"Apa itu?" gumam Kanaya saat berada di depan kontrakannya.Wanita cantik itu berjongkok untuk mengambil sebuah goodie bag yang terdapat di depan pintu kontrakan. Saat melihat isinya ternyata itu adalah sebuah kotak makan.Kanaya lalu membuka pintu kontrakan dan melihat isi dari kotak makanan itu, di atasnya ada sebuah kertas dengan tulisan tangan."Pasti dari Salman lagi," gumam Kanaya.Benar saja kotak makanan itu dikirim oleh sang suami untuknya, Kanaya pun membaca tulisan di kertas tersebut.~Setiap pagi, siang, dan sore akan ada makanan untukmu. Aku tidak ingin kamu telat makan atau makan sembarangan yang bisa mengganggu kesehatan. Kau harus tetap sehat dan cantik, Sayang.~"Andai dari dulu kamu seperti ini, mungkin luka di hatiku tidak akan sedalam ini dan aku masih bersama dengan kalian sekarang," ucap Kanaya.Meskipun sebenarnya kesal, tetapi karena lapar Kanaya pun memakan makanan tersebut. Tidak ada kegiatan yang bisa ia lakukan setelah selesai bekerja dan sendiri di dalam
"Apa ini, Non?" tanya Bi Imah."Itu asi yang sudah aku peras selama beberapa hari, Mungkin cukup untuk Saddam selama beberapa hari di rumah," ucap Kanaya."Terima kasih, Kanaya. Itu akan sangat membantu Sadam. Dia benar-benar anak lelaki yang hebat seperti tidak kenyang-kenyang minum susu formula," ucap Salman.Kanaya menghela nafas tidak ingin mendengar ucapan Salman, ia tidak ingin hatinya goyah dan tetap mengusir mereka dari tempat tinggalnya saat ini."Kalian bisa pulang sekarang!" ucap Kanaya."Tante nggak mau pulang ke rumah kita yang dulu?" tanya Syafana."Itu rumah kamu bukan rumah tante, rumah tante di sini," ucap Kanaya."Aku ingin dibacakan dongeng dan diajari PR lagi sama tante," ucap Syafana."Ana kan sudah besar, harusnya tidur tidak perlu dibacakan dongeng lagi dan sudah bisa mengerjakan PR sendiri," ucap Kanaya."Tapi aku kangen pengen main sama tante," ucap Syafana."Ana, tante kenanya tidak bisa pulang ke rumah kita dan kita tidak bisa memaksanya. Namun, kalau Ana kan
"Jika Kanaya terus menolak, aku akan terus seperti ini. Mungkin ini hukuman untuk aku yang dulu menyakiti Kanaya, setidaknya aku berusaha sampai Kanaya mau menerima Syafana dan Sadam karena mereka tidak bersalah dalam hal ini," ucap Salman."Aku sudah mengingatkan kamu dari dulu berkali-kali, tetapi kamu tidak pernah mendengarkan apa yang aku katakan. Sekarang Kanaya sudah tidak ada, kamu baru merasakan kehilangannya!" ucap Saida.Salman yang mengusap kasar wajahnya, sikap dingin, Arogan, dan kesombongannya membuat dia tenggelam dalam rasa penyesalan yang sangat dalam. Ia kehilangan Cinta dari seorang Kanaya yang memilih pergi karena tidak pernah dianggap ada."Kapan kamu ketempat Kanaya lagi?" tanya Saida."Minggu depan, saat Ana libur sekolah," jawab Salman."Aku ikut ya! Aku ingin bertemu Kanaya juga," ucap Saida.Salman menganggukan kepala, hari berganti malam. Kebiasaan baru Salman kini melihat kedua anaknya memastikan mereka tidur dengan nyenyak sementara dia yang tidak bisa tid
"Kak Saida?" Kanaya begitu terkejut karena yang datang ke kontrakannya bukan Salman dan kedua anaknya melainkan Saida-kakak iparnya."Assalamualaikum, Nay." "Waalaikumsalam, Kak Saida tahu dari mana aku tinggal di sini?" tanya Kanaya keheranan."Sopir Salman yang membawa aku ke sini dan memberitahu tempat tinggalmu, Salman tidak bisa datang ke sini karena Sadam sakit dan sekarang dirawat di rumah sakit," ucap Saida."Sadam sakit? Sakit apa sampai dirawat?" tanya Kanaya."Demam tinggi nggak turun-turun sudah 3 hari, Nay. Tadinya hari ini mau diajak ketemu sama kamu, tapi ternyata dia malah semakin tinggi demamnya dan akhirnya dibawa ke rumah sakit," ucap Saida."Astaghfirullahaladzim, pantes aja aku sejak tadi malam rasanya gelisah," ucap Kanaya."Ayo ke rumah sakit, Sadam membutuhkan kamu, Nay!" ucap Saida.Akhirnya Kanaya pun mau ikut ke Rumah sakit bersama Saida, ia tak lupa membawa beberapa kantong ASI yang sudah ia siapkan untuk Saddam karena setiap hari ia memeras asinya."Ayo K
