Share

Bab 33

Author: Asri Faris
last update Last Updated: 2024-03-27 09:11:10

"Ya ampun ... malah senyam-senyum nggak jelas banget. Nggak tahu apa kalau sini lagi kesel. Sepertinya dia bahagia kalau aku menderita. Konsulen selalu benar, dan koas harus selalu nurut. Gini amat ya jadi kasta terendah rumah sakit," keluh Ruma dalam hati.

Raja berlalu setelah memberikan informasi. Seharusnya Ruma tadi langsung pulang, kalau sudah seperti ini jangankan pulang tidak menginap di rumah sakit saja sudah syukur alhamdulillah.

"Semangat beb, bener kata Dokter Raja, ini kesempatan yang langka. Belum tentu kan besok dapat ikut operasi nefrektomi," bisik Mesya menyemangati sebelum pulang.

Sementara Vina menepuk pundaknya seraya mengangkat tangan kanannya menunjukkan otot kuat. Ruma hanya mendengus lesu melihat kedua sahabatnya melenggang pergi. Mau bilang nggak mau, memangnya siapa koas itu. Selain haus ilmu dan perlu bimbingan. Kok rasanya kesel, tapi tetep harus ikhlas.

"Astaghfirullah ... ayo semangat Rum, ini tugas mulia. Ke mana tekadmu dulu saat berjanji untuk menolong
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (19)
goodnovel comment avatar
Marsiah Yuliana
bacany nnti aj klo dh end biar g digantung kaya bju blm kering wkwkwkkw
goodnovel comment avatar
Asri Faris
Sudah up kak silahkan baca
goodnovel comment avatar
Medi Sumpeno
udah sibuk bikin kuker(kue kering) y kak,kok liburnya lama...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 34

    Ruma masuk rumah yang terasa sunyi. Rasya pasti sudah tidur mengingat ini sudah malam. Dia pun langsung ke kamar agar langsung bisa beristirahat. Begitu wanita itu membuka pintu kamarnya, ia tertegun menemukan Rasya masih terjaga di kamarnya menghadap laptop. "Kenapa Mas Raya di sini sih," keluh Ruma langsung bad mood. Suara derit pintu yang terbuka langsung membuat Rasya menoleh."Rum, kamu lembur? Aku kira jaga malam, kenapa telfon dan chat aku nggak dijawab. Lain kali bisa mengabari biar aku jemput," omel pria itu bernada perhatian. "Kamu belum tidur Mas?" tanya Ruma menaruh goodie bag besar di samping nakas. Malas sekali meladeni manusia bergelar suami ini. Ruma sepertinya harus menegaskan dan membuat batasan yang tegas. "Belum, kamu bawa apa? Malam-malam gini belanja?" tanya Rasya mendekat mengintip isinya."Iya Mas," jawab Ruma mengiyakan saja. Tidak mungkin Ruma mengatakan itu pemberian dari Raja. Bisa tantrum satu manusia ini cari gara-gara. Ruma malas berdebat. Ditambah d

    Last Updated : 2024-03-30
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 35

    "Makanya punya istri halal itu jangan dianggurin, kamu ngapain aja selama setahun?" ledek Raja berbasa-basi. Diam-diam pria itu kepo akut. Lantas setahun tinggal seatap ngapain aja? Apakah wanita secantik Ruma tidak terlihat? Atau masih kurang sempurna. Sungguh Raja tidak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya. Memang benar, setahun itu lama. Apalagi dalam rumah tangga yang tidak sama-sama menjaga alias toxic. Setiap hari harus menahan sabar. Kalau sudah begini, bukankah rugi sendiri. Harus diperbaiki dengan mental yang sudah awut-awutan, atau melepaskan padahal sudah mulai tumbuh rasa nyaman. Sungguh merugi bagi mereka yang tidak pandai bersyukur dengan apa yang sudah diberikan Tuhan. Rasya terdiam kacau, menatap sengit wajah sahabatnya yang sok memberi nasihat. Pikirannya makin pusing. Bukannya memberikan solusi, malah jadi kepikiran. "Terus, sekarang kalau sudah begini, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Raja penasaran. Apakah Rasya ingin mempertahankan rumah tangganya, atau jus

