"Hah ... Mungkin pusing karena cape dan perjalanan jauh," ucap Hafsa."Iya juga, tapi kalau beneran Kakak hamil pasti seisi rumah senang," ucap Aisy."Doakan saja semoga aku segera hamil," ucap Hafsa."Aamiin," ucap Aisy.Sikap Aisy yang baik membuat Hafsa sangat senang, adik iparnya itu supel dan bisa menjadi teman baiknya. Hari-hari berlalu, Aslan bekerja seperti biasa. Hafsa mulai terbiasa hidup sebagai ibu rumah tangga di rumah barunya, terkadang ikut sang mertua ke acara pengajian. Namun, lebih sering berada di rumah sesuai keinginan Aslan.Pagi ini Aslan dan Hafsa sarapan seperti biasa sebelum Aslan berangkat kerja, Hafsa merasa mual saat sarapan dan akhirnya memuntahkan kembali apa yang telah ia makan."Kamu sakit, Sayang?" tanya Aslan seraya memijat tengkuk sang istri."Gak tahu, Mas. Mual banget," ucap Hafsa."Aku panggilkan dokter, ya!" ucap Aslan."Gak perlu, Mas. Kayanya aku cuma masuk angin, nanti minta di pijit aja dan di baluri minyak angin," ucap Hafsa."Beneran gak
Setelah melihat rekaman CCTV di rumah dan mencatat plat nomor motor orang yang membawa sang istri, Aslan pun langsung memerintahkan anak buahnya untuk mencari motor tersebut. Tak lama kemudian ponselnya berdering, panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Tanpa pikir panjang Aslan pun mengangkat panggilan telepon tersebut. "Hallo, siapa ini?" tanya Aslan saat mengangkat sambungan telepon. "Istrimu ada padaku, jika ingin selamat datanglah sendiri.""Siapa kamu? Dimana istriku sekarang?!" tanya Aslan dengan suara baritonnya."Kamu tidak perlu tahu siapa aku, siapkan uang 1 milyar dan kamu harus datang sendiri. Jika kamu membawa orang lain apalagi polisi maka nyawa istrimu taruhannya.""Jangan macam-macam dengan istriku. Cepat katakan kemana kau membawanya?!" tanya Aslan dengan emosi.Panggilan telepon itu di matikan, tak lama kemudian sharelok masuk ke ponselnya. Aslan tak mengenali suara orang itu, sepertinya suaranya di samarkan.Pria berwajah tampan itu menyiapkan uang yang dimint
"Orang yang menculik Nona Hafsa mengaku juga Ia mendapatkan tawaran dari dua orang wanita," ucap anak buah Aslan melalui sambungan telepon. "Siapa dua orang wanita itu? Dan apa mereka sudah berhasil kalian tangkap?" tanya Aslan."Mereka bernama Agni dan Feli, beberapa orang dari kami sedang mengajar mobil mereka yang terlihat dari rekaman CCTV kabur ke luar kota.""Tangkap mereka bagaimanapun caranya!" ucap Aslan."Baik, Tuan."Setelah mengatakan itu anak buah Aslan pun mematikan sambungan teleponnya, Aslan mengalah nafas dan menatap sang istri. Lelaki berwajah tampan itu tidak menyangka jika kedua wanita tersebut bisa berbuat nekat kepada istrinya hanya karena obsesi ingin memiliki dirinya.Saida dan Lingga yang ada di ruangan itu penasaran dengan apa yang baru saja bicarakan oleh Aslan dan anak buahnya, Aslan pun menceritakan apa yang tadi dia bicarakan dengan anak buahnya kepada kedua orang tua serta istrinya. Tentu saja kedua orang tua Aslan dan Hafsa begitu terkejut mendengar
Agni dan Feli saling menyalahkan, mereka berteriak saat polisi menangkap dan membawa mereka ke kantor polisi. Kedua wanita itu tidak mau dipenjara dan berusaha untuk memberontak saat dievakuasi. "Lepas, aku nggak salah tangkap aja dia yang punya ide dari semua ini," ucap Agni menuju ke arah Feli."Bukan aku, dia yang punya ide jahat bahkan ingin membunuh kakaknya sendiri," teriak Feli menunjuk Agni.Aslan mengepalkan tangannya mendengar hal itu, lelaki tampan tersebut semakin waspada dan tidak ingin kejadian serupa menimpa sang istri. Ia tidak ingin ada orang yang berniat jahat bahkan ingin membunuh istrinya, hidup Hafsa sudah cukup menderita selama ini Aslan ingin setelah menikah dengannya Hafsa bisa bahagia dan ia pun bahagia bersama wanita tersebut.Mereka tetap dibawa ke kantor polisi meskipun meronta dan berteriak-teriak sepanjang perjalanan, keesokan harinya Aslan dan bapaknya serta para direksi rapat di perusahaan. Mereka sepakat untuk mencabut sepenuhnya saham yang pernah di
