"Aku sudah tidak punya apa-apa, lantas apa yang harus aku berikan pada Anda?" Kanaya menatap Salman dengan segudang pertanyaan.
"Kau akan tahu Setelah kita di rumah nanti, aku akan menjelaskan dan kau harus menuruti semuanya," ucap Salman.Kanaya hanya bisa pasrah dan menghela nafas panjang, entah seperti apa kehidupannya kedepan. wanita berwajah cantik itu tidak pernah menyangka Jika ia akan hamil dan menikah dengan laki-laki yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Lelaki yang kini menjadi suaminya memanglah sangat tampan di mata Kanaya, wajahnya yang tidak bulat, tetapi juga tidak oval, matanya jernih dan berwarna hitam pekat jika memandang orang seperti tatapan elang, hidungnya mancung, bibirnya berwarna merah, kulitnya bersih, bentuk rahangnya tegas dan dihiasi dengan bulu halus membuat lelaki itu terlihat sangat maskulin.Sungguh Visual yang sangat diidam-idamkan oleh para wanita, tetapi itu tidak membuat Kanaya merasa nyaman dan senang. Sebab karenanya tidak pernah tahu seperti apa kehidupannya, bagaimana sifatnya, dan berapa istri yang ia miliki.Pesta belum usai, tetapi Salman sudah mengajak Kanaya pergi dari tempat itu untuk pulang ke rumahnya. Kanaya pun berpamitan kepada Arta dan Arthur, meskipun ia kesal. Namun, ia masih menghormati Kedua lelaki itu sebagai kakaknya."Nay, Maafkan aku atas segala kelakuan burukku padamu, Maafkan aku yang belum bisa menjadi kakak yang baik untukmu, maafkan aku yang tak berdaya dan menyetujui pernikahanmu untuk membayar hutang, Maafkan aku yang malu mengakui rasa sayangku kepadamu," ucap Artur memeluk Kanaya sambil menangis mengakui segala kesalahannya kepada sang adik.Mendengar hal itu dan merasakan pelukan yang begitu tulus dari sang kakak tentu saja membuat Kanaya menangis tersedu-sedu dalam pelukan kakaknya tersebut. Untuk pertama kalinya Arthur meminta maaf kepadanya dan mengakui rasa sayang dan juga kesalahannya. Selama ini Kanaya pikir hanya Arya sang ayah yang menyayanginya dan kedua kakaknya membencinya karena menganggap ia sebagai wanita pembawa sial yang membuat ibunya meninggal. Namun, ternyata Arthur menyayanginya meski malu mengakui perasaan itu dan tanpa sadar memberikan Kanaya sedikit perhatian."Maafkan aku, karena kehadiranku membuat Ibu meninggal dan selama ini aku selalu menyusahkan kalian. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk bisa menebus kesalahan dan juga menunjukkan baktiku kepada ayah," ucap Kanaya dengan suara bergetar karena menahan isak tangisnya."Jangan bicara begitu, Nay. Bukan kamu Penyebab ibu meninggal. Setelah sekian lama aku sadar Jika semua itu adalah takdir dan azal yang sudah Tuhan tentukan. Ibu pasti sudah ada di surga dan dia pasti sedih mengetahui kamu selalu diperlakukan buruk oleh kami," ucap Artur menyadari segala kesalahannya.Kanaya melepas pelukan dan menghapus air mata saat mendengar suara deheman lelaki yang kini sudah menjadi suaminya itu. Ia mengerti jika Salman tidak ingin Kanaya terlalu lama meminta izin kepada kedua kakaknya. Kanaya pun berpindah menghadap kepada Arta, jika Arthur meminta maaf dan menyadari kesalahannya, berbeda dengan Arta yang masih terlihat datar saat memandang Kanaya."Kau sudah menjadi istrinya sekarang, patuhilah dan ikuti semua perintahnya, Nay!" ucap Artur.Kanaya mengangguk, ia mencium takjim punggung tangan sang kakak lalu mengikuti langkah Salman menuju mobilnya. Kanaya sangat kesulitan berjalan karena kebaya yang ia gunakan, tetapi Salman sama sekali tidak menghiraukannya dan terus berjalan tanpa melihat ke arah Kanaya yang ada di belakangnya.Tiba-tiba seorang wanita memegang bagian belakang kebaya Kanaya hingga membuat Kanaya terkejut saat melihat wajah wanita yang tengah membantunya."Kak Cindy?""Aku lihat kamu sangat kesulitan, jadi aku bantu kamu sampai masuk ke dalam mobil," ucap Cindy-istri Artur."Terima kasih, Kak Cindy.""Nay, maafkan