"Kamu?!" ucap Salman terkejut saat melihat wajah Kanaya.
Kanaya ikut terkejut dan memandang Salman, tetapi sedetik kemudian mualnya kembali datang. Kanaya melanjutkan berlari ke toilet dan memuntahkan isi perutnya. Beberapa wanita yang sedang berada di toilet menatap Kanaya dengan heran, bagaimana tidak heran melihat wanita yang memakai gaun pengantin sedang muntah di toilet hotel."Sepertinya hamil sebelum nikah tuh!" ucap wanita yang melihat Kanaya sambil berjalan keluar toilet.Salman mendengar hal itu dan menerobos masuk ke dalam toilet wanita, ia melihat Kanaya menunduk dan masih muntah. Ekor mata Salman menatap bekas luka di belakang telinga Kanaya yang cukup panjang hingga hampir ke leher, seketika ingatannya kembali pada malam itu."Benar, aku tak salah! Dia adalah perempuan malam itu!" ucap Salman.Setelah merasa puas menumpahkan isi perutnya hingga terasa kosong, Kanaya menatap cermin di hadapannya dan begitu terkejut melihat Salman yang tengah menatapnya."Apa yang Anda lakukan di toilet wanita?!" tanya Kanaya.Belum sempat Salman menjawab pertanyaan Kanaya, Arta dan Arthur masuk ke dalam toilet hendak membawa Kanaya ke tempat akad karena sudah ditunggu oleh Bima dan penghulu."Cepat, kau sudah di tunggu penghulu!" ucap Arta seraya menarik tangan Kanaya."Tunggu!" ucap Salman membuat Arya menghentikan langkahnya."Ada apa, Tuan?" tanya Artur."Aku ingin bicara dengan wanita itu!" ucap Salman."Siapa Anda? ada keperluan apa dengan adik saya? dia sudah di tunggu oleh calon suami dan penghulu!" ucap Arta.Salman menatap Kanaya dari atas sampai bawah dan ia yakin jika Kanaya adalah wanita yang ia nodai malam itu, sementara Kanaya menatap Salman dan mulai mengenali lelaki itu."Apa kau sedang hamil?" tanya Salman.Arta dan Artur terkejut mendengar ucapan Salman, sementara Kanaya hanya menunduk dan meremas ujung baju kebaya yang sedang ia pakai. Melihat gerak-gerik Kanaya Salman yakin jika wanita itu sedang hamil."Kau wanita di hotel malam itu, Kan?" tanya Salman.Kanaya menatap Salman sekilas lalu kembali menunduk kemudian menganggukan kepalanya, Salman menghela nafas dan terus menatap Kanaya."Jawab jujur, apa kau hamil dan apa anak yang ada di dalam kandunganmu adalah anakku?" tanya Salman."Se-sepertinya aku hamil, aku telat datang bulan sudah hampir 2 Minggu dan jika aku hamil ini pasti anak Anda karena aku tak pernah berhubungan dengan siapapun sebelum dan sesudah kejadian malam itu!"Mendengar perbincangan Kanaya dan Salman tentu saja membuat Arta dan Artur begitu terkejut. Bagaimana bisa Kanaya hamil dengan lelaki lain di saat ia akan segera menikah dengan Tuan Bima untuk melunasi hutang ayahnya."Nay, sebenarnya siapa dia dan apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Artur."Lebih baik kita bicarakan di tempat lain, jangan di toilet seperti ini," ucap Salman."Kita tidak punya banyak waktu, Kanaya sudah di tunggu akad nikah akan segera di gelar!" ucap Arta."Apa kau akan menikah dengan tuan Bima Wisesa yang sudah memiliki istri dua?" tanya Salman.Kanaya dan kedua saudaranya mengangguk dengan kompak karena memang hal itu benar adanya. Salman tentu saja tahu tentang Bima sebab mereka memiliki kontrak kerja bersama. Salman yang awalnya hanya ingin memberikan kompensasi kepada Kanaya atas kejadian malam itu, kini malah memikirkan nasib bayi yang ada dalam kandungan Kanaya jika perempuan itu menikah dengan Bima."Lama sekali kamu, Apa kamu ingin kabur dari pernikahan ini?" ucap Bima yang tiba-tiba datang dan menyusul Kanaya ke toilet perempuan.Bima terkejut melihat Salman Alfarizi berada bersama Kanaya dan kedua kakaknya, Salman merupakan pengusaha sukses yang ia hormati dan memiliki pengaruh besar pada bisnis yang sedang ia jalani."Tuan Salman Apa yang sedang anda lakukan di sini? mari masuk dan