"Sejauh manapun kamu pergi, kamu akan tetap kembali padanya jika kalian memang berjodoh," ucap Aslan yang menatap Kanaya dan Salman dari kaca pintu ruang rawat."Lho, kok diam di sini, gak masuk ke dalam?" tanya Saida yang baru datang bersama Syafana."Nunggu Mama, biar masuk bareng," ucap Aslan.Akhirnya mereka pun masuk kedalam ruang rawat itu bersama, Salman masih terus menyuapi Kanaya meski Saida, Aslan, dan Syafana sudah masuk keruang itu."Mas, makannya tunda dulu malu aku di suapi," ucap Kanaya."Tanggung ini sedikit lagi, gak usah malu sama mereka. Nanti kamu gak kenyang karena malu," ucap Salman.Akhirnya Kanaya pasrah, Salman menyuapi makan sampai habis. Aslan hanya tersenyum kecut melihat pemandangan itu, sementara Saida fokus melihat Sadam yang tertidur dalam pangkuan Kanaya."Sadam rewel, Nay?" tanya Saida saat melihat Kanaya selesai makan."Iya, Kak nangis terus. Apalagi kalau tidur di ranjang gak sampe 2 jam bangun terus nangis kencang," ucap Kanaya."Jadi dia maunya ti
"Mau ngapain kamu?" tanya Kanaya yang terkejut saat membuka mata wajah Salman begitu dekat dengannya."Nggak usah takut, aku nggak ngapa-ngapain kok. Tadi kamu tidur di kursi sepertinya kelelahan sekarang aku pindahkan ke kasur ini," ucap Salman.Kanaya menghela nafasnya melihat Salman memundurkan tubuhnya, wanita cantik itu langsung merubah posisi dan merebahkan diri di atas kasur."Lain kali kalau lihat aku tidur bangunin aja, nggak usah dipindahin aku bisa pindah sendiri," ucap Kanaya."Aku nggak tega buat bangunin kamu, sejak siang tadi kamu hanya istirahat sebentar," ucap Salman."Nggak apa-apa, itulah resiko seorang ibu jika anaknya sedang sakit," ucap Kanaya."Sekarang tidurlah dengan nyenyak, kalau Sadam bangun dan menangis nanti aku yang menggendongnya," ucap Salman.Kanaya tak mengatakan apa-apa lagi, ia langsung memejamkan mata. Salman tersenyum dan berjalan menuju sofa lalu merebahkan dirinya di sofa tersebut. Ia bersyukur Kanaya kini berada di dekatnya meskipun masih bers
Siang hari Syafana datang bersama Saida, selama Sadam di rumah sakit dan Salman masih menginap di rumah sakit, lelaki tampan itu menitipkan anak sulungnya kepada sang kakak."Assalamualaikum," ucap Syafana dan Saida saat masuk ke ruang rawat."Waalaikumsalam," jawab Kanaya.Saida tersenyum melihat Kanaya yang sedang menyusui Sadam, sementara Salman sedang tertidur pulas di tempat tidur."Ya ampun Salman, bisa-bisanya dia tidur nyenyak sementara istrinya kelelahan mengurus anak," ucap Saida menggelengkan kepala hendak berjalan kearah Salman, tetapi Kanaya menahannya dan tak ingin suaminya itu di ganggu."Semalaman dia yang urus Sadam, sementara aku tertidur pulas. Jadi biarkan dia tidur sekarang dengan puas," ucap Kanaya.Saida menghela nafas lalu duduk di samping Kanaya, sementara Syafana sudah lebih dulu duduk di samping Kanaya di sisi yang lainnya. Gadis kecil itu menyadarkan kepala di tubuh Kanaya seolah ingin bermanja pada ibu sambungnya itu."Kamu sudah makan siang belum, Nay? Ta
"Meskipun kita tinggal dalam satu rumah, Aku tidak mau kita satu kamar dan aku tidak mau melayani kamu di atas ranjang, Om."Salman menghela nafasnya mendengar ucapan Kanaya,"Tapi kita masih suami istri yang sah, Nay!""Kalau kamu tidak mau menuruti syarat dariku, maka aku tidak akan pulang ke rumah itu. Aku akan pergi membawa Sadam tempat yang lebih jauh daripada kemarin," ucap Kanaya."Aku akan mencari dan menemukanmu lagi," ucap Salman."Kalau begitu aku akan bunuh diri membawa Saddam agar kamu puas, selama ini aku selalu menuruti apapun yang kamu mau. Sekarang kamu mau minta aku kembali tapi kamu tidak mau menuruti apa mauku, bukankah itu adalah hal yang sangat egois dan aku tidak bisa diperlakukan seperti itu terus," ucap Kanaya.Salman menghela nafasnya teringat saat Kanaya hendak memotong nadinya dengan pecahan beling di kontrakannya, semenjak kejadian itu Kanaya memang berubah menjadi lebih nekat dan Salman tidak mau apa yang dikatakan Kanaya benar-benar ia lakukan."Baiklah k