Artur. Aku tapi sejak dulu kamu adalah anak yang baik dan aku selalu menasehati Arthur, agar menyayangimu dan berhenti menyalahkan mu atas kesalahan yang tidak pernah kamu perbuat. Namun, hati Arthur keras karena Arta selalu mengatakan hal buruk tentang kamu," ucap Cindy membuat Kanaya terkejut karena ternyata kakak iparnya itu begitu peduli padanya."Aku begitu senang dan terharu saat mendengar Arthur meminta maaf dan mengakui kesalahannya padamu, meskipun waktunya sedikit terlambat. Nay, Jika kamu sedih dan butuh seseorang datanglah ke rumahku," ucap Cindy."Terima kasih, Kak. Aku nggak nyangka Kakak sebaiknya sama aku," ucap Kanaya kembali meneteskan air mata di pipinya."Berhenti menangis, Nay! Kamu wanita kuat kamu pasti bisa menghadapi semua ujian hidup dan kamu akan bahagia setelahnya," ucap Cindy.Kanaya pun kini masuk ke dalam mobil yang sudah ditunggu oleh Salman, Cindy masih terdiam di tempat hingga mobil yang ditumpangi Kanaya pergi meninggalkan gedung bertingkat itu. Sepanjang perjalanan baik Kanaya maupun Salman sama-sama terdiam dengan pemikiran masing-masing, Kanaya menatap bahu jalan dengan pandangan kosong hingga beberapa jam kemudian setelah membelah padatnya Jalan ibukota akhirnya mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah rumah mewah.Kanaya keluar dari mobil dan menatap rumah mewah yang besarnya 3 kali lipat dari rumahnya, ia mengejar langkah panjang Salman hingga mereka tiba di depan sebuah pintu."Assalamualaikum," ucap Salman seraya membuka pintu tersebut."Waalaikumsalam, Papa ...."Kanaya menatap seorang anak perempuan berlari dan memeluk Salman dengan begitu ceria dan nampak sangat rindu pada lelaki tersebut."Papa, siapa dia Kenapa cantik sekali? apa dia ibu peri?" tanya bocah perempuan itu."Dia babysittermu yang baru namanya Kanaya! Kanaya kenalkan ini anakku Syafana. Mulai hari ini kamu yang akan menjaganya 24 jam!" ucap Salman.Deg ....Hati Kanaya begitu terasa sakit saat mengetahui jika ia hanya dianggap sebagai baby sitter bukanlah seorang istri oleh suaminya sendiri, meskipun belum ada cinta di antara mereka. Namun, entah mengapa sangat sakit rasanya."Hai Tante, nanti temani Ana main Barbie dan antar Ana ke sekolah ya," ucap Syafana.Kanaya hanya tersenyum dan mengangguk lalu Salman meminta Syafana masuk ke kamarnya, sementara Kanaya di bawa ke ruang kerja. Kanaya terdiam melihat Salman yang fokus menulis, setelah cukup lama Kanaya menunggu akhirnya Salman menatapnya."Baca dan tandatangani ini!" ucap Salman.Kanaya meraih kertas tersebut dan melebarkan bola matanya saat membaca kata demi kata yang baru saja Salman tulis, ternyata itu sebuah kontrak pernikahan.~ Perjanjian Pernikahan ~1. Pihak lelaki memberi uang satu miliar dalam pernikahan.2. Pihak wanita akan menjaga anak pihak lelaki (Ana) 24 jam dan tidak boleh ada kekerasan.3. Pihak wanita tidak boleh berhubungan dengan lelaki manapun selama masa pernikahan.4. Pihak wanita tidak boleh mencampuri urusan pribadi pihak lelaki.5. Tidak ada kontak fisik apalagi berhubungan suami istri.6. Setelah anak lahir pernikahan selesai tidak ada harta gono gini saat cerai dan hak asuh anak jatuh pada pihak laki-laki.7. Jika pihak wanita melanggar poin 1 sampai 6 maka didenda 2 miliar.~Perjanjian pernikahan dibuat dalam keadaan sadar dan tidak ada pemaksaan~TertandaSalman AlFarizi ---- Alifia Kanaya Abimana."Tuan, ini tidak adil untukku. Kenapa hak asuh jatuh kepada anda?" tanya Kanaya."Karena aku yakin kamu tidak akan mampu mengurus anak itu dan aku tidak mau anakku menjadi anak terlantar. Aku tidak mau mendengar protes, tanda tangani sekarang jika tidak kau harus membayar 2 miliar padaku!" titah Salman.Dengan terpaksa Kanaya pun menandatangani perjanjian pernikahan itu meski tidak menguntungkan baginya. Setelah kontrak itu ditandatangani oleh Kanaya, Salman pun menandatanganinya dan memasukkannya ke dalam laci."Sekarang