"Amel," ucap Hafsa mengenali pegawai toko furniture itu."Ngapain kamu di sini, Sha?" tanya wanita bernama Amelia itu."Aku–""Pasti kamu mau kerja di rumah ini ya? Jadi apa, tukang bersih-bersih?" tanya wanita itu sambil mengejek menyela ucapan Hafsa.Aslan yang mendengar hal itu menatap wanita tersebut dengan tatapan tidak suka, lalu ia menarik tubuh Hafsa hingga menempel padanya."Sasha adalah istriku, Nyonya di rumah ini. Kamu datang kesini untuk menawarkan barang, bukan untuk bertanya tidak sopan pada istriku!" ucap Aslan.Wanita itu terkejut mendengar ucapan pria tampan di hadapannya, ia menelan saliva nya saat melihat Hafsa di rangkul dengan mesra dan mendapat pembelaan dari lelaki tersebut."Maaf, Tuan. Saya tidak tahu, silakan Tuan dan Nyonya pilih barang yang ingin di beli," ucap Amel menyodorkan katalog pada Aslan.Aslan menerimanya dan langsung melihat isinya bersama Hafsa, ia menyerahkan semua keputusan di tangan sang istri. Barang seperti apa yang akan di beli untuk meng
"Dia kembali berdiri." Aslan menunjuk benda pusakanya yang kembali menegang. Hafsa membelalakkan matanya dan langsung menutup wajah saat melihat benda yang ditunjuk oleh sang suami, baru pertama kali wanita itu melihat milik lelaki seperti itu. Rupanya jamu yang diberikan oleh mamanya kembali bereaksi dan Aslan pun meminta sang istri untuk kembali melayaninya."Sepertinya dia minta nambah, Sha," ucap Aslan."Nambah apa, Mas?" tanya Hafsa."Nambah yang seperti tadi di kamar itu, surga dunia masa nggak ngerti sih!" Hafsah melebarkan bola matanya mendengar ucapan sang suami, belum hilang rasa perih bagian intinya, tetapi harus melakukan hal itu lagi. Namun, lagi-lagi Hafsa tidak berani menolak permintaan sang suami, Mereka pun melakukan penyatuan kembali dan mengulang adegan tersebut. Hafsa benar-benar di buat kelelahan oleh stamina Aslan dan Aslan menyesal meminum jamu yang di berikan sang mama padanya."Mas, apakah kamu kuat yang di berikan mama padamu?" tanya Hafsa."Sepertinya iy
"Ada apa, Sha?" tanya Aslan."Aku mau coba gaun yang itu, tapi kebetulan dia juga mau. Cuma gara-gara itu dia menghina aku perempuan kampungan yang gak cocok pake gaun itu," ucap Hafsa.Mendengar ucapan sang istri Aslan pun menatap wanita di hadapannya dengan tajam seperti seekor singa yang siap memangsa. Sementara wanita di hadapan Aslan yang ternyata Feli begitu terkejut mengetahui wanita yang berebut gaun dengannya adalah istri Aslan."Sudah, Sha. Lebih baik kamu pilih gaun lain yang lebih cocok untukmu, yuk ikut mama," ucap Saida menarik sang menantu menjauh dari Feli.Wanita paruh baya itu tak ingin ada keributan di butik milik temannya itu, sehingga ia pun memilih menenangkan anak dan menantunya agar tidak berdebat dengan Feli. Aslan mengikuti langkah mama dan istrinya hingga akhirnya mama nya menunjuk sebuah gaun berwarna putih tulang dengan model ball gown, payet-payet halus memenuhi gaun terlihat seperti taburan bintang dan bagian dada gaun terdapat tambahan kain berbentuk ku
"Ada apa ini?" tanya Lingga pada security."Tuan Lingga, security ini kurang ajar. Dia tidak mengizinkan anak saya masuk!" ucap seorang pria paruh baya yang bernama Fandy.Saida melihat Feli yang sudah berdandan cantik memakai gaun yang pernah di perebutkan dengan Hafsa beberapa hari lalu, gadis itu datang bersama ayah dan ibunya. Namun, di larang masuk oleh security dan hal itu membuat mereka kesal hingga terjadi keributan."Tuan Aslan yang memerintahkan saya, dia bilang jika ada wanita bernama Feli maka di larang masuk ke acara pesta," ucap Security.Aslan bahkan memberikan foto Feli kepada security agar tak salah mengenali orang, mendengar hal itu dari security Feli dan keluarganya sangat kesal. Mereka tidak menyangka jika Aslan melakukan hal itu padanya, sementara Saida hanya tersenyum tipis, ia merasa apa yang di lakukan Aslan sudah benar. "Jika Aslan yang memerintahkan seperti itu maka saya tidak bisa berbuat apa-apa," ucap Lingga."Tapi Tuan, Anda papa nya bukankah Anda bisa m
