Zimba menyuapi Morgan sampai kenyang sembari juga ikut makan. Badan Morgan sangat kegerahan meminta bantuan ke Zimba untuk membantunya memandikan. Zimba membuka semua pakaian Morgan membawa ke kamar mandi. “Sayang pengen…” Dengan manjanya Morgan membujuk Zimba untuk membuka pakaianya juga.Zimba menyentil kening Morgan. “Pikirkan dulu kesehatan mu baru nanti aku kasih.” Zimba mengelap badan Morgan dengan hati-hati agar tidak mengenai lukanya, karena pakaian Morgan tidak ada di situ Zimba harus ke lantai tiga mengambilnya.Siapa yang tidak tergoda ketika melihat Morgan terbaring di atas tempat tidur buah pisangnya menjulang tinggi. Zimba menghilangkan pikiran itu dulu fokus dengan kesembuhan Morgan. Zimba memakaikan celana dalam Morgan. Morgan menolak, dirinya ingin telanjang bulat saja. Zimba memberikan obat Morgan. Entah kenapa tangan nakal Morgan selalu meraba-raba bokong Zimba yang montok. Batas kesabaran Zimba tidak tahan juga. Zimba membuka pakaianya. Mereka berdua mulai melaks
“Bob bonceng kamu yah Zim. Aku sama Irwan enggak searah ke kost mu. Kami dari jalan tikus. Takut macet dari jalan biasa.” Romi menghidupkan motornya siap-siap berangkat pulang.“Tidak usah. Duluan aja kalian pulang. Aku mau ke pasar dulu.” Zimba mencari alasan tidak pulang ke kostnya lagi.“Kami antar saja kamu ke pasar.” Romi tidak mau membiarkan Zimba pergi sendirian melihat Julius seperti ingin mengikutinya.“Dekat kok Rom. Tinggal jalan kaki.” “Yah sudah Zim. Aku juga rencana mau jemput pacarku.” Kata Bob.“Hati-hati yah kalian.” Ujar Zimba.“Oke. Kamu juga Zim.” Serentak mereka bertiga menjawabnya.Zimba masih menunggu grabnya datang. Julius samperin Zimba mengajak supaya diantar ke tujuannya. Zimba menolak karena sudah memesan grabnya. Julius tetap bersikeras menawarkan untuk diantar. “Grabnya sudah jalan menuju ke sini tidak bisa ditolak lagi bang.” Zimba melepaskan tangan Julius dari genggamannya.“Biar aku yang bayar kerugiannya jika grabnya sudah sampai.” Julius memaksa Zi
Keadaan kaki belum stabil melangkah, Morgan terpaksa melepaskan Zimba pergi. Morgan kewalahan untuk beraktivitas sendiri tidak ada orang di rumahnya membantunya. “Pulang saja ke rumah.” Morgan menulis pesan singkat itu ke Romi.Morgan juga menyuruh semua pekerjanya untuk kembali ke rumah.Morgan menghubungi Zimba beberapa kali namun tak kunjung diangkat sampai chat pun tidak dibalas. Morgan tipikal tidak bertanya, fakta dirinya pendiam selalu menyendiri mengurung di dalam kamar dengan kehadiran Zimba semua berubah. Morgan bingung salahnya kepada Zimba apa? Morgan sebenarnya ingin tau kehidupan Zimba lebih dalam. Morgan berpikir semua itu akan terjawab seiring berjalannya waktu tanpa menanyakan itu. Morgan tidak pernah sekali pun memperdebat dirinya dengan video Zimba karena sudah tau semua saat ke kostnya diam-diam membaca buku diari Zimba. Walaupun Morgan tidak sempat melihat semuanya karena hampir ketahuan oleh Zimba.“Di balik sampul ku aku suka menyimpan hasratku di fd merah ku.