aku antarkan kamu ke kamarmu!" ucap Salman berdiri lalu berjalan keluar ruang kerjanya.Kanaya mengikuti langkah Salman hingga lelaki berwajah Tampan itu berhenti di depan sebuah pintu kamar dan membukanya lebar-lebar."Ini kamarmu dan di sebelah kamarmu adalah anak kamar anakku, Ana. Satu minggu yang lalu baby sitter-nya resign karena menikah, jadi kedatanganmu di rumah ini sangat tepat. Jangan pernah memperlakukan anakku dengan kasar!" ucap Salman.Kanaya menganggukan kepalanya lalu berjalan masuk ke dalam kamar, saat Salman hendak pergi Kanaya baru ingat jika ia tidak membawa satupun barangnya ke rumah itu."Mas, aku tidak membawa barang-barang ku kesini, apakah ada baju yang bisa aku gunakan? Aku tidak mungkin memakai baju ini semalaman," ucap Kanaya."Mas? Apa
"Kanaya, apa kau sadar apa yang telah kau lakukan?!" teriak Salman dengan suara bariton membuat Kanaya gemetar."Ma-maaf, Om. Aku tidak sengaja," ucap Kanaya.Salman berjalan cepat dan meraih bingkai foto yang kacanya sudah hancur, ia bangkit dan sebelah tangannya langsung mencengkram dagu Kanaya."Apa yang ingin kau lakukan dengan foto ini? Jawab!" "A-aku ti-tidak ingin melakukan apa-apa, aku hanya ingin melihat saja," jawab Kanaya dengan terbata-bata."Kau tidak berhak melihat apalagi memegangnya! Kau sudah merusak foto kesayanganku, sekali lagi kau melakukan itu kau akan tahu seperti apa singa yang mengamuk!" ucap Salman lalu menghempaskan tubuh Kanaya hingga tersungkur di lantai.Lelaki berwajah tampan itu berjalan ke kamar membawa foto pernikahan pertamanya, ia tak peduli dengan keadaan Kanaya yang terjatuh di lantai bahkan tangannya berdarah karena terkena serpihan kaca.Shhh ...Kanaya mencabut serpihan kaca yang menancap di tangannya, tiba-tiba Ana datang membawakan plastik d
"Kanaya, apa yang kau lakukan di sini?"Kanaya menengok kearah sumber suara dan terkejut bisa bertemu dengan teman lamanya di tempat itu, saat ingin menyapa temannya penjual rujak memberitahu jika rujak pesanan Kanaya sudah jadi."Neng, rujaknya sudah jadi," ucap penjual rujak."Oh iya, terima kasih ini uangnya, Pak." Kanaya menerima rujak pesanannya dan membayar pada pedagang itu lalu pandangannya kembali pada orang yang tadi ingin ia sapa."Aslan, kamu ngapain di sini?" tanya Kanaya."Aku mau kasih kejutan ke sepupu kecil aku yang sekolah di sini, kamu sendiri ngapain di sini?" tanya Aslan."Aku juga nganterin anak yang sekolah di sini, ngobrol di sana yuk!" ucap Kanaya sambil menunjuk mobil yang tadi ia tumpangi.Aslan menganggukan kepala lalu mengikuti langkah Kanaya, pria itu adalah teman Kanaya semasa SMA. Semenjak Aslan kuliah di luar negeri mereka hanya sesekali berkomunikasi melalui sosial media."Mobil ini, kenapa aku seperti familiar ya?" gumam Aslan saat Kanaya bersandar d
"Salman," ucap Samuel saat baru masuk ke ruangan sahabatnya."Apa yang ingin kau bicarakan sampai tergesa-gesa kesini?" tanya Salman."Ada apa kemarin kau berkali-kali meneleponku, aku sedang liburan dengan anak dan istriku," ucap Samuel.Salman menghela nafas kasar, kesal dengan sahabatnya itu yang tidak bisa diandalkan saat di butuhkan. Sementara Samuel merasa bersalah tak mengangkat panggilan dari Salman."Kau selalu tidak ada saat aku butuhkan," ucap Salman kecewa."Aku sedang liburan bersama anak dan istri, seharian tak melihat ponsel. Begitu sampai rumah aku baru tahu kau berkali-kali memanggilku. Memangnya ada apa?" tanya Samuel."Aku sudah bertemu dengan gadis yang aku nodai malam itu, tapi keadaanya sedikit rumit. Ia akan dinikahi pria yang sudah beristri dua dan saat bertemu denganku dia sedang mual muntah dan aku curiga dia hamil.""Lantas, apa dia benar-benar hamil?" tanya Samuel."Awalnya aku meneleponmu agar kau bisa memeriksanya secara langsung dia hamil atau tidak, tap