    Last Updated : 2024-04-01
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 36

    Setelah keluar dari ruangan Dokter Raja, Ruma masih kepikiran tentang perkataan pria itu. Sungguh dia tidak paham sama sekali. "Apa sebenarnya yang dimaksud Dokter Raja sih? Nggak mungkin banget kan dia seratus persen mengklaim ini anaknya. Ya walaupun dia yang pertama dan memang benar, tapi kan tidak mungkin juga kepikiran seorang istri tidak disentuh suaminya. Apalagi hubungan aku dan Mas Rasya sekarang terlihat dekat. Duh ... kok jadi pusing sih pagi-pagi," batin Ruma menggerutu resah.Perempuan itu tidak pernah tahu, kalau Raja mendapatkan informasi jawaban akurat dari sumber utama alias suaminya sendiri. Dasar pria memang tidak pandai menjaga rahasia. Bisa-bisanya Rasya sejujur itu dengan Raja yang memang tengah mencari tahu semuanya. "Kenapa Rum?" tanya Vina melihat rekannya dengan wajah kusut.Mau jawab nggak apa-apa, tapi mungkin wajahnya memang terlihat galau. Hanya saja dia harus pandai menyampingkan itu semua apalagi kalau sudah bertemu dengan yang namanya tugas kemanusia

    Last Updated : 2024-04-02
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 37

    "Pelan-pelan saja, calon ummi, tidak ada yang minta," ucap Dokter Raja tersenyum, lalu beranjak begitu saja. Vina sampai terbengong melihat kejadian itu. Sumpah demi apa, Dokter Raja bisa becandain orang gitu. Owh ... calon ummi? Apa orang itu juga tahu kalau Ruma hamil? "Rum, are you oke?" tanya Vina melihat rekannya masih menata napasnya akibat terbatuk-batuk. "Nggak oke lah ... ya ampun ... ngagetin aja tuh orang. Nggak ngerti banget lagi minum. Astaghfirullah .... ""Nah gitu istighfar yang banyak daripada marah-marah. Hihihi.""Kok Dokter Raja tahu kalau kamu hamil?"Lah iyalah tahu wong dia bapaknya? Tentu saja jawaban itu hanya terealisasi di hati. Tak mungkin diucapkan Ruma, atau dunia perdokteran akn tidak baik-baik saja. Bisa dibilang pasangan selingkuh. Astaghfirullah .... "Aku pernah periksa ke dokter obgyn, ya kaya periksa kehamilan pada umumnya. Mungkin dia lihat pas aku keluar dari ruang konsultasi.""Masa, tapi emang boleh langsung menyimpulkan seperti itu? Untung

    Last Updated : 2024-04-04
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 38

    Ruma seperti orang kaget, langsung memutus tatspn itu dengan mengalihkan ke arah lain. Begitupun dengan Dokter Raja, tidak menyangka akan bertemu dengan calon ibu dari anaknya di tempat yang sama. Kebetulan yang teramat kebetulan."Astaghfirullahaladzim ...," ucap Raja membuat atensi Dokter Yuda kembali menyala. "Kenapa Ja, sampai istighfar begitu?" tanya Yuda jelas becanda."Istri orang Yud," jawabnya jujur. Walau dalam hati merutuki perkataannya. Tidak bisa dibiarkan kalau perasaan itu terus tumbuh liar tanpa pengendalian. Sungguh definisi dari perhatian yang salah tempat."Pphhh ... istri orang memang sangat menantang. Mana? Aku penasaran juga siapa kah gerangan. Apakah itu Ruma?" tanya pria itu memastikan. Pasalnya di sana hampir semua meja yang terisi berpasangan. Hanya Raja dan Yuda yang terlihat sejenis. Yuda kembali mengedarkan pandangan. Mengamati pasangan yang tengah menyantap hidangan di meja sebelah. Terlihat Ruma beranjak dari kursinya. "Mas, aku ke belakang sebentar,"