"Aku tidak mau tahu kalian harus membayarnya dalam waktu satu bulan, jika kalian tidak bisa membayar hutang itu maka berikan adik kalian untuk aku nikahi!" ucap pria paruh baya itu sambil melirik Kanaya yang berdiri tak jauh darinya. Mendengar ucapan pria itu, tentu saja membuat Kanaya menggelengkan kepala sambil meneteskan air mata. Memangnya gadis mana yang mau dinikahi oleh pria yang sudah memiliki dua istri. Pernikahan itu juga hanya untuk menebus hutang. Usia Kanaya masih 20 tahun, bahkan kuliah pun belum selesai.Arya Abimana, sang ayah baru saja meninggal dua minggu yang lalu, belum hilang rasa sedihnya karena ditinggal oleh laki-laki yang paling Kanaya sayang. Kenyataan pahit kembali menghantam mentalnya. Diketahui bahwa sebelumya Arya meminjam uang dengan jumlah cukup besar pada rekan bisnisnya untuk berinvestasi, tetapi ternyata Arya di tipu dan uang itu di bawa kabur oleh orang hingga membuat Arya mengalami serangan jantung dan meninggal."Itu adalah catatan hutang Arya, k
"Jangan ... pergi kau lelaki hidung belang!" Kanaya berteriak ketika lelaki itu menekan tubuh nya di atas kasur lalu itu menatapnya seperti elang yang siap memangsa.Kanaya tahu saat ini dia terjebak dalam situasi yang sangat menakutkan, ia berusaha sekuat tenaga melawan lelaki yang ada di hadapannya, berusaha sekuat tenang untuk pergi dari kamar itu. Namun, tenaga Kanaya kalah kuat, lelaki itu terus menguasai Kanaya.Kanaya melebarkan bola matanya saat pria itu mencium bibirnya dengan paksa, melumatnya hingga Kanaya hampir kehabisan nafas bahkan kini tangan pria itu tak tinggal diam. Ia menelusuri lekuk tubuh Kanaya dan dengan lincah membuka baju Kanaya hingga polos tanpa sehelai benang pun."Tuan apa yang Anda lakukan? ini tindak asusila saya bisa melaporkan Anda!" ucap Kanaya dengan suara bergetar karena ketakutan."Diam dan bantu aku!" suara bariton pria itu semakin membuat Kanaya ketakutan bukan main.Pria itu dengan kasar menjamah tubuh Kanaya demi menuntaskan hasratnya, jerit t
Kanaya sadar dari pingsan saat Salman menunggu Samuel di lobi hotel. Kanaya melihat tubuhnya sudah menggunakan pakaian lengkap dan lelaki yang telah menodainya sudah tidak ada di kamar itu, dirinya merasa sangat hina."Kurang ajar! Siapa sebenarnya lelaki itu, kenapa dia memperlakukanku seperti pelacur? Setelah puas menodaiku dan menuntaskan hasratnya ia pergi begitu saja!" ucap Kanaya dengan isak tangis begitu pilu.Kanaya turun dari ranjang, meraih tas ranselnya, lalu perlahan berjalan menahan perih diarea inti miliknya akibat apa yang di lakukan lelaki itu padanya. Dengan langkah tertatih dan air mata yang terus mengalir di pipinya Kanaya keluar kamar dan keluar dari hotel tersebut karena tak ingin bertemu kembali dengan pria yang ia anggap benar-benar brengsek."Kenapa jadi seperti ini nasibku, Tuhan? apa yang harus aku lakukan sekarang, aku sudah kotor!" gumam Kanaya sambil menangis keluar dari hotel.Salman yang sedang duduk di sofa lobi hotel tak sadar jika wanita yang baru saj
"Kamu?!" ucap Salman terkejut saat melihat wajah Kanaya.Kanaya ikut terkejut dan memandang Salman, tetapi sedetik kemudian mualnya kembali datang. Kanaya melanjutkan berlari ke toilet dan memuntahkan isi perutnya. Beberapa wanita yang sedang berada di toilet menatap Kanaya dengan heran, bagaimana tidak heran melihat wanita yang memakai gaun pengantin sedang muntah di toilet hotel."Sepertinya hamil sebelum nikah tuh!" ucap wanita yang melihat Kanaya sambil berjalan keluar toilet.Salman mendengar hal itu dan menerobos masuk ke dalam toilet wanita, ia melihat Kanaya menunduk dan masih muntah. Ekor mata Salman menatap bekas luka di belakang telinga Kanaya yang cukup panjang hingga hampir ke leher, seketika ingatannya kembali pada malam itu."Benar, aku tak salah! Dia adalah perempuan malam itu!" ucap Salman.Setelah merasa puas menumpahkan isi perutnya hingga terasa kosong, Kanaya menatap cermin di hadapannya dan begitu terkejut melihat Salman yang tengah menatapnya."Apa yang Anda lak