"Aku sudah tidak punya apa-apa, lantas apa yang harus aku berikan pada Anda?" Kanaya menatap Salman dengan segudang pertanyaan.
"Kau akan tahu Setelah kita di rumah nanti, aku akan menjelaskan dan kau harus menuruti semuanya," ucap Salman.Kanaya hanya bisa pasrah dan menghela nafas panjang, entah seperti apa kehidupannya kedepan. wanita berwajah cantik itu tidak pernah menyangka Jika ia akan hamil dan menikah dengan laki-laki yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Lelaki yang kini menjadi suaminya memanglah sangat tampan di mata Kanaya, wajahnya yang tidak bulat, tetapi juga tidak oval, matanya jernih dan berwarna hitam pekat jika memandang orang seperti tatapan elang, hidungnya mancung, bibirnya berwarna merah, kulitnya bersih, bentuk rahangnya tegas dan dihiasi dengan bulu halus membuat lelaki itu terlihat sangat maskulin.Sungguh Visual yang sangat diidam-idamkan oleh para wanita, tetapi itu tidak membuat Kanaya merasa nyaman dan senang. Sebab karenanya tidak pernah tahu seperti apa kehidupannya, bagaimana sifatnya, dan berapa istri yang ia miliki.Pesta belum usai, tetapi Salman sudah mengajak Kanaya pergi dari tempat itu untuk pulang ke rumahnya. Kanaya pun berpamitan kepada Arta dan Arthur, meskipun ia kesal. Namun, ia masih menghormati Kedua lelaki itu sebagai kakaknya."Nay, Maafkan aku atas segala kelakuan burukku padamu, Maafkan aku yang belum bisa menjadi kakak yang baik untukmu, maafkan aku yang tak berdaya dan menyetujui pernikahanmu untuk membayar hutang, Maafkan aku yang malu mengakui rasa sayangku kepadamu," ucap Artur memeluk Kanaya sambil menangis mengakui segala kesalahannya kepada sang adik.Mendengar hal itu dan merasakan pelukan yang begitu tulus dari sang kakak tentu saja membuat Kanaya menangis tersedu-sedu dalam pelukan kakaknya tersebut. Untuk pertama kalinya Arthur meminta maaf kepadanya dan mengakui rasa sayang dan juga kesalahannya. Selama ini Kanaya pikir hanya Arya sang ayah yang menyayanginya dan kedua kakaknya membencinya karena menganggap ia sebagai wanita pembawa sial yang membuat ibunya meninggal. Namun, ternyata Arthur menyayanginya meski malu mengakui perasaan itu dan tanpa sadar memberikan Kanaya sedikit perhatian."Maafkan aku, karena kehadiranku membuat Ibu meninggal dan selama ini aku selalu menyusahkan kalian. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk bisa menebus kesalahan dan juga menunjukkan baktiku kepada ayah," ucap Kanaya dengan suara bergetar karena menahan isak tangisnya."Jangan bicara begitu, Nay. Bukan kamu Penyebab ibu meninggal. Setelah sekian lama aku sadar Jika semua itu adalah takdir dan azal yang sudah Tuhan tentukan. Ibu pasti sudah ada di surga dan dia pasti sedih mengetahui kamu selalu diperlakukan buruk oleh kami," ucap Artur menyadari segala kesalahannya.Kanaya melepas pelukan dan menghapus air mata saat mendengar suara deheman lelaki yang kini sudah menjadi suaminya itu. Ia mengerti jika Salman tidak ingin Kanaya terlalu lama meminta izin kepada kedua kakaknya. Kanaya pun berpindah menghadap kepada Arta, jika Arthur meminta maaf dan menyadari kesalahannya, berbeda dengan Arta yang masih terlihat datar saat memandang Kanaya."Kau sudah menjadi istrinya sekarang, patuhilah dan ikuti semua perintahnya, Nay!" ucap Artur.Kanaya mengangguk, ia mencium takjim punggung tangan sang kakak lalu mengikuti langkah Salman menuju mobilnya. Kanaya sangat kesulitan berjalan karena kebaya yang ia gunakan, tetapi Salman sama sekali tidak menghiraukannya dan