"Kita bisa bahas masalah pribadi, agar lebih akrab satu sama lain, bisa bahas apa saja yang di luar pekerjaan," ucap Maya."Maaf, Nyonya Maya. Saya tidak tertarik membahas masalah pribadi dengan klien, hanya masalah pekerjaan saja. Saya juga tidak ingin terjadi salah paham antara saya dengan istri saya jika saya membahas masalah pribadi dengan klien yang merupakan lawan jenis," ucap Salman.Setelah mengatakan hal itu, Salman dan asistennya pun pamit. Sementara Maya dan asistennya masih di cafe tersebut, Maya semakin menyukai karakter Salman. Pria tampan, yang terlihat Arogan, tetapi menunjukkan kesetiaannya kepada istri."Aku jadi penasaran seperti apa istri Tuan Salman, sampai dia aku begitu menjaga kepercayaan istrinya di luar," ucap Maya."Rumor yang Saya dengar istri pertama nya meninggal saat melahirkan, sekarang ia memiliki istri yang usianya jauh lebih muda," ucap Asisten Maya."Oh pantas saja, sekarang posesif dan pintar menggoda. Sehingga Tuan Salman tidak ingin ada masalah d
"Atau apa?" tanya Salman."Atau aku pukul dengan spatula! Cepat lepasin, aku lagi masak nanti gosong nih!" ucap Kanaya.Salman akhirnya melepaskan pelukan pada Kanaya, tetapi ia malah berdiri di samping sang istri dan terus memperhatikan wajahnya."Kenapa ngeliatin aku kayak gitu?" Tanya Kanaya dengan nada sinis."Kamu cantik banget, Nay!" ucap Salman."Emang dari dulu, Om aja baru sadar," ucap Kanaya masih melanjutkan pekerjaannya di depan kompor."Sebenarnya aku udah sadar kok dari dulu, cuma aku gengsi untuk mengakuinya," ucap Salman."Makan aja tuh gengsi sampai kenyang!" ucap Kanaya masih dengan nada sinis."Iya, karena gengsiku yang terlalu besar aku hampir saja kehilanganmu, aku bersyukur ada Sadam yang bisa membuatmu mau kembali padaku," ucap Salman.Kanaya bergeming tak mengatakan apa-apa, ia mengangkat makanan yang sudah ia buat lalu menyimpannya di atas meja makan. Satu persatu makanan itu ia susun dengan rapi seperti biasa, Salman hanya mengikuti dan memperhatikan apa yang
"Aku laper," ucap Kanaya."Bukannya tadi udah makan, sekarang laper lagi?" tanya Salman keheranan."Mungkin efek menyusui jadi cepat lapar, mau makan takut badanku gendut," ucap Kanaya."Gak apa-apa gendut yang penting kamu dan Sadam sehat, kamu mau makan apa? Pesan online saja ya!" ucap Salman.Kanaya menganggukan kepala dan yang di pesan adalah martabak telur bebek, setelah beberapa saat menunggu pesanan itu datang. Salman mengambilnya di gerbang dan langsung membawa ke kamar Kanaya."Om mau?" tanya Kanaya."Jujur saja aku gak terlalu suka makanan seperti ini," ucap Salman."Padahal enak banget, cobain satu!" ucap Kanaya seraya menyodorkan martabak ke mulut Salman.Salman tidak menolak dan akhirnya memakan makanan yang belum pernah ia makan sebelumnya, ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk lebih dekat dengan Kanaya.Setelah makanan itu masuk ke dalam mulutnya dan lelaki tampan itu mulai mengunyah, tak disangka ia suka dengan rasa makanan tersebut."Ternyata rasanya enak ya, p
.[Aku mau pergi membawa Sadam, jangan cari aku!]Begitulah isi pesan yang dikirim Kanaya kepada Salman, tentu saja pria berwajah tampan itu panik takut sang istri pergi seperti waktu itu dan sulit untuk ditemukan kembali.Dengan keadaan panik meninggalkan perusahaan dan pulang ke rumah dengan mengendarai mobil ber kecepatan tinggi, ia tak peduli dengan keselamatannya yang ada di pikirannya hanya ingin mencegah kepergian istri dan anaknya.Jalanan tidak terlalu macet karena belum jam pulang kerja, sehingga tanpa hambatan Salman pun sampai di rumah dan langsung mencari Kanaya. Ia membuka pintu kamar dan melihat Kanaya sudah berpakaian rapi sedang menggantikan baju Sadam."Om, kenapa udah pulang baru jam segini?" tanya Kanaya terkejut dengan kehadiran Salman."Aku sengaja meninggalkan pekerjaanku begitu membaca pesan dari kamu, jangan pergi lagi dariku, Nay!" ucap Salman memohon."Nggak usah pasang wajah melas kayak gitu deh! Seakan-akan kamu benar-benar membutuhkan aku, padahal di luar s