"Aku gak mau pakai baju ini, Mas. Emangnya gak ada baju lain ya?" tanya Hafsa."Emangnya kenapa?" tanya Aslan.Hafsa menggelengkan kepalanya dan meletakan paperbag itu diatas nakas, Aslan lalu melihat isi paperbag itu dan mengeluarkan baju tersebut.Aslan tersenyum setelah tahu baju apa yang di persiapkan sang mama untuk menantu nya, ia tetap meminta Hafsa memakai baju tersebut."Pakai, Sha. Kamu pasti akan terlihat sangat seksi dengan lingerie ini," ucap Aslan."Tapi aku malu, Mas.""Kenapa harus malu, aku bahkan sudah melihat seluruh tubuhmu tanpa penutup," ucap Aslan."Mas, ih!" Hafsa merasa malu saat Aslan membahas itu, wajahnya merona dan ia menarik paperbag tersebut lalu di bawa kedalam kamar mandi. Mau tak mau ia harus memakai baju itu karena tidak ada baju lainnya, tidak mungkin ia tidur dengan menggunakan gaun pengantin.Aslan menghela nafas saat melihat sang istri telah memasuki kamar mandi, ia merebahkan tubuhnya diatas kasur dengan mata menatap kosong langit-langit kamar
"Papamu di culik Tuan Aditya. Mereka bilang akan membebaskan bapakmu jika kamu yang datang kepada Tuan Aditya," ucap istri Antoni melalui sambungan telepon.Hafsa menghela nafas, Aditya adalah lelaki paruh baya yang hampir saja menikahinya. Untungnya Aslan datang tepat waktu sehingga pernikahan itu tidak pernah terjadi, mendengar juga Anthony kini diculik oleh orang-orang suruhan lelaki itu Hafsa pun tidak ingin peduli."Sha tolong, walau bagaimanapun dia adalah papamu. Bebaskanlah dia dari Tuan Aditya."Hafsa menghela nafas dan mematikan sambungan telepon itu, ia tak ingin mendengar lagi istri dari ayahnya merengek kepadanya. Sementara Aslan mengerutkan keningnya dan menatap Hafsa."Kenapa dimatikan?" tanya Aslan."Aku tak ingin mendengar dia merengek lagi, kalau aku datang ke Tuan Aditya untuk membebaskan. Apa kamu bisa membayangkan situasi di sana, Mas?" tanya Hafsa.Aslan menganggukkan kepala, bukan hal yang baru bagi Aslan dengan penculikannya seperti itu. Aslan pun berpikir jika
"Kenapa Hafsa begitu beruntung mendapatkan lelaki seperti Aslan? Dia tidak pantas untuk mendapatkan Aslan," ucap Agni.Mirna memandang wajah sang anak, ia tahu jika putrinya itu sedang iri kepada kakaknya. Meskipun Hafsa bukan anak yang terlahir dari rahim Mirna, tetapi Hafsa adalah anak pertama Antony jadi di sebut sebagai saudara satu ayah dengan Agni dan Alex."Sekarang yang Mama pikirkan bagaimana cara membebaskan Papamu dulu, dia satu-satunya tulang punggung keluarga," ucap Mirna."Hafsa harusnya mau menemui tuan Aditya. Jika dia menyerahkan diri pada Tuan Aditya kan papa pasti bebas, Aslan juga sendiri," ucap Agni."Lalu apa yang kau lakukan jika Aslan sendiri, Kak?" tanya Alex dengan mengangkat sebelah alisnya."Ya mungkin aku akan berusaha mendekatinya, aku lebih cantik dari Hafsa," ucap Agni dengan begitu percaya diri."Mama sudah bilang, pikirkan cara membebaskan papa mu dulu. Baru pikirkan hal yang lain," ucap Mirna.Agni menghela nafas, mereka bertiga pun mencoba memikirka
"Mau ke mana kamu, Agni? Gak biasanya pagi-pagi sudah berpakaian rapi seperti itu," ucap Mirna saat mereka sedang sarapan pagi. "Aku mau melamar kerja," jawab Agni singkat."Mau melamar kerja di mana kamu? Kuliah saja belum selesai," ucap Antony."Lagian ada angin apa sih, Kak. Kuliah aja males ini sok-sokan mau kerja," ucap Alex.Agni tidak menanggapi ucapan papa, mamah, dan adiknya. Ia mengambil 2 potong roti lalu dioleskan dengan selai coklat, setelah menghabiskan roti tersebut Ia pun meminum susu yang sudah tersedia di atas meja makan. Tanpa banyak bicara ia langsung keluar dari rumah dan mengendarai mobilnya, hal itu membuat Antony Mirna, dan Alex merasa keheranan."Mirna, kamu awasi Agni jangan sampai dia berbuat macam-macam di luar sana!" ucap Antony seraya membenarkan jasnya. "Iya, Mas. Aku yakin Agni enggak kan macam-macam, selama ini dia juga tidak pernah berulah kan!" ucap Mirna."Aku khawatir dengan ucapannya tadi malam, aku takut dia mencari masalah dengan Aslan dan Ha