    Last Updated : 2024-04-05
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 39

    "Kenapa kamu terlihat aneh melihat kedua pasangan tadi?" kata Rina jelas mengamati keduanya. "Hanya perasan Anda saja. Maaf saya permisi," ucap Raja tak ada waktu untuk meladeni perempuan yang sepertinya tidak punya hati lembut ini. Raja langsung berlalu begitu saja. Membuat Rina mencetak kesal. Dia langsung mengklaim betapa tidak beruntungnya dia telah mengabaikannya. "Sombong amat. Heh, Mas, kamu temannya Dokter Raja kan? Bilangin tuh lain kali matanya melek, masa cewek secantik saya tidak respect," ucap perempuan itu lalu beranjak. Yuda yang tengah serius menyelesaikan makanannya terbengong, lalu menggeleng rak percaya. Ada begitu jenis perempuan aneh begini. "Dasar cewek nggak jelas. Tadi ribut-ribut di meja orang, lah sekarang kalau Raja nggak ngelirik kenapa jadi situ yang tantrum," gumam pria itu kembali bersantap santai. Mengganggu waktunya yang indah saja. Sementara Raja langsung mengejar mobil Rasya yang jelas sudah tidak terlihat. Dia langsung ke arah jalan pulang. Na

    Last Updated : 2024-04-06
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 40

    Raja yang sudah sampai rumahnya lebih dulu langsung kepikiran begitu tidak menemukan mobil Rasya di halaman rumahnya. Pria itu masih menunggu beberapa menit lamanya di pelataran untuk memastikan Rumah pulang."Mereka ke mana ya, kok belum sampai," gumam Raja cemas.Pria itu mondar-mandir di teras rumah tak tenang. Rasanya ingin sekali menghubunginya, tetapi tidak punya cukup alasan mengingat ini di luar jam kerja dan sudah malam.Saat pikiran pria itu tengah kacau, tiba-tiba handphonenya bergetar. Raja langsung melihatnya dan menemukan nama Ruma yang melakukan panggilan."Hallo Rum! Hallo! Kamu di mana?" tanya Raja di ujung telepon. Tidak ada jawaban semakin membuatnya cemas. Pria itu harus menemukannya segera.Sementara Ruma yang panik tak sempat menerima panggilan yang sempat terhubung. Perempuan itu langsung beranjak memberi jarak saat pria itu mencoba menyentuh pipinya."Lepasin! Jangan menyentuhku!" ronta Ruma menghindari cekalan pria tak bertanggung jawab itu."Tenanglah ... aku

    Last Updated : 2024-04-08
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 41

    Raja yang hampir mengatakan sesuatu pun urung ikut melihat siapa gerangan yang melakukan panggilan di handphonenya. Dia terdiam tanpa berani mengatakan apa pun. Hak Ruma sepenuhnya untuk mrngabari suaminya dan Raja harus menyadari itu. Pria itu mengamati Ruma yang diam saja menatap layar ponselnya sampai panggilan itu berakhir. Ruma sengaja mengecilkan volume deringnya agar tidak berisik. "Kenapa tidak diangkat, bukankah Rasya yang menelpon?" Ruma langsung melirik dingin. Seolah tidak suka dengan ucapannya. "Dokter mengintip? Dia lebih suka kalau aku tidak mengangkatnya," jawab Ruma benar-benar kesal. Bagaimana bisa Rasya setega itu menurunkan dirinya di jalan tanpa tanggung jawab. Hampir saja dia mengalami pelecehan dari pria asing lagi. Apakah dirinya tak seberharga ini menjadi perempuan, sampai harus terdampar dengan keadaan yang lagi-lagi hampir membuat kehormatannya koyak. Rasanya dada itu sesak sendiri mengingat tadi. "Jangan terlalu dipikirkan, beberapa hari ke depan kam

