"Mah, Mamah, Bangun!" ucap Antony terkejut melihat sang istri yang tiba-tiba pingsan.Ia mengangkat tubuh sang istri keatas tempat tidur Agni dan meminta Agni menelpon dokter, selama menunggu dokter datang Antony mencoba membangunkan sang istri dengan minyak angin."Ini semua gara-gara kamu, Agni. Kalau sampai terjadi apa-apa pada mamamu, kau harus tanggung jawab!" ucap Antony."Kok aku sih?!""Ya, karena kamu penyebab semua masalah!" ucap Antony.Tak lama kemudian dokter datang dan Mirna pun bangun dan di beri obat, wanita paruh baya itu masih merasa pusing dan memegangi kepalanya."Tekanan darah Bu Mirna cukup tinggi ya, itu sebabnya sampai pingsan. Ini saya beri obat penurun darah, di minum setiap hari ya, Bu." "Selama ini tekanan darah istri saya selalu normal, Dok. Kenapa bisa tiba-tiba tinggi?" tanya Antoni."Bisa jadi dari pengaruh makanan. Mungkin Bu Mirna belakangan ini sering makan makanan yang mengandung garam tinggi, bisa jadi juga karena sedang memikirkan hal yang berat,
Aslan dan Hafsa berjalan keluar, mereka ingin memastikan siapa yang datang dan ingin bertemu dengan Hafsa. Setelah sampai di ruang tamu, Hafsa hanya bisa menghela nafas kasar setelah melihat wanita paruh baya duduk di sofa."Ada urusan apa Anda ingin bertemu saya?" tanya Hafsa tanpa basa-basi setelah duduk di hadapan Mirna."Sha, mama hanya ingin melihat keadaanmu saja," ucap Mirna."Hah ... Sejak kapan kamu peduli pada keadaanku?" ucap Hafsa terkejut di iringi senyuman tak percaya.Aslan hanya diam di samping sang istri tak berkata apapun, tetapi dalam hati dan pikirannya ia sudah bisa menebak apa yang membawa wanita itu datang ke rumahnya."Tidak perlu berbohong sebab aku sudah tahu sifatmu, jadi katakan saja apa yang kamu mau sampai mendatangiku di sini?" tanya Hafsa."Ehm ... Sebelumnya mama minta maaf pada kamu dan suami kamu. Mama mohon pada Aslan, tolong jangan cabut investasi pada perusahaan kami dan tolong lupakan apa yang sudah Agni perbuat. Walau bagaimanapun dia tetap adik
"Assalamualaikum, acaranya belum di mulai kan? Maaf ya aku telat datang.""Waalaikumsalam, belum kok masih nunggu ustadzah datang," ucap Hafsa."Lagian kamu kemana dulu?" tanya Aslan."Ada urusan di luar sebentar, Kak." Ternyata yang datang tergesa-gesa itu adalah Aisy, sebelum ke rumah kakaknya yang baru gadis itu ke toko bunga milik mama temannya untuk memesan karangan bunga.Karangan bunga yang cantik dan besar dari Aisy pun menghiasi depan rumah Aslan dan Hafsa. Tak lama kemudian ustadzah datang bersama beberapa anak yatim dan piatu."Berapa banyak undang anak yatim piatu?" tanya Saida."Aku undang seratus orang, tapi yang datang kayanya gak sampai seratus," jawab Hafsa seraya memperhatikan rombongan anak yatim piatu yang di bawa ustadzah."Nanti kalau bingkisannya sisa banyak kita bagikan di jalan aja, banyak gelandang yang juga membutuhkan," ucap Aslan.Hafsa dan Saida menganggukan kepala, pengajian pun di mulai. Ustadzah mulai membaca kan doa-doa, agar rumah yang di tempati As
"Hei, Kenapa kamu bisa bicara seperti itu? Aku tidak melihat bayangan siapapun pada dirimu," ucap Aslan."Maaf, tapi aku takut kamu menikahi aku bukan karena jatuh cinta padaku melainkan melihat bayangan orang lain dalam diriku," ucap Hafsa.Aslan menghela nafas, lalu membawa Hafsah ke balkon kamar dan memeluknya dari belakang. Mereka berdiri dan menatap halaman rumah yang menampakan keindahan matahari di waktu senja. "Jangan pernah berpikir seperti itu, Kanaya dan kamu memang sama-sama wanita malang. Kanaya malang dan lemah, sementara kamu begitu tegar dan kuat menghadapi kemalangan hidup. Aku jatuh cinta pada sikapmu yang tegar bukan karena melihat bayangan siapapun dalam dirimu, aku murni jatuh cinta padamu, Hafsa.""Aku takut semua ini hanya cinta semu, Mas. Sebab namamu mulai mengisi hatiku, aku takut saat hatiku sudah sepenuhnya milikmu aku kecewa karena ternyata hatimu bukan milikku," ucap Hafsa."Apa yang harus aku lakukan agar membuatmu percaya jika hatiku sepenuhnya milikmu