terus berjalan tanpa melihat ke arah Kanaya yang ada di belakangnya.Tiba-tiba seorang wanita memegang bagian belakang kebaya Kanaya hingga membuat Kanaya terkejut saat melihat wajah wanita yang tengah membantunya."Kak Cindy?""Aku lihat kamu sangat kesulitan, jadi aku bantu kamu sampai masuk ke dalam mobil," ucap Cindy-istri Artur."Terima kasih, Kak Cindy.""Nay, maafkan Artur. Aku tapi sejak dulu kamu adalah anak yang baik dan aku selalu menasehati Arthur, agar menyayangimu dan berhenti menyalahkan mu atas kesalahan yang tidak pernah kamu perbuat. Namun, hati Arthur keras karena Arta selalu mengatakan hal buruk tentang kamu," ucap Cindy membuat Kanaya terkejut karena ternyata kakak iparnya itu begitu peduli padanya."Aku begitu senang dan terharu saat mendengar Arthur meminta maaf dan mengakui kesalahannya padamu, meskipun waktunya sedikit terlambat. Nay, Jika kamu sedih dan butuh seseorang datanglah ke rumahku," ucap Cindy."Terima kasih, Kak. Aku nggak nyangka Kakak sebaiknya sama aku," ucap Kanaya kembali meneteskan air mata di pipinya."Berhenti menangis, Nay! Kamu wanita kuat kamu pasti bisa menghadapi semua ujian hidup dan kamu akan bahagia setelahnya," ucap Cindy.Kanaya pun kini masuk ke dalam mobil yang sudah ditunggu oleh Salman, Cindy masih terdiam di tempat hingga mobil yang ditumpangi Kanaya pergi meninggalkan gedung bertingkat itu. Sepanjang perjalanan baik Kanaya maupun Salman sama-sama terdiam dengan pemikiran masing-masing, Kanaya menatap bahu jalan dengan pandangan kosong hingga beberapa jam kemudian setelah membelah padatnya Jalan ibukota akhirnya mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah rumah mewah.Kanaya keluar dari mobil dan menatap rumah mewah yang besarnya 3 kali lipat dari rumahnya, ia mengejar langkah panjang Salman hingga mereka tiba di depan sebuah pintu."Assalamualaikum," ucap Salman seraya membuka pintu tersebut."Waalaikumsalam, Papa ...."Kanaya menatap seorang anak perempuan berlari dan memeluk Salman dengan begitu ceria dan nampak sangat rindu pada lelaki tersebut."Papa, siapa dia Kenapa cantik sekali? apa dia ibu peri?" tanya bocah perempuan itu."Dia babysittermu yang baru namanya Kanaya! Kanaya kenalkan ini anakku Syafana. Mulai hari ini kamu yang akan menjaganya 24 jam!" ucap Salman.Deg ....Hati Kanaya begitu terasa sakit saat mengetahui jika ia hanya dianggap sebagai baby sitter bukanlah seorang istri oleh suaminya sendiri, meskipun belum ada cinta di antara mereka. Namun, entah mengapa sangat sakit rasanya."Hai Tante, nanti temani Ana main Barbie dan antar Ana ke sekolah ya," ucap Syafana.Kanaya hanya tersenyum dan mengangguk lalu Salman meminta Syafana masuk ke kamarnya, sementara Kanaya di bawa ke ruang kerja. Kanaya terdiam melihat Salman yang fokus menulis, setelah cukup lama Kanaya menunggu akhirnya Salman menatapnya."Baca dan tandatangani ini!" ucap Salman.Kanaya meraih kertas tersebut dan melebarkan bola matanya saat membaca kata demi kata yang baru saja Salman tulis, ternyata itu sebuah kontrak pernikahan.~ Perjanjian Pernikahan ~1. Pihak lelaki memberi uang satu miliar dalam pernikahan.2. Pihak wanita akan menjaga anak pihak lelaki (Ana) 24 jam dan tidak boleh ada kekerasan.3. Pihak wanita tidak boleh berhubungan dengan lelaki manapun selama masa pernikahan.4. Pihak wanita tidak boleh mencampuri urusan pribadi pihak lelaki.5. Tidak ada kontak fisik apalagi berhubungan suami istri.6. Setelah anak lahir pernikahan selesai tidak ada harta gono gini saat cerai dan hak asuh anak jatuh pada pihak laki-laki.7. Jika pihak wanita melanggar poin 1 sampai 6 maka didenda 2 miliar.