menikmati pesta dengan tamu yang lain!" ucap Bima begitu ramah kepada Salman."Kau akan menikahi wanita itu?" tanya Salman menunjuk Kanaya tanpa basa-basi."Iya, Tuan dia calon istri ketiga saya," jawab Bima."Batalkan pernikahanmu dengannya!" titah Salman."Apa? tidak bisa begitu, Tuan. Dia harus menikah dengan saya Karena keluarganya tidak bisa membayar hutang kepada saya!" ucap Bima.Salman akhirnya mengajak Bima, Kanaya, dan kedua kakaknya untuk berbicara di tempat lain. Arthur dan Artha masih kebingungan dengan semua itu hingga akhirnya Salman menjelaskan kepada mereka Jika ia dan Kanaya telah melewati malam panas bersama tanpa disengaja. Salman juga meminta Kanaya melakukan tes urine dan hasilnya Kanaya positif hamil."Jadi dia sudah tidak perawan?!" tanya Bima terkejut setelah mendengar cerita Salman.Kanaya terdiam dan menunduk, entah ia harus bereaksi seperti apa. Sementara Artha dan artur terlihat sangat frustasi dengan keadaan tersebut karena hal itu membuat situasi semakin runyam bagi mereka."Untung Anda mengatakan hal itu di waktu yang tepat, Tuan Salman.Jika tidak saya akan menikahi wanita yang sudah tidak perawan, jadi pernikahan ini akan saya batalkan dan mereka tetap harus membayar hutang kepada saya!" ucap Bima."Tapi, Tuan Bima ...."Ucapan Arta terpotong oleh pertanyaan Salman kepada Bima. "Berapa Hutang mereka?" tanya Salman."800 juta," jawab Bima."Aku akan lunasi sekarang juga dan aku akan menikahi perempuan ini," ucap Salman.Kanaya mengangkat wajahnya menatap Salman, air mata seketika menetes di pipinya tanpa bisa di bendung lagi. Sementara Salman menatap Kanaya dengan keheranan mengapa ada perempuan yang menangis ketika ingin dinikahinya sebab selama ini banyak perempuan yang mendambakan Pernikahan dengannya."Seperti apalagi kau akan memainkan takdirku, Tuhan? Di saat aku sudah mencoba ikhlas dinikahi pria beristri dua ini, engkau malah mendatangkan lelaki yang telah dengan kejam merenggut mahkota paling berharga ku dan sekarang ingin menikahiku sementara aku tidak tahu siapa namanya, berapa banyak istri yang dia punya?" gumam Kanaya dalam hati.Karena Bima tidak mau lagi menikah dengan Kanaya yang sudah tidak perawan, maka ia menerima penawaran dari Salman yang penting uangnya kembali. Ia juga tidak berani menolak permintaan Salman karena salman sangat berpengaruh besar pada bisnis yang kini sedang ia jalani.Salman mengganti bajunya yang terkena muntahan Kanaya lalu bersiap-siap untuk menggantikan posisi Bima menikahi Kanaya hari itu."Saya nikahkan dan kawinkan engkau Salman Alfarizi bin Adnan Alfarizi dengan adik saya bernama Alifia Kanaya Abimana binti almarhum Arya Abimana dengan mas kawin uang satu miliar rupiah dibayar tunai," ucap Artha dipandu oleh penghulu dan menghentakkan genggaman tangannya dengan Salman"Saya terima nikah dan kawinnya Alifia Kanaya Abimana binti almarhum Arya Abimana dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap salam dengan satu kali tarikan nafas."Bagaimana para saksi?" tanya penghulu."Sah," Empat orang saksi mengatakan hal itu dengan serempak, lalu penghulu pun membacakan doa selanjutnya.Kanaya menatap Salman dengan keheranan dan ia pun memberanikan diri untuk bertanya, "Tuan, Kenapa Anda tiba-tiba ingin menikahi saya?""Kamu jangan senang dulu, aku menikahimu tidak cuma-cuma ada sesuatu yang harus kau berikan!" ucap Salman."Aku sudah tidak punya apa-apa, lantas apa yang harus aku berikan pada Anda?" Kanaya menatap Salman dengan segudang pertanyaan."Kau akan tahu Setelah kita di rumah nanti, aku akan menjelaskan dan kau harus menuruti semuanya," ucap Salman.Kanaya hanya bisa pasrah dan menghela nafas panjang, entah seperti apa kehidupannya kedepan. wanita berwajah cantik itu tidak pernah menyangka Jika ia akan hamil dan menikah dengan laki-laki yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Lelaki yang kini menjadi suaminya memanglah sangat tampan di mata Kanaya, wajahnya yang tidak bulat, tetapi juga tidak oval, matanya jernih dan berwarna hitam pekat jika memandang orang seperti tatapan elang, hidungnya mancung, bibirnya berwarna merah, kulitnya bersih, bentuk rahangnya tegas dan dihiasi dengan bulu halus membuat lelaki itu terlihat sangat maskulin.Sungguh Visual yang sangat diidam-idamkan oleh para wanita, tetapi itu tidak membuat Kanaya merasa nyaman dan senang. Sebab karenanya tidak pernah tahu seperti ap
Dengan terpaksa Kanaya pun menandatangani perjanjian pernikahan itu meski tidak menguntungkan baginya. Setelah kontrak itu ditandatangani oleh Kanaya, Salman pun menandatanganinya dan memasukkannya ke dalam laci."Sekarang aku antarkan kamu ke kamarmu!" ucap Salman berdiri lalu berjalan keluar ruang kerjanya.Kanaya mengikuti langkah Salman hingga lelaki berwajah Tampan itu berhenti di depan sebuah pintu kamar dan membukanya lebar-lebar."Ini kamarmu dan di sebelah kamarmu adalah anak kamar anakku, Ana. Satu minggu yang lalu baby sitter-nya resign karena menikah, jadi kedatanganmu di rumah ini sangat tepat. Jangan pernah memperlakukan anakku dengan kasar!" ucap Salman.Kanaya menganggukan kepalanya lalu berjalan masuk ke dalam kamar, saat Salman hendak pergi Kanaya baru ingat jika ia tidak membawa satupun barangnya ke rumah itu."Mas, aku tidak membawa barang-barang ku kesini, apakah ada baju yang bisa aku gunakan? Aku tidak mungkin memakai baju ini semalaman," ucap Kanaya."Mas? Apa
"Kanaya, apa kau sadar apa yang telah kau lakukan?!" teriak Salman dengan suara bariton membuat Kanaya gemetar."Ma-maaf, Om. Aku tidak sengaja," ucap Kanaya.Salman berjalan cepat dan meraih bingkai foto yang kacanya sudah hancur, ia bangkit dan sebelah tangannya langsung mencengkram dagu Kanaya."Apa yang ingin kau lakukan dengan foto ini? Jawab!" "A-aku ti-tidak ingin melakukan apa-apa, aku hanya ingin melihat saja," jawab Kanaya dengan terbata-bata."Kau tidak berhak melihat apalagi memegangnya! Kau sudah merusak foto kesayanganku, sekali lagi kau melakukan itu kau akan tahu seperti apa singa yang mengamuk!" ucap Salman lalu menghempaskan tubuh Kanaya hingga tersungkur di lantai.Lelaki berwajah tampan itu berjalan ke kamar membawa foto pernikahan pertamanya, ia tak peduli dengan keadaan Kanaya yang terjatuh di lantai bahkan tangannya berdarah karena terkena serpihan kaca.Shhh ...Kanaya mencabut serpihan kaca yang menancap di tangannya, tiba-tiba Ana datang membawakan plastik d
"Kanaya, apa yang kau lakukan di sini?"Kanaya menengok kearah sumber suara dan terkejut bisa bertemu dengan teman lamanya di tempat itu, saat ingin menyapa temannya penjual rujak memberitahu jika rujak pesanan Kanaya sudah jadi."Neng, rujaknya sudah jadi," ucap penjual rujak."Oh iya, terima kasih ini uangnya, Pak." Kanaya menerima rujak pesanannya dan membayar pada pedagang itu lalu pandangannya kembali pada orang yang tadi ingin ia sapa."Aslan, kamu ngapain di sini?" tanya Kanaya."Aku mau kasih kejutan ke sepupu kecil aku yang sekolah di sini, kamu sendiri ngapain di sini?" tanya Aslan."Aku juga nganterin anak yang sekolah di sini, ngobrol di sana yuk!" ucap Kanaya sambil menunjuk mobil yang tadi ia tumpangi.Aslan menganggukan kepala lalu mengikuti langkah Kanaya, pria itu adalah teman Kanaya semasa SMA. Semenjak Aslan kuliah di luar negeri mereka hanya sesekali berkomunikasi melalui sosial media."Mobil ini, kenapa aku seperti familiar ya?" gumam Aslan saat Kanaya bersandar d
