Dengan terpaksa Kanaya pun menandatangani perjanjian pernikahan itu meski tidak menguntungkan baginya. Setelah kontrak itu ditandatangani oleh Kanaya, Salman pun menandatanganinya dan memasukkannya ke dalam laci.
"Sekarang aku antarkan kamu ke kamarmu!" ucap Salman berdiri lalu berjalan keluar ruang kerjanya.Kanaya mengikuti langkah Salman hingga lelaki berwajah Tampan itu berhenti di depan sebuah pintu kamar dan membukanya lebar-lebar."Ini kamarmu dan di sebelah kamarmu adalah anak kamar anakku, Ana. Satu minggu yang lalu baby sitter-nya resign karena menikah, jadi kedatanganmu di rumah ini sangat tepat. Jangan pernah memperlakukan anakku dengan kasar!" ucap Salman.Kanaya menganggukan kepalanya lalu berjalan masuk ke dalam kamar, saat Salman hendak pergi Kanaya baru ingat jika ia tidak membawa satupun barangnya ke rumah itu."Mas, aku tidak membawa barang-barang ku kesini, apakah ada baju yang bisa aku gunakan? Aku tidak mungkin memakai baju ini semalaman," ucap Kanaya."Mas? Apa aku tidak salah dengar kau memanggilku dengan sebutan Mas, tadi?" tanya Salman dengan nada dingin.Kanaya mengangguk lemah dan menatap Salman,"Apa tidak boleh?""Jangan panggil aku dengan sebutan itu, hanya Hani yang boleh memanggilku dengan sebutan Mas. Kau dan aku hanya terikat dalam status pernikahan saja, tetapi aku tidak bisa menganggapmu sebagai istri. Kau boleh memanggilku dengan sebutan apa saja asal jangan 'Mas' karena itu panggilan Hani untukku," ucap Salman.Hati Kanaya lagi-lagi terasa teriris, lelaki yang sudah menjadi suaminya menyebut nama wanita lain di hadapannya, meski mereka menikah tanpa cinta. Namun, tetap saja rasanya terasa sakit dan merasa tidak di hargai sama sekali."Siapa Hani, apa dia istri suamiku?" gumam Kanaya dalam hati."Untuk bajumu di dalam ada seragam dan baju tidur baby sitter, kamu pakai itu saja dulu. Besok aku akan belikan baju dan keperluan mu yang baru," ucap Salman lalu pergi meninggalkan Kanaya.Kanaya menghela nafas lalu menutup pintu kamar, ia membuka lemari di kamar itu dan meraih salah satu baju tidur yang ada di sana. Tanpa membuang waktu Kanaya mandi dan membersihkan tubuhnya lalu menggunakan baju tidur itu, setelah itu ia duduk di ujung ranjang dan menatap fotonya bersama sang ayah yang ada di dalam ponsel."Kenapa jadi seperti ini nasibku setelah ayah pergi? Bukan seperti ini pernikahan yang aku dambakan, apa aku bisa menjalani semua ini, apa aku bisa memberikan anak ini padanya setelah ia lahir?" ucap Kanaya kembali menangis.Mata gadis itu sudah bengkak, entah sudah berapa kali ia menangis hari ini. Sudah jatuh tertimpa tangga mungkin itu pepatah yang tepat untuk Kanaya, ia mengalami kemalangan demi kemalangan setelah di tinggal orang yang paling ia sayang.Dulu ayahnya selalu menceritakan kisah cinta masa lalu dengan ibunya, hingga membuat Kanaya berharap merasakan keharmonisan dan cinta yang besar seperti yang ayahnya berikan pada sang ibu. Namun, kenyataan di depan matanya saat ini sangat jauh berbeda dengan harapan. Ia tak di anggap istri, pernikahan nya hanya untuk melunasi hutang dan melahirkan anak untuk suaminya karena setelah anak itu lahir Kanaya harus siap berpisah dengannya.Lelah menangis, akhirnya Kanaya pun tertidur di kamar tersebut hingga suara adzan subuh berkumandang membangunkan Kanaya. Rasa mual kembali melanda, wanita cantik itu langsung berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya."Ya Tuhan, jadi seperti ini rasanya mengidam. Sampai kapan aku mual muntah seperti ini?" gumam Kanaya.Perutnya kembali terasa kosong, ia mengoleskan minyak angin di perut, leher, dan kepala seperti biasa. Lalu berjalan keluar kamar untuk