“Seharusnya itu biaya sekolah ku sampai kuliah. Tinggal bersama dia? Sesenang itu dapat duit haram dari anak tiri tercinta mu ini.” Lanjut Zimba.“Kurang ajar kamu!” Ibunya menampar Zimba.“Tidak apa-apa sudah biasa mendapat tamparan dari kalian. Sudah menjadi asupan ku setiap berjumpa…..”“Sudah Zim. Ayah meminta maaf. Tidak usah diperpanjang lagi ada calon abang ipar kamu di sini.” Ayah tirinya membujuk Zimba untuk tidak melanjutkan ocehannya.“Abang ipar? (Zimba tertawa mengejek). Masih percaya dengan dia? Bentar dah gonta-ganti. Ohhh tadi Ibu bilang motor disediakan. Yahh emang itu motor hasil pemaksaan video bug*l ku dijual sama anak pelacur ini……”“Dasar biad*p kamu! (Ratna menampar Zimba) pergi kau dari sini!”“Sebelum pergi aku harus mengambil hak ku. Motor ini harus kubawa. Ibu tidak usah berpura-pura syok mendengarnya. Dari dulu aku pun sudah bilang kalau anak mu ini sudah dijual. Masih tidak percaya kan?” Zimba mengeluarkan amarahnya melihat ada gelas kaca di atas meja Zim
Zimba seakan masih belum percaya dirinya dioperasi. Zimba meminta cermin melihat keadaan kepalanya. Irwan memberikan cermin kecil yang ada di tasnya. Zimba menangis melihat kepalanya masih diperban tidak menyangka lukanya bisa sampai separah itu. Suara tangisan Zimba semakin kencang mengingat kembali semua perbuatan Ratna dan Ibunya kepadanya. Morgan pun terbangun mendengarnya.“Ada apa? Masih sakit?” Morgan keluar menghampiri Zimba lalu memeluknya. Irwan pun ikut memeluknya dikiuti Romi dan Bob sama-sama memeluk Zimba. Bulan pun ikut menangis bersama mereka. Mereka semua kembali istrahat. Morgan tidur di kursi menemani Zimba sedangkan mereka bertiga tidur di kamar tamu pasien. Sebentar Morgan tertidur sebentar lagi terbangun untuk mengecek keadaan Zimba. “Zzzz zzzz” Suara dengkur mereka bertiga masih bersenandung tidak tau sudah pukul delapan pagi.“Bangun Oii.. Kalian enggak ngampus??” Morgan menarik selimut.“Bentar lagi.” Romi kembali menarik selimutnya.“Lihat jam Rom! Sudah p
“Kalian berangkat saja kuliah, biar abang yang melanjutkannya.” Morgan menghentikan mereka membereskan barang-barang yang terjatuh.Morgan keluar memanggil cleaning service untuk meminta tolong membersihkan lantai kamar pasien penuh dengan bubur yang terlempar dari piring. Zimba masih belum mau berbicara sama siapa pun. Morgan berusaha mengembalikan mood Zimba namun tidak berhasil. Morgan membuka pakaian Zimba untuk membersihkan badannya yang sudah bau sekali. Bau nafasnya juga sudah sangat menyengat, Morgan menggosok gigi Zimba. Zimba sudah kembali kelihatan segar yang awalnya terlihat layu. Morgan menidurkan Zimba untuk istrahat. Zimba masih tetap memilih untuk diam karena malu melihat perlakuan-perlakuan keluarnya di hadapan Morgan. Morgan tidak memaksa Zimba untuk mengungkapkan isi hatinya. Morgan fokus dengan kesembuhan Zimba. “Tok tok tok tok” Dokter mengetuk pintu, datang untuk mengecek keadaan luka operasi Zimba.“Silahkan Dok.” Morgan membuka pintunya.Setelah dokter sele