"Salman," ucap Samuel saat baru masuk ke ruangan sahabatnya."Apa yang ingin kau bicarakan sampai tergesa-gesa kesini?" tanya Salman."Ada apa kemarin kau berkali-kali meneleponku, aku sedang liburan dengan anak dan istriku," ucap Samuel.Salman menghela nafas kasar, kesal dengan sahabatnya itu yang tidak bisa diandalkan saat di butuhkan. Sementara Samuel merasa bersalah tak mengangkat panggilan dari Salman."Kau selalu tidak ada saat aku butuhkan," ucap Salman kecewa."Aku sedang liburan bersama anak dan istri, seharian tak melihat ponsel. Begitu sampai rumah aku baru tahu kau berkali-kali memanggilku. Memangnya ada apa?" tanya Samuel."Aku sudah bertemu dengan gadis yang aku nodai malam itu, tapi keadaanya sedikit rumit. Ia akan dinikahi pria yang sudah beristri dua dan saat bertemu denganku dia sedang mual muntah dan aku curiga dia hamil.""Lantas, apa dia benar-benar hamil?" tanya Samuel."Awalnya aku meneleponmu agar kau bisa memeriksanya secara langsung dia hamil atau tidak, tap
"Gak boleh! Tante cantik gak boleh berhenti jadi baby sitter aku!" ucap Syafana yang sejak tadi mendengar obrolan Aslan dan Kanaya.Kanaya tersenyum mendengar ucapan Syafana, gadis kecil itu lantas memeluk Kanaya. Padahal ini hari pertama mereka bersama, tapi entah mengapa Syafana merasa sangat nyaman bersama Kanaya."Kalau Tante cantik kerja sama om tetap masih bisa ketemu Ana, Kok," bujuk Aslan."Gak boleh, pokoknya Tante cantik harus tetap jadi baby sitter aku." "Aslan, aku akan tetap jadi baby sitter Ana. Masalah kuliah mungkin aku bisa lanjut nanti," ucap Kanaya."Ya aku hanya menawarkan, tapi tak memaksa. Kamu jadi baby sitter Ana pun aku tak masalah kita masih bisa sering bertemu," ucap Aslan."Kamu tahu kan ibuku meninggal saat melahirkan aku, bukankah mamanya Ana juga sama?" tanya Kanaya.Aslan menatap Kanaya dan Syafana bergantian. Benar apa yang di katakan Kanaya, ini bukan hanya kebetulan mungkin mereka di pertemukan karena nasib yang sama."Aku ingin mencoba memberikan k
"Pah, bulan depan aku ulang tahun. Boleh gak kalau pakai gaun yang sama dengan Tante cantik, nanti yang design gaunnya Tante cantik," ucap Syafana."Ana, Sayang. Kan biasanya pakai gaun yang ada di butik bude Saida, di sana gaunnya cantik-cantik Ana bisa pilih yang mana saja," ucap Salman."Tapi aku suka yang di gambar sama Tante cantik, Pah!" ucap Syafana.Salman menatap Kanaya dan menghela nafas singkat, lalu menggendong Syafana membawanya ke meja makan. Berharap Syafana melupakan permintaanya itu, karena jika Syafana dan Kanaya menggunakan gaun dengan motif yang sama saat ulang tahun pasti akan jadi pertanyaan banyak orang."Pah, boleh ga?" Syafana masih bertanya tentang gaun ulang tahun."Nanti kita bahas ya, sekarang makan dulu ya!" ucap Salman.Syafana menganggukan kepala lalu Salman menyendokkan nasi dan lauk pauk ke piring Syafana dengan penuh perhatian."Sayurnya jangan banyak-banyak," protes Syafana."Harus banyak, gizi yang masuk dalam tubuh kamu harus seimbang biar kamu se
"Om, mau apa ke kamar ini?" tanya Kanaya terkejut dengan kedatangan Salman ke kamarnya."Gak usah takut, aku gak akan ngapa-ngapain kamu. Malam itu aku melakukannya di bawah pengaruh obat perangsang, kalau tidak ada obat itu dan dalam keadaan sadar seperti ini aku tak akan bernafsu melihat anak kecil seperti mu, kau bukan seleraku," ucap Salman dengan nada dingin.Kanaya bangkit dari tidurnya, lagi-lagi perkataan Salman tak sadar membuat hati Kanaya terluka. Wanita cantik itu bukan lagi anak kecil dia wanita dewasa dan memiliki pesona, tetapi perkataan Salman seolah mengatakan jika Kanaya sangat tidak menarik dan berharga."Lalu om mau apa malam-malam kesini?" tanya Kanaya."Aku tadi lupa memberitahu mu. Karena aku tidak ingin pernikahan ini diketahui orang-orang, jadi besok saat kau kerumah sakit hanya Samuel dan dokter kandungan yang boleh tahu aku adalah ayah dari bayi itu. Jangan sampai orang luar tahu!" Kanaya mengangguk lemah mendengar ucapan Salman, setelah mengatakan hal itu