mencari letak dapur karena ingin membuat minuman hangat berharap bisa meredakan rasa mualnya."Kamu siapa?" tanya seorang wanita paruh baya melihat Kanaya berjalan di tengah rumah tersebut."Saya istri eh baby sitter baru di rumah ini," ucap Kanaya.Kanaya terpaksa mengakui dirinya sebagai baby sitter karena ia yakin Salman tak akan mengakuinya sebagai istri."Oh baby sitter baru non Ana. Mau ngapain pagi-pagi? Sepertinya sedang ada yang di cari?" tanya wanita paruh baya itu."Saya cari dapur, ingin buat teh manis hangat," jawab Kanaya."Oh ayo, sama saya. Kenalin saya Imah asisten rumah tangga yang sudah 10 tahun kerja di sini, tapi kerjaan saya cuma masak dan beresin kamar Tuan Salman aja," ucap Bi Imah."Nama saya Naya, Bi Imah sudah lama kerja di sini sudah kenal sifat Tuan Salman dong. Dia galak ya, Bi?" tanya Kanaya.Mereka berjalan menuju dapur sesampainya di dapur Bi Imah memberikan gula serta teh untuk Kanaya dan menceritakan sedikit tentang Salman."Sebenarnya dulu Tuan Salman itu orang yang sangat baik, tapi semenjak istrinya meninggal setelah melahirkan non Ana dia jadi berubah pendiam, dingin, dan kelihatan galak," ucap Bi Imah."Jadi Tuan Salman duda, berapa usianya sekarang ?" tanya Kanaya."Iya, sudah 5 tahun duda, usianya sekarang 35 tahun. Padahal Bu Saida-kakaknya tuan Salman beberapa kali mengenalkan tuan Salman sama perempuan cantik, tapi selalu di tolak. Dia bilang tidak mau menikah lagi karena cintanya hanya untuk nyonya Hani," ucap Bi Imah.Kanaya menghela nafasnya, terjawab sudah pertanyaan di kepalanya ternyata nama wanita yang di sebut oleh suaminya tadi malam adalah nama wanita yang sangat ia cintai. Sungguh bersaing dengan orang yang sudah tiada, tetapi namanya selalu abadi itu sangatlah sulit.Bi Imah menjelaskan apa saja kegiatan Ana yang harus Kanaya dampingi selama seharian, wanita paruh baya itu pun menceritakan tentang Ana yang mudah dekat dengan baby sitter nya dan selalu sopan."Kalau gitu sekarang aku bangunin Ana dulu ya, Bi," ucap Kanaya setelah meminum teh manis hangat dan rasa mualnya mulai reda.Bi Imah mengangguk, Kanaya pun berjalan menuju kamar Syafana gadis kecil yang selalu di sebut Ana. Namun, pandangan Kanaya tiba-tiba teralihkan pada sebuah foto pernikahan di dalam bingkai yang di pajang di atas meja. Kanaya menarik foto itu dan memandanginya."Jadi ini yang namanya Hani. cantik pantas saja suamiku tak bisa melupakannya," gumam Kanaya seraya memandang foto pernikahan Salman dengan wanita berhijab yang terlihat sangat cantik."Hei apa yang kau lakukan di situ?lancang sekali kau menyentuh barang-barang ku!" ucap Salman dengan suara bariton nya membuat Kanaya terkejut.Karena terkejut, bingkai foto yang sedang ia pegang pun terlepas dari tangannya hingga jatuh ke lantai dan pecah berserakan.Prank ...Suara pecahan kaca dari bingkai foto itu membuat Kanaya semakin terkejut dan Salman terlihat sangat marah."Kanaya, apa kau sadar apa yang baru saja kau lakukan?" bentak Salman dengan tatapan tajamnya."Kanaya, apa kau sadar apa yang telah kau lakukan?!" teriak Salman dengan suara bariton membuat Kanaya gemetar."Ma-maaf, Om. Aku tidak sengaja," ucap Kanaya.Salman berjalan cepat dan meraih bingkai foto yang kacanya sudah hancur, ia bangkit dan sebelah tangannya langsung mencengkram dagu Kanaya."Apa yang ingin kau lakukan dengan foto ini? Jawab!" "A-aku ti-tidak ingin melakukan apa-apa, aku hanya ingin melihat saja," jawab Kanaya dengan terbata-bata."Kau tidak berhak melihat apalagi memegangnya! Kau sudah merusak foto kesayanganku, sekali lagi kau melakukan itu kau akan tahu seperti apa singa yang mengamuk!" ucap Salman lalu menghempaskan tubuh Kanaya hingga tersungkur di lantai.Lelaki berwajah tampan itu berjalan ke kamar membawa foto pernikahan pertamanya, ia tak peduli dengan keadaan Kanaya yang terjatuh di lantai bahkan tangannya berdarah karena terkena serpihan kaca.Shhh ...Kanaya mencabut serpihan kaca yang menancap di tangannya, tiba-tiba Ana datang membawakan plastik d