    Last Updated : 2024-04-09

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 112

    Mas Raja yang menggoda, Ruma yang tidak suka. Suaminya ini kenapa malah dicie ciein, apa dia tidak bertanya-tanya kenapa Rina dan ibunya Rasya datang ke rumah. "Rum, maaf mengagetkan kamu pagi-pagi. Kebetulan sekali kalau Dokter Raja juga ada di rumah."Iya, Ruma memang kaget, ada hal penting apa sampai Rina dan mantan ibu mertuanya datang ke rumah. Sepertinya Mas Rasya juga, tetapi kenapa pria itu tidak turun dari mobil. "Iya, silahkan masuk Rin, Tante," ucap Ruma menyambutnya dengan hangat. Yang berlalu biarlah berlalu, yang penting sekarang Ruma mempunyai keluarga yang menyayanginya penuh syukur. "Terima kasih banyak, Rum," jawab Rina dan Tante Maria masuk. Lalu mengambil duduk setelah dipersilahkan. Kedatangan kedua orang di masa lalu Ruma tentu bukan tanpa alasan. Mereka merasa perlu bersilaturahmi untuk melegakan hatinya. Tentu saja karena memang ada suatu hal yang tidak melegakan hatinya. "Sebelumnya, maaf jika kedatangan kami membuat kamu dan keluarga tidak nyaman. Sudah

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 111

    "Sayang, lama banget, itu MUA-nya udah datang." Raja sampai menyusul ke kamar mandi sebab istrinya tak kunjung keluar. "Suruh nunggu Mas, aku sedikit mual." Ruma keluar kamar mandi dengan wajah sedikit pucat. "Loh, kamu sakit?" Dari semalam Ruma memang kurang enak badan. Sedikit masuk angin dan kurang istirahat lebih tepatnya. Jadi, berefek paginya. Padahal hari ini ada acara aqiqahan baby Maher. Malah mendadak tidak enak badan begini. "Nggak Mas, aku cuma agak mual dikit."Semalam baby Maher banyak rewelnya, tumben sekali bayi mungil itu meminta perhatian lebih. Ruma tidak bisa tidur nyenyak gegara putranya terlihat tidak seperti biasanya. Dia takut sendiri dan sedikit trauma kalau sampai ada apa-apa dengan bayinya. "Masuk angin sih ini. Minum obat ya, aku ambilin. Udah makan kan?""Nggak Mas, nggak usah. Ini udah agak mendingan kok," tolak Ruma merasa lebih baik. Pria itu beranjak mengambilkan minum hangat. Menganjurkan istrinya rehat sejenak. Acaranya masih nanti agak siangan,

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 110

    Ruma dan Raja sepakat mencari pengasuh untuk baby Maher. Tentu saja untuk meringankan pekerjaan istrinya. Apalagi sekarang Ruma tengah masa pemulihan pasca melahirkan. Sudah pasti repot harus membagi waktu untuk dirinya dan juga bayinya."Mas, nanti aku jadwal kontrol. Sekalian ke rumah sakit ya.""Iya, nanti aku antar. Jam berapa sayang?""Siang lah, kamu hari ini berangkat?""Cutiku udah habis, siang ya, nanti aku anterin dulu kalau pagi. Aku langsung pulang beres dari rumah sakit."Waktu Raja memang sangat sibuk. Dia hanya cuti beberapa hari menemani istrinya di rumah sakit dan di rumah. Selebihnya kembali sibuk di rumah sakit. "Iya, nggak pa-pa, ada suster Anna yang bantuin." Untungnya sesama dokter, jadi lebih tahu kesibukan masing-masing. Tidak menuntut untuk dimengerti sendirian. Saling memaklumi karena kehidupannya memang bukan sepenuhnya milik pasangannya. Harus terbagi dengan banyak orang yang membutuhkan.Setiap libur, Raja selalu meluangkan waktunya full di rumah. Karena

