tergesa-gesa itu adalah Aisy, sebelum ke rumah kakaknya yang baru gadis itu ke toko bunga milik mama temannya untuk memesan karangan bunga.Karangan bunga yang cantik dan besar dari Aisy pun menghiasi depan rumah Aslan dan Hafsa. Tak lama kemudian ustadzah datang bersama beberapa anak yatim dan piatu."Berapa banyak undang anak yatim piatu?" tanya Saida."Aku undang seratus orang, tapi yang datang kayanya gak sampai seratus," jawab Hafsa seraya memperhatikan rombongan anak yatim piatu yang di bawa ustadzah."Nanti kalau bingkisannya sisa banyak kita bagikan di jalan aja, banyak gelandang yang juga membutuhkan," ucap Aslan.Hafsa dan Saida menganggukan kepala, pengajian pun di mulai. Ustadzah mulai membaca kan doa-doa, agar rumah yang di tempati As
"Hei, Kenapa kamu bisa bicara seperti itu? Aku tidak melihat bayangan siapapun pada dirimu," ucap Aslan."Maaf, tapi aku takut kamu menikahi aku bukan karena jatuh cinta padaku melainkan melihat bayangan orang lain dalam diriku," ucap Hafsa.Aslan menghela nafas, lalu membawa Hafsah ke balkon kamar dan memeluknya dari belakang. Mereka berdiri dan menatap halaman rumah yang menampakan keindahan matahari di waktu senja. "Jangan pernah berpikir seperti itu, Kanaya dan kamu memang sama-sama wanita malang. Kanaya malang dan lemah, sementara kamu begitu tegar dan kuat menghadapi kemalangan hidup. Aku jatuh cinta pada sikapmu yang tegar bukan karena melihat bayangan siapapun dalam dirimu, aku murni jatuh cinta padamu, Hafsa.""Aku takut semua ini hanya cinta semu, Mas. Sebab namamu mulai mengisi hatiku, aku takut saat hatiku sudah sepenuhnya milikmu aku kecewa karena ternyata hatimu bukan milikku," ucap Hafsa."Apa yang harus aku lakukan agar membuatmu percaya jika hatiku sepenuhnya milikmu
"Kurang ajar, siapa yang berani mengirim ini?!" ucap Aslan emosi saat melihat isi di dalam bingkisan."Sudahlah, Mas. Cuma hal kaya gini gak usah di pikirin," ucap Hafsa hendak membuang barang tersebut.Dalam bingkisan tersebut ternyata berisi foto pernikahan Aslan dan Hafsa, tetapi sudah digunting-gunting. Ada juga foto Hafsa sedang sendiri dan diberi tanda merah seperti darah.Aslan merasa itu adalah ancaman untuk istrinya, tetapi Hafsa tidak terlalu memperdulikan ancaman tersebut. Teror seperti itu bukan pertama kali ia alami, dulu saat sekolah SMA pun ia pernah dibully dan diberi teror seperti itu."Kenapa kamu bisa sangat santai menghadapi hal seperti ini, jelas-jelas ini adalah ancaman untuk kamu, Sayang." "Aku sudah tidak takut dengan ancaman seperti ini, dulu juga waktu sekolah pernah mendapat ancaman seperti ini," ucap Hafsa sambil tersenyum."Benarkah? Lalu apa yang terjadi padamu?" tanya Aslan.Hafsa pun menceritakan kepada sang suami, dulu ia bersahabat dengan salah satu
Sama halnya dengan orang tua Agni. Orang tua Feli pun terkena imbas atas perbuatan anaknya, Aslan menarik sebagian investasi untuk perusahaan orang tua Feli. Tentu hal ini di lakukan setelah berdiskusi dengan ayahnya, Aslan tidak akan mengambil keputusan besar menyangkut perusahaan dengan sembarangan.Sementara ayah Feli kini sangat marah setelah mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh anaknya, dia menelepon Feli dan meminta Gadis itu untuk datang ke kantornya. Sesampainya Feli datang ke kantor sang ayah, ia langsung dimarahi habis-habisan oleh ayahnya tersebut."Dasar anak bodoh! Sudah kubilang jangan pernah berani mengganggu Tuan Aslan. Kau pernah diusir saat pesta pernikahannya, sekarang malah berolahraga kembali hingga membuat dia mencabut sebagian investasinya perusahaan kita!" ucap Fernando."Papa bicara apa sih? Aku nggak ngerti. Aku tidak merasa mengganggu Aslan, kenapa Papa tiba-tiba menyalahkan aku!?""Tidak mengganggu katamu? Lalu ini apa?!" ucap Fernando seraya memutar r