~Perjanjian pernikahan dibuat dalam keadaan sadar dan tidak ada pemaksaan~TertandaSalman AlFarizi ---- Alifia Kanaya Abimana."Tuan, ini tidak adil untukku. Kenapa hak asuh jatuh kepada anda?" tanya Kanaya."Karena aku yakin kamu tidak akan mampu mengurus anak itu dan aku tidak mau anakku menjadi anak terlantar. Aku tidak mau mendengar protes, tanda tangani sekarang jika tidak kau harus membayar 2 miliar padaku!" titah Salman.Dengan terpaksa Kanaya pun menandatangani perjanjian pernikahan itu meski tidak menguntungkan baginya. Setelah kontrak itu ditandatangani oleh Kanaya, Salman pun menandatanganinya dan memasukkannya ke dalam laci."Sekarang aku antarkan kamu ke kamarmu!" ucap Salman berdiri lalu berjalan keluar ruang kerjanya.Kanaya mengikuti langkah Salman hingga lelaki berwajah Tampan itu berhenti di depan sebuah pintu kamar dan membukanya lebar-lebar."Ini kamarmu dan di sebelah kamarmu adalah anak kamar anakku, Ana. Satu minggu yang lalu baby sitter-nya resign karena menikah, jadi kedatanganmu di rumah ini sangat tepat. Jangan pernah memperlakukan anakku dengan kasar!" ucap Salman.Kanaya menganggukan kepalanya lalu berjalan masuk ke dalam kamar, saat Salman hendak pergi Kanaya baru ingat jika ia tidak membawa satupun barangnya ke rumah itu."Mas, aku tidak membawa barang-barang ku kesini, apakah ada baju yang bisa aku gunakan? Aku tidak mungkin memakai baju ini semalaman," ucap Kanaya."Mas? Apa
"Kanaya, apa kau sadar apa yang telah kau lakukan?!" teriak Salman dengan suara bariton membuat Kanaya gemetar."Ma-maaf, Om. Aku tidak sengaja," ucap Kanaya.Salman berjalan cepat dan meraih bingkai foto yang kacanya sudah hancur, ia bangkit dan sebelah tangannya langsung mencengkram dagu Kanaya."Apa yang ingin kau lakukan dengan foto ini? Jawab!" "A-aku ti-tidak ingin melakukan apa-apa, aku hanya ingin melihat saja," jawab Kanaya dengan terbata-bata."Kau tidak berhak melihat apalagi memegangnya! Kau sudah merusak foto kesayanganku, sekali lagi kau melakukan itu kau akan tahu seperti apa singa yang mengamuk!" ucap Salman lalu menghempaskan tubuh Kanaya hingga tersungkur di lantai.Lelaki berwajah tampan itu berjalan ke kamar membawa foto pernikahan pertamanya, ia tak peduli dengan keadaan Kanaya yang terjatuh di lantai bahkan tangannya berdarah karena terkena serpihan kaca.Shhh ...Kanaya mencabut serpihan kaca yang menancap di tangannya, tiba-tiba Ana datang membawakan plastik d
"Kanaya, apa yang kau lakukan di sini?"Kanaya menengok kearah sumber suara dan terkejut bisa bertemu dengan teman lamanya di tempat itu, saat ingin menyapa temannya penjual rujak memberitahu jika rujak pesanan Kanaya sudah jadi."Neng, rujaknya sudah jadi," ucap penjual rujak."Oh iya, terima kasih ini uangnya, Pak." Kanaya menerima rujak pesanannya dan membayar pada pedagang itu lalu pandangannya kembali pada orang yang tadi ingin ia sapa."Aslan, kamu ngapain di sini?" tanya Kanaya."Aku mau kasih kejutan ke sepupu kecil aku yang sekolah di sini, kamu sendiri ngapain di sini?" tanya Aslan."Aku juga nganterin anak yang sekolah di sini, ngobrol di sana yuk!" ucap Kanaya sambil menunjuk mobil yang tadi ia tumpangi.Aslan menganggukan kepala lalu mengikuti langkah Kanaya, pria itu adalah teman Kanaya semasa SMA. Semenjak Aslan kuliah di luar negeri mereka hanya sesekali berkomunikasi melalui sosial media."Mobil ini, kenapa aku seperti familiar ya?" gumam Aslan saat Kanaya bersandar d