"Sejauh manapun kamu pergi, kamu akan tetap kembali padanya jika kalian memang berjodoh," ucap Aslan yang menatap Kanaya dan Salman dari kaca pintu ruang rawat."Lho, kok diam di sini, gak masuk ke dalam?" tanya Saida yang baru datang bersama Syafana."Nunggu Mama, biar masuk bareng," ucap Aslan.Akhirnya mereka pun masuk kedalam ruang rawat itu bersama, Salman masih terus menyuapi Kanaya meski Saida, Aslan, dan Syafana sudah masuk keruang itu."Mas, makannya tunda dulu malu aku di suapi," ucap Kanaya."Tanggung ini sedikit lagi, gak usah malu sama mereka. Nanti kamu gak kenyang karena malu," ucap Salman.Akhirnya Kanaya pasrah, Salman menyuapi makan sampai habis. Aslan hanya tersenyum kecut melihat pemandangan itu, sementara Saida fokus melihat Sadam yang tertidur dalam pangkuan Kanaya."Sadam rewel, Nay?" tanya Saida saat melihat Kanaya selesai makan."Iya, Kak nangis terus. Apalagi kalau tidur di ranjang gak sampe 2 jam bangun terus nangis kencang," ucap Kanaya."Jadi dia maunya ti
"Mau ngapain kamu?" tanya Kanaya yang terkejut saat membuka mata wajah Salman begitu dekat dengannya."Nggak usah takut, aku nggak ngapa-ngapain kok. Tadi kamu tidur di kursi sepertinya kelelahan sekarang aku pindahkan ke kasur ini," ucap Salman.Kanaya menghela nafasnya melihat Salman memundurkan tubuhnya, wanita cantik itu langsung merubah posisi dan merebahkan diri di atas kasur."Lain kali kalau lihat aku tidur bangunin aja, nggak usah dipindahin aku bisa pindah sendiri," ucap Kanaya."Aku nggak tega buat bangunin kamu, sejak siang tadi kamu hanya istirahat sebentar," ucap Salman."Nggak apa-apa, itulah resiko seorang ibu jika anaknya sedang sakit," ucap Kanaya."Sekarang tidurlah dengan nyenyak, kalau Sadam bangun dan menangis nanti aku yang menggendongnya," ucap Salman.Kanaya tak mengatakan apa-apa lagi, ia langsung memejamkan mata. Salman tersenyum dan berjalan menuju sofa lalu merebahkan dirinya di sofa tersebut. Ia bersyukur Kanaya kini berada di dekatnya meskipun masih bers
Siang hari Syafana datang bersama Saida, selama Sadam di rumah sakit dan Salman masih menginap di rumah sakit, lelaki tampan itu menitipkan anak sulungnya kepada sang kakak."Assalamualaikum," ucap Syafana dan Saida saat masuk ke ruang rawat."Waalaikumsalam," jawab Kanaya.Saida tersenyum melihat Kanaya yang sedang menyusui Sadam, sementara Salman sedang tertidur pulas di tempat tidur."Ya ampun Salman, bisa-bisanya dia tidur nyenyak sementara istrinya kelelahan mengurus anak," ucap Saida menggelengkan kepala hendak berjalan kearah Salman, tetapi Kanaya menahannya dan tak ingin suaminya itu di ganggu."Semalaman dia yang urus Sadam, sementara aku tertidur pulas. Jadi biarkan dia tidur sekarang dengan puas," ucap Kanaya.Saida menghela nafas lalu duduk di samping Kanaya, sementara Syafana sudah lebih dulu duduk di samping Kanaya di sisi yang lainnya. Gadis kecil itu menyadarkan kepala di tubuh Kanaya seolah ingin bermanja pada ibu sambungnya itu."Kamu sudah makan siang belum, Nay? Ta
"Meskipun kita tinggal dalam satu rumah, Aku tidak mau kita satu kamar dan aku tidak mau melayani kamu di atas ranjang, Om."Salman menghela nafasnya mendengar ucapan Kanaya,"Tapi kita masih suami istri yang sah, Nay!""Kalau kamu tidak mau menuruti syarat dariku, maka aku tidak akan pulang ke rumah itu. Aku akan pergi membawa Sadam tempat yang lebih jauh daripada kemarin," ucap Kanaya."Aku akan mencari dan menemukanmu lagi," ucap Salman."Kalau begitu aku akan bunuh diri membawa Saddam agar kamu puas, selama ini aku selalu menuruti apapun yang kamu mau. Sekarang kamu mau minta aku kembali tapi kamu tidak mau menuruti apa mauku, bukankah itu adalah hal yang sangat egois dan aku tidak bisa diperlakukan seperti itu terus," ucap Kanaya.Salman menghela nafasnya teringat saat Kanaya hendak memotong nadinya dengan pecahan beling di kontrakannya, semenjak kejadian itu Kanaya memang berubah menjadi lebih nekat dan Salman tidak mau apa yang dikatakan Kanaya benar-benar ia lakukan."Baiklah k