Malam ditemani suara gemuruh petir, tik tik tik tik bunyi hujan yang merdu menidurkan mereka berdua. Zimba memeluk Morgan erat sebelum kepergiannyaa nanti. Sampai matahari memantulkan cahayanya ke jendela mereka berdua masih beradu mesra seperti tidak ingin melepaskan kepergian Morgan.Morgan bangkit membereskan barang-barang mereka agar tidak ada yang tertinggal. Suster sedang melepaskan infus dari tangan Zimba. Sebelum berangkat Morgan harus menyelesaikan administrasi biaya rumah sakit sementara Zimba duduk di ruang tunggu.Dari kejauhan Zimba memfokuskan penglihatannya seperti orang yang ia kenal. Zimba bersembunyi di kerumunan orang supaya tidak ketahuan. Awalnya Zimba berpikir mereka datang menjemputnya. Kecurigaan Zimba terlintas untuk mengikuti Ratna dan pacarnya menuju ruang Obstetri.Zimba tidak lupa mengambil foto sebagai bukti jika mereka mengganggunya nanti. Zimba diam-diam duduk di depan ruangan untuk ikut mendengar ucapan mereka. Zimba mendekatkan telinganya masih belum
Zimba masuk ke dalam kamarnya entah kenapa dirinya juga tiba-tiba menangis merindukan Morgan. Zimba menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya di bawah selimut diam-diam menscroll foto-foto seksi Morgan. Sebelum keberangkatan Morgan ke luar negeri Zimba memaksa untuk mengambil gambarnya tanpa mengenakan pakaian. Morgan sebagai laki-laki yang penurut semua diiyakan. Zimba memasukkan jari tangannya ke lorong keabadian miliknya. Zimba mulai membayangkan Morgan sedang memuaskannya. Semakin lama semakin gairahnya tak tertahan. Zimba membuka bajunya hingga telanjang bulat menggunakan alat vibrator teman berhubungnya. Zimba juga mencium pakaian dalam milik Morgan yang masih belum dicuci. Suara merdunya mulai merana. Zimba bukanya patah semangat karena tidak ada lawan jenis malah semakin memuncak. Zimba memperlihatkan tubuhnya yang seksi tanpa mengenakan pakaian menari-mari di depan kamera ponselnya. Tak sampai di situ Zimba menjulurkan lidahnya dengan penuh penghayatan. Kemudian Zimba
Zimba termenung seandainya Morgan hadir pasti akan semakin seru lagi. Sampai kapan kerinduannya itu terus tertahan. Zimba tidak sadar sudah meminum beberapa gelas sampai kepalanya sudah mulai pusing. Irwan dan Romi masih asyik berjoget. Ini kesempatan besar untuk pria gatal itu menggodanya. Zimba tidak memberontak tetapi tertelan dengan godaan pria licik itu. "Kamu lagi kesepian yah???" Kata pria itu menyodorkan minuman ke Zimba. "Kamu????? Kamu siapa????" Zimba sudah mabuk. "Aku di sini mau menolong mu." Pria itu mengajak Zimba ke tempat lain. "Kita ke mana?" "Ke tempat paling nyaman." Pria itu membawa ke tempat khusus di mana para laki-laki dan wanita sedang mabuk-mabukan dan juga bermain-main kuda-kudaan. Pintu terbuka. Kumpulan mereka sangat terpana, kali ini mangsanya berbeda sangat mulus, cantik dan montok. Zimba diletakkan di tengah para laki-laki untuk menggodanya diajak minum sampai benar-benar mabuk jika bisa sampai pingsan. Berjalannya acara salah sa
Zimba merasakan belaian itu di seluruh tubuhnya. Nafsu Zimba sangat berapi-api ia juga membalas belaian itu ke Morgan. Mereka beradu cumbu mesra. Saatnya mereka akan beradu adegan. Bunyi-bunyi itu sangat nyaring terdengar. Zimba membuka matanya ternyata semua itu hanya mimpi. Zimba sangat berharap itu semua nyata. Zimba mengelus-elus wajah Morgan lewat ponselnya untuk melepas kerinduan. Untuk memulai aktivitasnya Zimba mandi terlebih dahulu. Kebiasaan di kostnya dulu setiap hari libur selalu merapikan tempat tidurnya. Zimba sudah terbiasa walau tinggal di rumah Morgan tetap jiwa itu melekat. Pagi yang cerah sangat cocok memasak pancake. Zimba mencari semua bahan-bahan yang dibutuhkan di kulkas dan lemari. Zimba mengerjakan semua dari pada mengajak mereka berdua nanti malah menambah pekerjaan lagi. Sedikit melelehkan tetapi Zimba sangat senang dalam hal memasak. Setelah pencakenya matang Zimba melanjutkan membuat susu. Semua sudah kelar Zimba membangunkan Romi dan Irwan. Mer