"Salman," ucap Samuel saat baru masuk ke ruangan sahabatnya."Apa yang ingin kau bicarakan sampai tergesa-gesa kesini?" tanya Salman."Ada apa kemarin kau berkali-kali meneleponku, aku sedang liburan dengan anak dan istriku," ucap Samuel.Salman menghela nafas kasar, kesal dengan sahabatnya itu yang tidak bisa diandalkan saat di butuhkan. Sementara Samuel merasa bersalah tak mengangkat panggilan dari Salman."Kau selalu tidak ada saat aku butuhkan," ucap Salman kecewa."Aku sedang liburan bersama anak dan istri, seharian tak melihat ponsel. Begitu sampai rumah aku baru tahu kau berkali-kali memanggilku. Memangnya ada apa?" tanya Samuel."Aku sudah bertemu dengan gadis yang aku nodai malam itu, tapi keadaanya sedikit rumit. Ia akan dinikahi pria yang sudah beristri dua dan saat bertemu denganku dia sedang mual muntah dan aku curiga dia hamil.""Lantas, apa dia benar-benar hamil?" tanya Samuel."Awalnya aku meneleponmu agar kau bisa memeriksanya secara langsung dia hamil atau tidak, tap
"Gak boleh! Tante cantik gak boleh berhenti jadi baby sitter aku!" ucap Syafana yang sejak tadi mendengar obrolan Aslan dan Kanaya.Kanaya tersenyum mendengar ucapan Syafana, gadis kecil itu lantas memeluk Kanaya. Padahal ini hari pertama mereka bersama, tapi entah mengapa Syafana merasa sangat nyaman bersama Kanaya."Kalau Tante cantik kerja sama om tetap masih bisa ketemu Ana, Kok," bujuk Aslan."Gak boleh, pokoknya Tante cantik harus tetap jadi baby sitter aku." "Aslan, aku akan tetap jadi baby sitter Ana. Masalah kuliah mungkin aku bisa lanjut nanti," ucap Kanaya."Ya aku hanya menawarkan, tapi tak memaksa. Kamu jadi baby sitter Ana pun aku tak masalah kita masih bisa sering bertemu," ucap Aslan."Kamu tahu kan ibuku meninggal saat melahirkan aku, bukankah mamanya Ana juga sama?" tanya Kanaya.Aslan menatap Kanaya dan Syafana bergantian. Benar apa yang di katakan Kanaya, ini bukan hanya kebetulan mungkin mereka di pertemukan karena nasib yang sama."Aku ingin mencoba memberikan k
"Pah, bulan depan aku ulang tahun. Boleh gak kalau pakai gaun yang sama dengan Tante cantik, nanti yang design gaunnya Tante cantik," ucap Syafana."Ana, Sayang. Kan biasanya pakai gaun yang ada di butik bude Saida, di sana gaunnya cantik-cantik Ana bisa pilih yang mana saja," ucap Salman."Tapi aku suka yang di gambar sama Tante cantik, Pah!" ucap Syafana.Salman menatap Kanaya dan menghela nafas singkat, lalu menggendong Syafana membawanya ke meja makan. Berharap Syafana melupakan permintaanya itu, karena jika Syafana dan Kanaya menggunakan gaun dengan motif yang sama saat ulang tahun pasti akan jadi pertanyaan banyak orang."Pah, boleh ga?" Syafana masih bertanya tentang gaun ulang tahun."Nanti kita bahas ya, sekarang makan dulu ya!" ucap Salman.Syafana menganggukan kepala lalu Salman menyendokkan nasi dan lauk pauk ke piring Syafana dengan penuh perhatian."Sayurnya jangan banyak-banyak," protes Syafana."Harus banyak, gizi yang masuk dalam tubuh kamu harus seimbang biar kamu se