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 109

    Ruma langsung mengiyakan, HPL memang masih akhir bulan, tetapi benar tanda-tandanya baby boy mau launching. "Bisa jalan?" tanya Raja khawatir. Ruma mengangguk, walau dengan wajah menahan sakit, cukup aman untuk berjalan sampai ke mobil. "Ayo sayang, hati-hati!" Abi Zayyan dan juga Ummi Marsha juga langsung ikut ke rumah sakit. Sementara Bik Sumi pulang dengan taksi membawa belanjaan mereka. "Tambah kerasa ya?" tanya Raja sembari mengemudi perjalanan ke rumah sakit. "Iya Mas, lumayan," jawab Ruma memejam. Mengatur nafas, dan sesekali merilekskan tubuhnya saat tengah nyeri. Ini bukan pertama kali bagi Ruma, tetapi sakitnya tentu sama saja satu rasa. Namanya orang mau melahirkan, di mana-mana pasti luar biasa. "Lancar-lancar ya sayang, bantu Buna," ucap Raja sembari mengelus perut istrinya. Begitu sampai di rumah sakit, Ruma langsung disambut hangat oleh tim medis. Perempuan itu langsung dibawa ke ruang bersalin. Setelah dicek ternyata memang sudah pembukaan tiga. Masih lumayan

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 108

    Empat purnama tak terasa berlalu dengan cepat, Ruma kini tengah menanti hari-hari kelahiran anak kedua. Perempuan itu juga sudah menyelesaikan waktu magangnya. Jadi, bisa mempunyai banyak waktu di rumah menanti launching anak kedua."Aku berangkat ya, nanti kalau ada apa-apa kabari. Jangan belanja sendirian, nanti malam saja aku temani setelah pulang," pesan Raja tak membiarkan istrinya beraktivitas di luar tanpa dirinya. "Iya Mas, tapi kalau misalnya siang berubah pikiran, terus ditemani Bik Sumi gimana? Kan nggak sendirian juga." Tidak ingin terlalu banyak merepotkan, asal Raja mengizinkan, Rumah tidak mengapa berbelanja sendirian."Duh ... bumil ngeyel ya. Ya sudah, nanti pakai supir saja. Hati-hati ya, ingat selalu berkabar di mana pun berada." Raja mode posesif, bukan apa-apa, dia khawatir mengingat istrinya hamil besar. "Siap Mas, kamu juga hati-hati berangkat kerjanya," balas Ruma mengiyakan. Ruma menyalim takzim suaminya. Raja membalasnya dengan kecupan sayang di keningnya,

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 107

    "Ya Allah ... capek Mas, izin ke kamar ya," pamit Ruma setelah membantu membereskan sisa acara tadi. Padahal cuma bantuin dikit, tapi berada sekali punggungnya. "Kamu sih, dibilangin nggak usah masih suka maksa. Udah istirahat saja."Kalau Ruma sudah mengeluh, Raja yang khawatir. Istrinya itu kadang bandel, tapi ya namanya juga perempuan aktif, mana bisa diem. "Hem ... tadi nggak berasa Mas, sekarang baru terasa," ucap Ruma beranjak. Raja ikut mengekor istrinya ke dalam. Suasana rumah juga sudah sepi, semua tamu dan keluarga dekat sudah pulang sejak tadi. "Sayang, aku pijitin ya," kata pria itu perhatian. Bukan satu dua kali, Raja memang sering melakukan hal semacamnya saat istrinya mengeluh lelah. Ya walaupun ujung-ujungnya tetap bonus adegan panas. "Hmm ... beneran pijat atau minta bonus." Ruma sadar, wanita itu kemarin menundanya. Dia bahkan berjanji sendiri setelah acara bakalan nyenengin suaminya. Tapi, terkadang ekspektasi tak sesuai realita. Ruma terlihat kelelahan malam