"Gak boleh! Tante cantik gak boleh berhenti jadi baby sitter aku!" ucap Syafana yang sejak tadi mendengar obrolan Aslan dan Kanaya.Kanaya tersenyum mendengar ucapan Syafana, gadis kecil itu lantas memeluk Kanaya. Padahal ini hari pertama mereka bersama, tapi entah mengapa Syafana merasa sangat nyaman bersama Kanaya."Kalau Tante cantik kerja sama om tetap masih bisa ketemu Ana, Kok," bujuk Aslan."Gak boleh, pokoknya Tante cantik harus tetap jadi baby sitter aku." "Aslan, aku akan tetap jadi baby sitter Ana. Masalah kuliah mungkin aku bisa lanjut nanti," ucap Kanaya."Ya aku hanya menawarkan, tapi tak memaksa. Kamu jadi baby sitter Ana pun aku tak masalah kita masih bisa sering bertemu," ucap Aslan."Kamu tahu kan ibuku meninggal saat melahirkan aku, bukankah mamanya Ana juga sama?" tanya Kanaya.Aslan menatap Kanaya dan Syafana bergantian. Benar apa yang di katakan Kanaya, ini bukan hanya kebetulan mungkin mereka di pertemukan karena nasib yang sama."Aku ingin mencoba memberikan k
"Pah, bulan depan aku ulang tahun. Boleh gak kalau pakai gaun yang sama dengan Tante cantik, nanti yang design gaunnya Tante cantik," ucap Syafana."Ana, Sayang. Kan biasanya pakai gaun yang ada di butik bude Saida, di sana gaunnya cantik-cantik Ana bisa pilih yang mana saja," ucap Salman."Tapi aku suka yang di gambar sama Tante cantik, Pah!" ucap Syafana.Salman menatap Kanaya dan menghela nafas singkat, lalu menggendong Syafana membawanya ke meja makan. Berharap Syafana melupakan permintaanya itu, karena jika Syafana dan Kanaya menggunakan gaun dengan motif yang sama saat ulang tahun pasti akan jadi pertanyaan banyak orang."Pah, boleh ga?" Syafana masih bertanya tentang gaun ulang tahun."Nanti kita bahas ya, sekarang makan dulu ya!" ucap Salman.Syafana menganggukan kepala lalu Salman menyendokkan nasi dan lauk pauk ke piring Syafana dengan penuh perhatian."Sayurnya jangan banyak-banyak," protes Syafana."Harus banyak, gizi yang masuk dalam tubuh kamu harus seimbang biar kamu se
"Om, mau apa ke kamar ini?" tanya Kanaya terkejut dengan kedatangan Salman ke kamarnya."Gak usah takut, aku gak akan ngapa-ngapain kamu. Malam itu aku melakukannya di bawah pengaruh obat perangsang, kalau tidak ada obat itu dan dalam keadaan sadar seperti ini aku tak akan bernafsu melihat anak kecil seperti mu, kau bukan seleraku," ucap Salman dengan nada dingin.Kanaya bangkit dari tidurnya, lagi-lagi perkataan Salman tak sadar membuat hati Kanaya terluka. Wanita cantik itu bukan lagi anak kecil dia wanita dewasa dan memiliki pesona, tetapi perkataan Salman seolah mengatakan jika Kanaya sangat tidak menarik dan berharga."Lalu om mau apa malam-malam kesini?" tanya Kanaya."Aku tadi lupa memberitahu mu. Karena aku tidak ingin pernikahan ini diketahui orang-orang, jadi besok saat kau kerumah sakit hanya Samuel dan dokter kandungan yang boleh tahu aku adalah ayah dari bayi itu. Jangan sampai orang luar tahu!" Kanaya mengangguk lemah mendengar ucapan Salman, setelah mengatakan hal itu
"Siapa yang hamil, Nay?" tanya Aslan.Kanaya diam seribu bahasa, ia menggenggam erat buku berwarna merah jambu berserta obat dan vitamin yang ia dapat dari dokter tadi. Andai ia tahu ada Aslan di rumah itu, mungkin buku dan obat itu akan ia simpan di dalam mobil terlebih dahulu.Kanaya tak mungkin mengatakan yang sesungguhnya karena Salman sudah melarangnya, tetapi Kanaya sangat terkejut ketika Aslan tiba-tiba meraih buku berwarna merah jambu tersebut."Ny Alifia K.A suami Salman Alfarizi, Nay apa kamu bisa jelaskan semua ini?" tanya Aslan terkejut membaca nama di sampul buku tersebut."Nay, apakah kamu sedang hamil dan om Salman yang menghamili mu?" Aslan terus memberondong Kanaya dengan pertanyaan yang sulit untuk Kanaya jawab.Kanaya menunduk sedangkan Aslan terus menatapnya dengan nanar, bagaimana mungkin wanita yang selalu ia kagumi dan ia kenal sangat baik serta tak mudah di dekati laki-laki hamil dengan pria yang usianya jauh di atasnya."Maaf Aslan aku ingin istirahat," ucap