"Om, mau apa ke kamar ini?" tanya Kanaya terkejut dengan kedatangan Salman ke kamarnya."Gak usah takut, aku gak akan ngapa-ngapain kamu. Malam itu aku melakukannya di bawah pengaruh obat perangsang, kalau tidak ada obat itu dan dalam keadaan sadar seperti ini aku tak akan bernafsu melihat anak kecil seperti mu, kau bukan seleraku," ucap Salman dengan nada dingin.Kanaya bangkit dari tidurnya, lagi-lagi perkataan Salman tak sadar membuat hati Kanaya terluka. Wanita cantik itu bukan lagi anak kecil dia wanita dewasa dan memiliki pesona, tetapi perkataan Salman seolah mengatakan jika Kanaya sangat tidak menarik dan berharga."Lalu om mau apa malam-malam kesini?" tanya Kanaya."Aku tadi lupa memberitahu mu. Karena aku tidak ingin pernikahan ini diketahui orang-orang, jadi besok saat kau kerumah sakit hanya Samuel dan dokter kandungan yang boleh tahu aku adalah ayah dari bayi itu. Jangan sampai orang luar tahu!" Kanaya mengangguk lemah mendengar ucapan Salman, setelah mengatakan hal itu
"Siapa yang hamil, Nay?" tanya Aslan.Kanaya diam seribu bahasa, ia menggenggam erat buku berwarna merah jambu berserta obat dan vitamin yang ia dapat dari dokter tadi. Andai ia tahu ada Aslan di rumah itu, mungkin buku dan obat itu akan ia simpan di dalam mobil terlebih dahulu.Kanaya tak mungkin mengatakan yang sesungguhnya karena Salman sudah melarangnya, tetapi Kanaya sangat terkejut ketika Aslan tiba-tiba meraih buku berwarna merah jambu tersebut."Ny Alifia K.A suami Salman Alfarizi, Nay apa kamu bisa jelaskan semua ini?" tanya Aslan terkejut membaca nama di sampul buku tersebut."Nay, apakah kamu sedang hamil dan om Salman yang menghamili mu?" Aslan terus memberondong Kanaya dengan pertanyaan yang sulit untuk Kanaya jawab.Kanaya menunduk sedangkan Aslan terus menatapnya dengan nanar, bagaimana mungkin wanita yang selalu ia kagumi dan ia kenal sangat baik serta tak mudah di dekati laki-laki hamil dengan pria yang usianya jauh di atasnya."Maaf Aslan aku ingin istirahat," ucap
Agni dan Feli saling menyalahkan, mereka berteriak saat polisi menangkap dan membawa mereka ke kantor polisi. Kedua wanita itu tidak mau dipenjara dan berusaha untuk memberontak saat dievakuasi. "Lepas, aku nggak salah tangkap aja dia yang punya ide dari semua ini," ucap Agni menuju ke arah Feli."Bukan aku, dia yang punya ide jahat bahkan ingin membunuh kakaknya sendiri," teriak Feli menunjuk Agni.Aslan mengepalkan tangannya mendengar hal itu, lelaki tampan tersebut semakin waspada dan tidak ingin kejadian serupa menimpa sang istri. Ia tidak ingin ada orang yang berniat jahat bahkan ingin membunuh istrinya, hidup Hafsa sudah cukup menderita selama ini Aslan ingin setelah menikah dengannya Hafsa bisa bahagia dan ia pun bahagia bersama wanita tersebut.Mereka tetap dibawa ke kantor polisi meskipun meronta dan berteriak-teriak sepanjang perjalanan, keesokan harinya Aslan dan bapaknya serta para direksi rapat di perusahaan. Mereka sepakat untuk mencabut sepenuhnya saham yang pernah di
"Orang yang menculik Nona Hafsa mengaku juga Ia mendapatkan tawaran dari dua orang wanita," ucap anak buah Aslan melalui sambungan telepon. "Siapa dua orang wanita itu? Dan apa mereka sudah berhasil kalian tangkap?" tanya Aslan."Mereka bernama Agni dan Feli, beberapa orang dari kami sedang mengajar mobil mereka yang terlihat dari rekaman CCTV kabur ke luar kota.""Tangkap mereka bagaimanapun caranya!" ucap Aslan."Baik, Tuan."Setelah mengatakan itu anak buah Aslan pun mematikan sambungan teleponnya, Aslan mengalah nafas dan menatap sang istri. Lelaki berwajah tampan itu tidak menyangka jika kedua wanita tersebut bisa berbuat nekat kepada istrinya hanya karena obsesi ingin memiliki dirinya.Saida dan Lingga yang ada di ruangan itu penasaran dengan apa yang baru saja bicarakan oleh Aslan dan anak buahnya, Aslan pun menceritakan apa yang tadi dia bicarakan dengan anak buahnya kepada kedua orang tua serta istrinya. Tentu saja kedua orang tua Aslan dan Hafsa begitu terkejut mendengar