Ibu Bob sangat berharap Zimba berjodoh dengan anaknya. Sampai sekarang Ibunya masih salah paham terhadap Zimba dan Bob. Ibunya berpikir mereka pacaran. “Kapan kalian berdua minta restu sama Ibu? Selagi Ibu masih hidup.”“Restu apa mama? Tanya Bob.(Ibunya melirik ke Zimba.)“Mama jangan salah paham. Kami hanya sebatas teman saja.”“Ibu sudah ada calon menantu yang lain. He he he he.” Zimba tertawa supaya tidak tegang.“Siapa?”(Bob sudah membuat gerak-gerik untuk tidak diceritakan tentang pacarnya akan tetapi Zimba tetap membahasnya.)“Bob belum mengenalinya sama Ibu?” Lanjut Zimba.“Belum. siapa nak?.”"Ada Bu. Mahasiswa kam..." Bob menyumpal mulut Zimba untuk tidak melanjutkan perkataannya."Yah sudah tidak usah dilanjut." Ibunya menghentikan mereka.Bob masih belum ingin memperkenalkan pacarnya ke orang tuanya. Bob tidak ingin memberikan kekecewaan yang menurut dia itu masih dini untuk diberitahukan. Bob ingin orang tuanya hanya memandang kefokusannya dalam proses kuliah.....Mer
“Keren bangattttt.” Irwan tidak sabar membuka kotak kadonya. “Tas Hermes???” Irwan shok.“Yang ulang tahun siapa? Yang unboxing siapa?” Ibunya menarik telinga Irwan.“Iya iya Maaf mama.”“Oh iya. Ini anak pertama tante.” Memperkenalkan ke Zimba.Mereka saling salaman. Romi tidak perlu lagi karena sudah saling kenal. Jiwa kegatalan Zimba merana melihat saudara Irwan juga tak kalah dengan kagantengannya. “Kalian pasti sudah lapar kan? Tante tadi ada masak rendang sama ayam gulai.”“Tidak perlu repot-repot Tan. Kami tidak bisa lama-lama mau pergi ke rumah teman lagi. Orang tuanya lagi datang dari kampung jadi mau silaturahmi juga ke sana. Kamu ikut enggak?” Romi mengajak Irwan.“Ikutlah. Aku sekalian ke rumah Romi lagi nginap yah Ma. Tunggu dulu aku ganti baju” Irwan masuk ke dalam kamarnya.“Kalau begitu tante bungkus saja. Biasanya kamu suka rendang masakan tante.” “Iya. Tidak apa-apa Tan.”Ibu Irwan menyiapkan ke dapur. “Bagaimana pekerjaanya bang? Lancar?” Tanya Romi ke Ari abangn
Romi masih tetap membujuk Zimba agar tidak pulang.“Sampai besok saja kamu menemani aku. Nanti sore pekerja pulang karena besok libur.” Romi mengembalikan tas Zimba ke dalam kamar.“Kamu tinggal memerintahkan mereka. Sini tas ku.” Merampas tasnya.“Aku sudah bilang. Tidak perlu merasa bersalah. Pergi bukan jalan satu-satunya melupakan masalah ini. Kamu ngerti enggak??” Romi mengeluarkan sifat dewasanya.“Kamu tidak bisa pergi selama abang ku belum datang.” Tegas Romi lagi.(Zimba menangis.)“Sudah. Kamu tidak usah menangis.” Memeluk Zimba.“Hari ini kita lupakan saja Lebih baik kita memikirkan hari esok saja.” “Tumben kamu dewasa.” Zimba memukul pelan dada Romi.“Kamu istrahat saja. Nanti malam kita pergi ke rumah Irwan sekaligus ke tempat Bob.”“Ngapain ke sana?” “Mau kasih kado buat mama Irwan. Orang tua Bob kan sudah sampai, kita juga harus menyapanya. Aku mau istrahat juga yah.” Romi kembali ke kamarnya.……Sore menjelang malam pun tiba. Romi terbangun karena pembantu menggedor
Hari ini hari yang sangat membosankan. Zimba menyuguhkan susu dan roti untuk sarapan mereka. Romi sedang berenang Zimba pun membawanya ke sana. Cuaca yang gerah Zimba ingin ikut melompat ke kolam namun Zimba sedikit trauma dengan tragedi tenggelam.Romi sudah membujuk agar ikut saja nanti akan dibantu. Zimba masih tetap tidak mau. Semakin mendengar deruan air Zimba semakin ingin beranjak. Zimba pun mengganti pakaiannya ke rumah. Zimba hanya berenang di pingir-pinggir kolam yang terdangkal karena semakin ke tengah kolam akan semakin dalam. Romi memegang tangan Zimba melatihnya berenang. Pelan-pelan Romi membawa ke area terdalam kolam. Jika Zimba yang tenang tidak memikirkan hal negatif yang dapat mencelakainya semua bisa dilalui. Zimba heran kenapa dirinya bisa. Romi membanggakan dirinya semua berkat bantuannya. Zimba lagak berani sendiri berenang ehhhh masih belum jauh dirinya hampir tenggelam. Jika Romi tidak cepat menggapai tangannya bisa saja dia nyungsep.“Jangan berlagak pinta