"Kurang ajar, siapa yang berani mengirim ini?!" ucap Aslan emosi saat melihat isi di dalam bingkisan."Sudahlah, Mas. Cuma hal kaya gini gak usah di pikirin," ucap Hafsa hendak membuang barang tersebut.Dalam bingkisan tersebut ternyata berisi foto pernikahan Aslan dan Hafsa, tetapi sudah digunting-gunting. Ada juga foto Hafsa sedang sendiri dan diberi tanda merah seperti darah.Aslan merasa itu adalah ancaman untuk istrinya, tetapi Hafsa tidak terlalu memperdulikan ancaman tersebut. Teror seperti itu bukan pertama kali ia alami, dulu saat sekolah SMA pun ia pernah dibully dan diberi teror seperti itu."Kenapa kamu bisa sangat santai menghadapi hal seperti ini, jelas-jelas ini adalah ancaman untuk kamu, Sayang." "Aku sudah tidak takut dengan ancaman seperti ini, dulu juga waktu sekolah pernah mendapat ancaman seperti ini," ucap Hafsa sambil tersenyum."Benarkah? Lalu apa yang terjadi padamu?" tanya Aslan.Hafsa pun menceritakan kepada sang suami, dulu ia bersahabat dengan salah satu
Sama halnya dengan orang tua Agni. Orang tua Feli pun terkena imbas atas perbuatan anaknya, Aslan menarik sebagian investasi untuk perusahaan orang tua Feli. Tentu hal ini di lakukan setelah berdiskusi dengan ayahnya, Aslan tidak akan mengambil keputusan besar menyangkut perusahaan dengan sembarangan.Sementara ayah Feli kini sangat marah setelah mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh anaknya, dia menelepon Feli dan meminta Gadis itu untuk datang ke kantornya. Sesampainya Feli datang ke kantor sang ayah, ia langsung dimarahi habis-habisan oleh ayahnya tersebut."Dasar anak bodoh! Sudah kubilang jangan pernah berani mengganggu Tuan Aslan. Kau pernah diusir saat pesta pernikahannya, sekarang malah berolahraga kembali hingga membuat dia mencabut sebagian investasinya perusahaan kita!" ucap Fernando."Papa bicara apa sih? Aku nggak ngerti. Aku tidak merasa mengganggu Aslan, kenapa Papa tiba-tiba menyalahkan aku!?""Tidak mengganggu katamu? Lalu ini apa?!" ucap Fernando seraya memutar r
"Buka aja," ucap Aslan.Hafsa membuka kotak kecil yang di berikan oleh sang suami, setelah melihat isinya ia masih bingung karena hanya beberapa lembar kertas saja. Hafsa melihat kertas tersebut dan menatap Aslan dengan mata berkaca-kaca."Tiket pesawat ke Paris?" tanya Hafsa."Kado dari mama dan papa untuk pernikahan kita, mereka juga sudah booking hotel untuk kita bulan madu ke Paris," ucap Aslan."Tapi, aku tidak bunga pasport, Mas. Gimana mau perjalanan ke luar negeri," ucap Hafsa."Semua sudah beres di urus sama papa, kita tinggal duduk manis di pesawat dan menikmati bulan madu di Paris nanti," ucap Aslan.Hafsa tak bisa berkata apa-apa lagi, memang jika banyak uang semua urusan jadi mudah. Selama ini Hafsa tak pernah bermimpi akan bisa liburan keluar negeri, itu sebabnya ia tidak punya paspor.Hafsa begitu senang ketika tahu kedua mertuanya yang sudah menyiapkan segalanya untuk ia dan suami berbulan madu ke negara yang terkenal romantis itu.Mereka berangkat bukan madu beberapa
"Kamu cinta terakhirku, Hafsa Kalimatunnisa," ucap Aslan lalu mencium pucuk kepala sang istri.Mereka beristirahat setelah perjalanan 16 jam dari Indonesia ke Paris, Prancis. Meskipun rasa lelah itu telah terbayar dengan indahnya pemandangan di joget tersebut. Namun, Aslan ingin mereka istirahat sebelum melakukan tour ke negara tersebut."Sayang, aku laper. Kita keluar yuk cari makan," ucap Aslan membangunkan Hafsa yang masih terlelap dalam tidurnya."Emang gak bisa pesan makanan hotel aja, Mas?" tanya Hafsa seraya mengucek matanya."Bisa sih, tapi aku ingin berjalan kaki sambil mencari makanan di sini denganmu," ucap Aslan."Ya sudah kalau gitu aku mandi dan ganti pakaian dulu," ucap Hafsa.Aslan menganggukan kepala, Hafsa pun masuk ke dalam kamar mandi dan betapa terkejutnya ia setelah selesai mandi saat keluar tidak ada Aslan di kamar malah ada dua wanita asing."Siapa kalian? Kenapa ada di kamarku?" tanya Hafsa terkejut."Nona jangan takut, kamu adalah MUA dan hair stylist yang di