Setelah melihat rekaman CCTV di rumah dan mencatat plat nomor motor orang yang membawa sang istri, Aslan pun langsung memerintahkan anak buahnya untuk mencari motor tersebut. Tak lama kemudian ponselnya berdering, panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Tanpa pikir panjang Aslan pun mengangkat panggilan telepon tersebut. "Hallo, siapa ini?" tanya Aslan saat mengangkat sambungan telepon. "Istrimu ada padaku, jika ingin selamat datanglah sendiri.""Siapa kamu? Dimana istriku sekarang?!" tanya Aslan dengan suara baritonnya."Kamu tidak perlu tahu siapa aku, siapkan uang 1 milyar dan kamu harus datang sendiri. Jika kamu membawa orang lain apalagi polisi maka nyawa istrimu taruhannya.""Jangan macam-macam dengan istriku. Cepat katakan kemana kau membawanya?!" tanya Aslan dengan emosi.Panggilan telepon itu di matikan, tak lama kemudian sharelok masuk ke ponselnya. Aslan tak mengenali suara orang itu, sepertinya suaranya di samarkan.Pria berwajah tampan itu menyiapkan uang yang dimint
"Hah ... Mungkin pusing karena cape dan perjalanan jauh," ucap Hafsa."Iya juga, tapi kalau beneran Kakak hamil pasti seisi rumah senang," ucap Aisy."Doakan saja semoga aku segera hamil," ucap Hafsa."Aamiin," ucap Aisy.Sikap Aisy yang baik membuat Hafsa sangat senang, adik iparnya itu supel dan bisa menjadi teman baiknya. Hari-hari berlalu, Aslan bekerja seperti biasa. Hafsa mulai terbiasa hidup sebagai ibu rumah tangga di rumah barunya, terkadang ikut sang mertua ke acara pengajian. Namun, lebih sering berada di rumah sesuai keinginan Aslan.Pagi ini Aslan dan Hafsa sarapan seperti biasa sebelum Aslan berangkat kerja, Hafsa merasa mual saat sarapan dan akhirnya memuntahkan kembali apa yang telah ia makan."Kamu sakit, Sayang?" tanya Aslan seraya memijat tengkuk sang istri."Gak tahu, Mas. Mual banget," ucap Hafsa."Aku panggilkan dokter, ya!" ucap Aslan."Gak perlu, Mas. Kayanya aku cuma masuk angin, nanti minta di pijit aja dan di baluri minyak angin," ucap Hafsa."Beneran gak
"Angkat, Mas!" ucap Hafsa."Ngapain sih, Mama ganggu aja," ucap Aslan lalu mengangkat panggilan video call tersebut.Ternyata yang menelponnya adalah Saida sang mama. Setelah diangkat Aslan melihat Saida duduk bersama Lingga sepertinya sedang di dalam kamar."Assalamualaikum ada apa, Mah?" tanya Aslan."Waalaikumsalam, kalian sampai di Paris jam berapa? Kenapa gak kasih kabar?" tanya Saida."Tadi 6 sore, Mah.""Kamu ini gimana sih, kan mama bilang sampai di sana langsung kasih kabar! Kami di sini khawatir," ucap Saida."Hehehe ... Maaf Mah. Kami sampai langsung istirahat karena sangat lelah, terus mandi dan langsung makan malam," jawab Aslan.Hafsa tersenyum ternyata sang mertua mengkhawatirkan keadaan ia dan sang suami yang tidak memberi kabar setelah sampai di Paris. Cukup lama mereka berbincang melalui video call, Lingga pun bertanya tentang kenyamanan hotel yang sudah ia booking untuk anak dan menantunya."Nyaman banget, Pah. Pemandangan dari jendela hotel langsung ke menara Eiffe
"Kamu cinta terakhirku, Hafsa Kalimatunnisa," ucap Aslan lalu mencium pucuk kepala sang istri.Mereka beristirahat setelah perjalanan 16 jam dari Indonesia ke Paris, Prancis. Meskipun rasa lelah itu telah terbayar dengan indahnya pemandangan di joget tersebut. Namun, Aslan ingin mereka istirahat sebelum melakukan tour ke negara tersebut."Sayang, aku laper. Kita keluar yuk cari makan," ucap Aslan membangunkan Hafsa yang masih terlelap dalam tidurnya."Emang gak bisa pesan makanan hotel aja, Mas?" tanya Hafsa seraya mengucek matanya."Bisa sih, tapi aku ingin berjalan kaki sambil mencari makanan di sini denganmu," ucap Aslan."Ya sudah kalau gitu aku mandi dan ganti pakaian dulu," ucap Hafsa.Aslan menganggukan kepala, Hafsa pun masuk ke dalam kamar mandi dan betapa terkejutnya ia setelah selesai mandi saat keluar tidak ada Aslan di kamar malah ada dua wanita asing."Siapa kalian? Kenapa ada di kamarku?" tanya Hafsa terkejut."Nona jangan takut, kamu adalah MUA dan hair stylist yang di