"Kanaya, apa yang kau lakukan di sini?"Kanaya menengok kearah sumber suara dan terkejut bisa bertemu dengan teman lamanya di tempat itu, saat ingin menyapa temannya penjual rujak memberitahu jika rujak pesanan Kanaya sudah jadi."Neng, rujaknya sudah jadi," ucap penjual rujak."Oh iya, terima kasih ini uangnya, Pak." Kanaya menerima rujak pesanannya dan membayar pada pedagang itu lalu pandangannya kembali pada orang yang tadi ingin ia sapa."Aslan, kamu ngapain di sini?" tanya Kanaya."Aku mau kasih kejutan ke sepupu kecil aku yang sekolah di sini, kamu sendiri ngapain di sini?" tanya Aslan."Aku juga nganterin anak yang sekolah di sini, ngobrol di sana yuk!" ucap Kanaya sambil menunjuk mobil yang tadi ia tumpangi.Aslan menganggukan kepala lalu mengikuti langkah Kanaya, pria itu adalah teman Kanaya semasa SMA. Semenjak Aslan kuliah di luar negeri mereka hanya sesekali berkomunikasi melalui sosial media."Mobil ini, kenapa aku seperti familiar ya?" gumam Aslan saat Kanaya bersandar d
"Salman," ucap Samuel saat baru masuk ke ruangan sahabatnya."Apa yang ingin kau bicarakan sampai tergesa-gesa kesini?" tanya Salman."Ada apa kemarin kau berkali-kali meneleponku, aku sedang liburan dengan anak dan istriku," ucap Samuel.Salman menghela nafas kasar, kesal dengan sahabatnya itu yang tidak bisa diandalkan saat di butuhkan. Sementara Samuel merasa bersalah tak mengangkat panggilan dari Salman."Kau selalu tidak ada saat aku butuhkan," ucap Salman kecewa."Aku sedang liburan bersama anak dan istri, seharian tak melihat ponsel. Begitu sampai rumah aku baru tahu kau berkali-kali memanggilku. Memangnya ada apa?" tanya Samuel."Aku sudah bertemu dengan gadis yang aku nodai malam itu, tapi keadaanya sedikit rumit. Ia akan dinikahi pria yang sudah beristri dua dan saat bertemu denganku dia sedang mual muntah dan aku curiga dia hamil.""Lantas, apa dia benar-benar hamil?" tanya Samuel."Awalnya aku meneleponmu agar kau bisa memeriksanya secara langsung dia hamil atau tidak, tap
"Gak boleh! Tante cantik gak boleh berhenti jadi baby sitter aku!" ucap Syafana yang sejak tadi mendengar obrolan Aslan dan Kanaya.Kanaya tersenyum mendengar ucapan Syafana, gadis kecil itu lantas memeluk Kanaya. Padahal ini hari pertama mereka bersama, tapi entah mengapa Syafana merasa sangat nyaman bersama Kanaya."Kalau Tante cantik kerja sama om tetap masih bisa ketemu Ana, Kok," bujuk Aslan."Gak boleh, pokoknya Tante cantik harus tetap jadi baby sitter aku." "Aslan, aku akan tetap jadi baby sitter Ana. Masalah kuliah mungkin aku bisa lanjut nanti," ucap Kanaya."Ya aku hanya menawarkan, tapi tak memaksa. Kamu jadi baby sitter Ana pun aku tak masalah kita masih bisa sering bertemu," ucap Aslan."Kamu tahu kan ibuku meninggal saat melahirkan aku, bukankah mamanya Ana juga sama?" tanya Kanaya.Aslan menatap Kanaya dan Syafana bergantian. Benar apa yang di katakan Kanaya, ini bukan hanya kebetulan mungkin mereka di pertemukan karena nasib yang sama."Aku ingin mencoba memberikan k