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 106

    "Tidur sayang, aku tahu kamu capek. Aku nggak akan ganggu," kata Raja pengertian. "Baiknya suami aku. Terima kasih Mas," ucap Ruma merasa merdeka. Dia benar-benar tengah lelah. Beruntung punya Mas suami yang super pengertian, jadi tidak ada drama yang berkepanjangan."Ini beneran kan? Nggak ada mode dendam?" tanya Ruma menatap serius. "Astaghfirullah ... kamu capek kan? Tidur sayang, sebelum aku berubah pikiran," jawab Ruma gemas sendiri. "Oke sayang, besok dobel deh karena malam ini udah baik. I love you," kata wanita itu tersenyum lega. Mengecup pipi suaminya lalu menarik selimut rapat-rapat."Love you more," balas Raja tersenyum sembari mengelus kepalanya lembut. Dia benar-benar meloloskan Ruma malam ini. Tak perlu menunggu lama, wanita itu lelap menemukan kenyamanannya. "Bobok yang nyenyak," ucap pria itu menarik selimut, lalu menciumnya dengan sayang. Raja mana tega eksekusi istrinya mode maksa. Apalagi fisik Ruma tengah mode lelah plus hamil muda. Jadi, menyala sabarnya.Sem

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 105

    Berita kehamilan Ruma begitu menggembirakan untuk keduanya. Namun, Ruma dan Raja sepakat tidak membagi kabar bahagia ini dulu dengan keluarga besar. Namanya juga baru trimester pertama dan masih rentan, jadi sabar menahan diri untuk berbagi kabar menyenangkan ini. Raja juga khawatir kalau di luar sana ada saja orang yang mungkin tidak berkenan dengan hubungan mereka.Setelah berjalan empat bulan, Ruma baru berani speak up, tepatnya saat hendak menjalani acara empat bulanan. Kedua orang tua Raja dan juga kedua orang tua Ruma sampai terheran-heran ketika diberi tahu kabar bahagia ini."Kapan acaranya, Ja? Kok baru ngabarin?" Ummi Marsha jelas kaget sekaligus senang mengetahui menantunya tengah hamil. Raja sengaja menemui ibunya setelah dinas hari ini. Sebenarnya dia sudah tidak sabar membagi moment ini. Alhamdulillah sampai juga di acara empat bulanan. "Besok Ummi, Ruma juga sekarang masih dinas. Memang rencananya meminta libur sehari saja untuk acara besok.""Masya Allah alhamdulillah

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 104

    "Sayang, kalau mau ada yang dibeli pesan dari rumah aja. Misal butuhnya sekarang, atau udah mau butuh banget buat besok.""Iya Mas, santai aja. Sekarang kan serba mudah. Orang belanja sayuran segar aja bisa dari rumah. Cuma ya itu, yang mahal kan waktunya. Aku pingin jalan berduanya.""Duh ... kapan ya, besok sore gimana? Nggak mau janji juga, semoga nggak ada pasien mendadak.""Aamiin ... ngabarin aja Mas, tapi semoga bisa ya. Eh gimana kalau malam sabtu.""Kalau malam sabtu malah sudah berencana bad minton sama temen-temen. Boleh kan yank.""Duh ... aku ditinggal gitu sendirian di rumah." Rumah merengut, nggak enak banget malam-malam sendirian di rumah."Boleh ikut kok, ada banyak teman-teman juga. Mungkin pada bawa pasangannya juga.""Beneran boleh ikut?""Iya boleh."Waktu berdua itu sangat berharga bagi mereka. Semenjak kepergian Sama, Rumah memang anti kesepian. Dia juga terlihat lebih manja dengan suaminya. Beruntung mempunyai suami yang pengertian, sama-sama bucin, jadi tidak

DMCA.com Protection Status