"Nay, ayo pulang!" ucap Salman."Tapi belum selesai belanja, Om," ucap Kanaya."Om, keponakannya sudah besar. Jangan dikekang seperti itu, kasihan!" ucap pemuda tersebut.Salman mengepalkan tangannya merasa kesal karena dianggap sebagai Om dari Kanaya, sementara Kanaya menahan tawanya melihat ekspresi Salman yang tampak kesal dan melihat pemuda itu dengan beraninya mengatakan jika Salman adalah omnya."Hai, tadi kamu mau kenalan, kan?" tanya Kanaya.Pemuda itu tersenyum dan menganggukkan kepala, sementara Salman melebarkan bola matanya tak percaya jika Kanaya berani mengatakan hal itu di hadapannya."Kenalin nama aku Kanaya, Aku tinggal di cluster greenwood, ini suami aku, dan ini anak aku," ucapkan Ayah seraya merangkul tangan Salman dan menunjukkan Saddam dan Syafana sebagai anaknya.Sontak saja ucapan Kanaya tidak dipercaya oleh pemuda tersebut, sementara Salman tersenyum merasa puas dengan jawaban yang diberikan Kanaya pada pria tersebut.Kanaya hendak berjalan kembali mendorong
"Baiklah!"Salman mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, lalu menelpon nomor Adli sang sekretaris. Tak butuh waktu lama Adli pun mengangkat panggilan telepon dari atasannya itu."Hallo, Pak Salman.""Hallo, Adli. Tadi saya pulang tidak bilang-bilang karena ada sesuatu yang sangat penting di rumah, sekarang saya mau kasih tugas untuk kamu," ucap Salman."Tugas apa, Pak?" tanya Adli."Semua pekerjaan urusan kontrak kerjasama dengan klien perempuan kamu yang urus, termasuk dengan Nyonya Maya yang kemarin kita temui. Dan bilang padanya jangan pernah mengirimkan apapun karena hal itu membuat istriku marah," ucap Salman."Baik, Pak."Adli tidak mengerti apa masalah yang terjadi antara Salman dan istrinya, yang mungkin saja itu karena perbuatan Maya klien yang kemarin baru saja mereka temui. Lelaki itu hanya bisa mengiyakan perintah dari atasannya untuk menghandle semua kerjasama dan urusan pekerjaan yang berkaitan dengan perempuan.Setelah mengatakan hal itu kepada Adli dan Adli menyetuju
Kanaya tersenyum dan berjalan menuju meja makan meninggalkan Salman yang terdiam. Luka hati yang di goreskan Salman belum sembuh sepenuhnya meskipun pria itu menunjukan banyak perubahan pada Kanaya, wanita cantik itu masih butuh waktu untuk memulihkan perasaanya.Salman menghela nafas mengekori langkah Kanaya menuju meja makan, ia terima apapun yang di katakan Kanaya asalkan wanita itu masih tetap berada di sampingnya."Habibati, liburan sekolah Ana berapa hari lagi?" tanya Salman."Empat hari lagi," ucap Kanaya."Jadi ya kita berlibur ke puncak, aku akan pesan vila yang bagus di sana," ucap Salman.Kanaya menganggukan kepala setuju, sementara Syafana berjingkrak kegirangan. Salman mengajak Samuel, beserta anak dan istrinya untuk ikut berlibur bersama. Ia ingin belajar banyak dari Samuel bagaimana sahabatnya itu memperlakukan anak dan istrinya sehingga pernikahan mereka tak pernah terdengar ada pertengkaran.Waktu terus berputar, hari pun berganti. Salman bekerja seperti biasa, saat s
"Kalian mau kemana? Sepertinya mau pergi jauh barang bawaannya banyak," ucap Saida."Kita mau liburan ke puncak, Bude," jawab Syafana begitu senang."Wah asik dong, kok bude nggak diajak sih!" ucap Saida.Salman yang mendengar suara kakaknya berbicara dengan anak dan istrinya langsung datang menghampiri."Kak Saida mau ikut? Ayo ajak Om Adnan dan Aisha, tapi jangan ajak Aslan," ucap Salman.Saida terkekeh, ia tahu jika Salman masih cemburu pada Aslan dan tidak rela jika keponakannya itu dekat dengan istrinya. Saida menggelengkan kepalanya Ia hanya bercanda kepada Syafana, karena sebenarnya Ia pun ada rencana liburan bersama kedua anak dan suaminya ke luar negeri."Kapan-kapan deh, sekarang kalian happy-happy aja dulu ya!" ucap Saida."Beneran, Kak gak mau ikut. Kalau kakak dan Ais ikut pasti lebih seru," ucap Kanaya."Sebenarnya kakak kedua anak, dan suami juga ada rencana liburan ke luar negeri," jawab Saida jujur."Wah seru, mau liburan ke mana emangnya?" tanya Kanaya."Mau ke Meka