"Pah, bulan depan aku ulang tahun. Boleh gak kalau pakai gaun yang sama dengan Tante cantik, nanti yang design gaunnya Tante cantik," ucap Syafana."Ana, Sayang. Kan biasanya pakai gaun yang ada di butik bude Saida, di sana gaunnya cantik-cantik Ana bisa pilih yang mana saja," ucap Salman."Tapi aku suka yang di gambar sama Tante cantik, Pah!" ucap Syafana.Salman menatap Kanaya dan menghela nafas singkat, lalu menggendong Syafana membawanya ke meja makan. Berharap Syafana melupakan permintaanya itu, karena jika Syafana dan Kanaya menggunakan gaun dengan motif yang sama saat ulang tahun pasti akan jadi pertanyaan banyak orang."Pah, boleh ga?" Syafana masih bertanya tentang gaun ulang tahun."Nanti kita bahas ya, sekarang makan dulu ya!" ucap Salman.Syafana menganggukan kepala lalu Salman menyendokkan nasi dan lauk pauk ke piring Syafana dengan penuh perhatian."Sayurnya jangan banyak-banyak," protes Syafana."Harus banyak, gizi yang masuk dalam tubuh kamu harus seimbang biar kamu se
"Om, mau apa ke kamar ini?" tanya Kanaya terkejut dengan kedatangan Salman ke kamarnya."Gak usah takut, aku gak akan ngapa-ngapain kamu. Malam itu aku melakukannya di bawah pengaruh obat perangsang, kalau tidak ada obat itu dan dalam keadaan sadar seperti ini aku tak akan bernafsu melihat anak kecil seperti mu, kau bukan seleraku," ucap Salman dengan nada dingin.Kanaya bangkit dari tidurnya, lagi-lagi perkataan Salman tak sadar membuat hati Kanaya terluka. Wanita cantik itu bukan lagi anak kecil dia wanita dewasa dan memiliki pesona, tetapi perkataan Salman seolah mengatakan jika Kanaya sangat tidak menarik dan berharga."Lalu om mau apa malam-malam kesini?" tanya Kanaya."Aku tadi lupa memberitahu mu. Karena aku tidak ingin pernikahan ini diketahui orang-orang, jadi besok saat kau kerumah sakit hanya Samuel dan dokter kandungan yang boleh tahu aku adalah ayah dari bayi itu. Jangan sampai orang luar tahu!" Kanaya mengangguk lemah mendengar ucapan Salman, setelah mengatakan hal itu
"Siapa yang hamil, Nay?" tanya Aslan.Kanaya diam seribu bahasa, ia menggenggam erat buku berwarna merah jambu berserta obat dan vitamin yang ia dapat dari dokter tadi. Andai ia tahu ada Aslan di rumah itu, mungkin buku dan obat itu akan ia simpan di dalam mobil terlebih dahulu.Kanaya tak mungkin mengatakan yang sesungguhnya karena Salman sudah melarangnya, tetapi Kanaya sangat terkejut ketika Aslan tiba-tiba meraih buku berwarna merah jambu tersebut."Ny Alifia K.A suami Salman Alfarizi, Nay apa kamu bisa jelaskan semua ini?" tanya Aslan terkejut membaca nama di sampul buku tersebut."Nay, apakah kamu sedang hamil dan om Salman yang menghamili mu?" Aslan terus memberondong Kanaya dengan pertanyaan yang sulit untuk Kanaya jawab.Kanaya menunduk sedangkan Aslan terus menatapnya dengan nanar, bagaimana mungkin wanita yang selalu ia kagumi dan ia kenal sangat baik serta tak mudah di dekati laki-laki hamil dengan pria yang usianya jauh di atasnya."Maaf Aslan aku ingin istirahat," ucap
"Apa kau sudah tidak menganggap aku sebagai kakak hingga kau menikah tanpa memberitahuku, Salman?" tanya Saida."Kakak tahu dari mana aku sudah menikah?" tanya Salman."Tidak penting tahu dari siapa, yang penting aku sudah tahu semuanya, bahkan aku tahu wanita ini sedang hamil anakmu!" ucap Saida.Salman dan Kanaya terkejut mendengar ucapan Saida, lalu mereka berjalan ke ruang tamu. Saida ingin menyidang Salman, sementara Kanaya menebak wanita paruh baya itu pasti tahu semua dari Aslan karena hanya Aslan yang mengetahui semuanya.Saida meminta Aslan mengajak Syafana bermain agar tak mendengar ucapan orang-orang dewasa yang berpotensi menjadi keributan."Salman, apapun alasanmu menikahinya tak pantas kau memperlakukannya seperti itu," ucap Saida."Seperti apa maksud kakak, kenapa Kakak datang dan langsung menghakimiku?" tanya Salman keheranan."Kau hanya menganggapnya sebagai baby sitter, kan?""Dari mana kakak tahu?""Aslan yang menceritakan semuanya padaku. Aku tak menyangka dunia be