Setelah menyadari semua kesalahannya dan ia bertekad untuk memperbaiki hubungannya dengan Kanaya, Salman membuat rencana-rencana menjalani hari-hari bersama Kanaya.Malam hari sebelum tidur Salman memastikan istri dan kedua anaknya tidur, ia kini menatap Kanaya yang sedang terlelap di samping Sadam."Aku akan terus berusaha membuatmu kembali seutuhnya padaku, bukan hanya ragamu, tapi juga hatimu yang akan kembali padaku, Kanaya," ucap Salman seraya mengecup kening Kanaya.Setelah itu ia keluar dari kamar tersebut dan menghampiri kamar Syafana, Ia pun melakukan hal yang sama mencium kening Syafana setelah itu keluar dari kamar sang anak.Setelah sampai di kamar ia langsung merebahkan tubuhnya dan anehnya tanpa obat tidur malam ini Salman bisa terlelap. Pagi harinya saat dengar suara azan subuh, Salman langsung bergegas untuk kamar mandi dan melakukan aktivitasnya.Kali ini ia bergegas ke dapur untuk membuatkan sarapan, untuk pertama kalinya lelaki berwajah tampan itu harus berurusan de
"Bantuan apa?" tanya Samuel."Kanaya sudah kembali ke rumahku, tapi yang kembali hanya raganya. Cintanya sudah hilang dan berubah tidak seperti dulu, Aku butuh tips dari kamu gimana caranya biar Kanaya balik cinta sama aku," ucap Salman tanpa malu menceritakan kegundahannya pada.Samuel merasa kasihan kepada Salman saat mendengar cerita sahabatnya itu, tetapi ia juga kesal karena sejak dulu ia sudah memperingatkan Salman. Namun, sahabatnya itu tidak pernah mendengarkan apa yang ia ucapkan dulu."Kamu sih dulu nggak pernah dengerin ucapan aku, sekarang nyesel kan setelah kehilangan cintanya Kanaya," ucap Samuel."Ya Aku sangat-sangat menyesal, saat kehilangan Hani karena dia meninggal itu terasa sakit ini. Namun, sekarang rasanya sangat sakit ketika Kanaya ada di sampingku tapi hatinya tidak untuk aku," ucap Salman."Jadi sekarang kamu mau berusaha untuk meluluhkan hatinya kembali?" tanya Samuel."Iya, dan aku butuh bantuanmu karena kamu tahu sendiri kan, dari dulu aku tidak pernah mer
"Kita bisa bahas masalah pribadi, agar lebih akrab satu sama lain, bisa bahas apa saja yang di luar pekerjaan," ucap Maya."Maaf, Nyonya Maya. Saya tidak tertarik membahas masalah pribadi dengan klien, hanya masalah pekerjaan saja. Saya juga tidak ingin terjadi salah paham antara saya dengan istri saya jika saya membahas masalah pribadi dengan klien yang merupakan lawan jenis," ucap Salman.Setelah mengatakan hal itu, Salman dan asistennya pun pamit. Sementara Maya dan asistennya masih di cafe tersebut, Maya semakin menyukai karakter Salman. Pria tampan, yang terlihat Arogan, tetapi menunjukkan kesetiaannya kepada istri."Aku jadi penasaran seperti apa istri Tuan Salman, sampai dia aku begitu menjaga kepercayaan istrinya di luar," ucap Maya."Rumor yang Saya dengar istri pertama nya meninggal saat melahirkan, sekarang ia memiliki istri yang usianya jauh lebih muda," ucap Asisten Maya."Oh pantas saja, sekarang posesif dan pintar menggoda. Sehingga Tuan Salman tidak ingin ada masalah d
"Atau apa?" tanya Salman."Atau aku pukul dengan spatula! Cepat lepasin, aku lagi masak nanti gosong nih!" ucap Kanaya.Salman akhirnya melepaskan pelukan pada Kanaya, tetapi ia malah berdiri di samping sang istri dan terus memperhatikan wajahnya."Kenapa ngeliatin aku kayak gitu?" Tanya Kanaya dengan nada sinis."Kamu cantik banget, Nay!" ucap Salman."Emang dari dulu, Om aja baru sadar," ucap Kanaya masih melanjutkan pekerjaannya di depan kompor."Sebenarnya aku udah sadar kok dari dulu, cuma aku gengsi untuk mengakuinya," ucap Salman."Makan aja tuh gengsi sampai kenyang!" ucap Kanaya masih dengan nada sinis."Iya, karena gengsiku yang terlalu besar aku hampir saja kehilanganmu, aku bersyukur ada Sadam yang bisa membuatmu mau kembali padaku," ucap Salman.Kanaya bergeming tak mengatakan apa-apa, ia mengangkat makanan yang sudah ia buat lalu menyimpannya di atas meja makan. Satu persatu makanan itu ia susun dengan rapi seperti biasa, Salman hanya mengikuti dan memperhatikan apa yang