"Buka aja," ucap Aslan.Hafsa membuka kotak kecil yang di berikan oleh sang suami, setelah melihat isinya ia masih bingung karena hanya beberapa lembar kertas saja. Hafsa melihat kertas tersebut dan menatap Aslan dengan mata berkaca-kaca."Tiket pesawat ke Paris?" tanya Hafsa."Kado dari mama dan papa untuk pernikahan kita, mereka juga sudah booking hotel untuk kita bulan madu ke Paris," ucap Aslan."Tapi, aku tidak bunga pasport, Mas. Gimana mau perjalanan ke luar negeri," ucap Hafsa."Semua sudah beres di urus sama papa, kita tinggal duduk manis di pesawat dan menikmati bulan madu di Paris nanti," ucap Aslan.Hafsa tak bisa berkata apa-apa lagi, memang jika banyak uang semua urusan jadi mudah. Selama ini Hafsa tak pernah bermimpi akan bisa liburan keluar negeri, itu sebabnya ia tidak punya paspor.Hafsa begitu senang ketika tahu kedua mertuanya yang sudah menyiapkan segalanya untuk ia dan suami berbulan madu ke negara yang terkenal romantis itu.Mereka berangkat bukan madu beberapa
Sama halnya dengan orang tua Agni. Orang tua Feli pun terkena imbas atas perbuatan anaknya, Aslan menarik sebagian investasi untuk perusahaan orang tua Feli. Tentu hal ini di lakukan setelah berdiskusi dengan ayahnya, Aslan tidak akan mengambil keputusan besar menyangkut perusahaan dengan sembarangan.Sementara ayah Feli kini sangat marah setelah mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh anaknya, dia menelepon Feli dan meminta Gadis itu untuk datang ke kantornya. Sesampainya Feli datang ke kantor sang ayah, ia langsung dimarahi habis-habisan oleh ayahnya tersebut."Dasar anak bodoh! Sudah kubilang jangan pernah berani mengganggu Tuan Aslan. Kau pernah diusir saat pesta pernikahannya, sekarang malah berolahraga kembali hingga membuat dia mencabut sebagian investasinya perusahaan kita!" ucap Fernando."Papa bicara apa sih? Aku nggak ngerti. Aku tidak merasa mengganggu Aslan, kenapa Papa tiba-tiba menyalahkan aku!?""Tidak mengganggu katamu? Lalu ini apa?!" ucap Fernando seraya memutar r
"Kurang ajar, siapa yang berani mengirim ini?!" ucap Aslan emosi saat melihat isi di dalam bingkisan."Sudahlah, Mas. Cuma hal kaya gini gak usah di pikirin," ucap Hafsa hendak membuang barang tersebut.Dalam bingkisan tersebut ternyata berisi foto pernikahan Aslan dan Hafsa, tetapi sudah digunting-gunting. Ada juga foto Hafsa sedang sendiri dan diberi tanda merah seperti darah.Aslan merasa itu adalah ancaman untuk istrinya, tetapi Hafsa tidak terlalu memperdulikan ancaman tersebut. Teror seperti itu bukan pertama kali ia alami, dulu saat sekolah SMA pun ia pernah dibully dan diberi teror seperti itu."Kenapa kamu bisa sangat santai menghadapi hal seperti ini, jelas-jelas ini adalah ancaman untuk kamu, Sayang." "Aku sudah tidak takut dengan ancaman seperti ini, dulu juga waktu sekolah pernah mendapat ancaman seperti ini," ucap Hafsa sambil tersenyum."Benarkah? Lalu apa yang terjadi padamu?" tanya Aslan.Hafsa pun menceritakan kepada sang suami, dulu ia bersahabat dengan salah satu