Untuk menghentikan mereka Romi mengajak makan ramen kalau bukan mereka masih tetap berantam. “Siap makan kita belanja snack dulu yah.” Jajanan stok di rumah Romi sudah habis.“Oke.” Jawab mereka.“Main game dulu yok nanti.” Game yang Irwan maksud time zone.“Enggak! Capek!” Bentak Zimba.“Yah sudah kalau begitu.” Nada rendah Irwan menandakan takut kalau Zimba sudah serius marah.“Lain kali saja yah Wan.” Bob menolak lembut.Romi membayar ke kasir semua makanan yang mereka pesan. Romi memilih makanan ringan kesukaannya begitu juga Zimba membeli beberapa jenis kue-kuean. Bob dan Irwan tidak ikut lagi belanja. Mereka menunggu di kursi pembeli karena lumayan capek tidak sanggup lagi berjalan. Romi dan Zimba tidak berlama-lama karena kakinya juga sudah terasa kram.……..Mereka duluan mengantar Irwan pulang ke rumahnya. “Kalian tidak singgah dulu?” Irwan turun dari mobil.“Kapan-kapan yah Wan. Kami sangat kecapean.” Romi menolak karena kondisi mereka pun sudah mengantuk.“Jangan marah ya
“Kenapa marah? Bunga ditanam bukan hanya hiasan di luar saja, bisa kok di dalam rumah.” Protes Zimba karena bunga sebanyak itu sayang tidak manfaatkan. “Ceritanya panjang malas bahasnya.” Kata Romi tidak ingin mengungkit masa lalu.Bunga mawar itu sebagai tanda bukti kehancuran dan kebangkitan mereka. Awal kehancuran keluarga mereka karena Ibunya selingkuh dengan orang luar. Membuat mereka gempar. Ibunya hanya seorang wanita yang pendiam, pekerjaan setiap harinya selalu menghiasi isi rumah dengan bunga-bunga hidup, selain itu juga mengoleksi tanaman-tanaman hias di taman rumah mereka dulu.Tanpa sepengetahuan mereka Ibunya diam-diam mengenal pria itu lewat sosial media. Awal pertama Ayahnya belum juriga akan tetapi tidak lama kemudian ketahuan. Namun masih sama-sama memendam.Ibunya mulai sering meninggalkan rumah alasan pergi urusan ke luar kota. Ayah mereka yang sudah capek pulang kerja tanpa kehadiran istri sangatlah berat. Biasanya ada yang selalu memperhatikan.Terkadang Ibunya
Bob dan Romi kembali tenang setelah Zimba membuat ekspresi marahnya. Sebagai tamu Bob dan Zimba tidak mau tinggal diam, ikut serta membersihkan peralatan makan mereka. Romi sudah melarang tetapi mereka berdua tetap mengerjakan.Romi pun jadi ikut-ikutan membereskan semuanya biasanya hanya duduk tenang selesai makan. Romi anak yang sangat jarang beres-beres masih belum mengerti. Zimba pun mengarahkan bagaimana langkah-langkah mencuci piring yang bersih. Moment ini sangat lucu tidak lupa Bob memvideokan mereka berdua. Di sela-sela waktu jika mereka bersama selalu menyempatkan menyimpan ke memori kamera yang sudah khusus mentake aktivitas mereka berempat.Bob dan Romi mandi sebelum belajar. Zimba nonton dulu menunggu mereka siap. Beberapa menit kemudian Zimba kepikiran membuatkan air hangat untuk Irwan supaya cepat sembuh. Tanpa berpikir panjang Zimba langsung saja membuka pintu kamar, lagi-lagi Zimba melihat pemandangan yang menodai penglihatanya.Romi dan Bob dengan santainya telanjan