Ruma dan Raja sepakat mencari pengasuh untuk baby Maher. Tentu saja untuk meringankan pekerjaan istrinya. Apalagi sekarang Ruma tengah masa pemulihan pasca melahirkan. Sudah pasti repot harus membagi waktu untuk dirinya dan juga bayinya."Mas, nanti aku jadwal kontrol. Sekalian ke rumah sakit ya.""Iya, nanti aku antar. Jam berapa sayang?""Siang lah, kamu hari ini berangkat?""Cutiku udah habis, siang ya, nanti aku anterin dulu kalau pagi. Aku langsung pulang beres dari rumah sakit."Waktu Raja memang sangat sibuk. Dia hanya cuti beberapa hari menemani istrinya di rumah sakit dan di rumah. Selebihnya kembali sibuk di rumah sakit. "Iya, nggak pa-pa, ada suster Anna yang bantuin." Untungnya sesama dokter, jadi lebih tahu kesibukan masing-masing. Tidak menuntut untuk dimengerti sendirian. Saling memaklumi karena kehidupannya memang bukan sepenuhnya milik pasangannya. Harus terbagi dengan banyak orang yang membutuhkan.Setiap libur, Raja selalu meluangkan waktunya full di rumah. Karena
"Sayang, lama banget, itu MUA-nya udah datang." Raja sampai menyusul ke kamar mandi sebab istrinya tak kunjung keluar. "Suruh nunggu Mas, aku sedikit mual." Ruma keluar kamar mandi dengan wajah sedikit pucat. "Loh, kamu sakit?" Dari semalam Ruma memang kurang enak badan. Sedikit masuk angin dan kurang istirahat lebih tepatnya. Jadi, berefek paginya. Padahal hari ini ada acara aqiqahan baby Maher. Malah mendadak tidak enak badan begini. "Nggak Mas, aku cuma agak mual dikit."Semalam baby Maher banyak rewelnya, tumben sekali bayi mungil itu meminta perhatian lebih. Ruma tidak bisa tidur nyenyak gegara putranya terlihat tidak seperti biasanya. Dia takut sendiri dan sedikit trauma kalau sampai ada apa-apa dengan bayinya. "Masuk angin sih ini. Minum obat ya, aku ambilin. Udah makan kan?""Nggak Mas, nggak usah. Ini udah agak mendingan kok," tolak Ruma merasa lebih baik. Pria itu beranjak mengambilkan minum hangat. Menganjurkan istrinya rehat sejenak. Acaranya masih nanti agak siangan,
Mas Raja yang menggoda, Ruma yang tidak suka. Suaminya ini kenapa malah dicie ciein, apa dia tidak bertanya-tanya kenapa Rina dan ibunya Rasya datang ke rumah. "Rum, maaf mengagetkan kamu pagi-pagi. Kebetulan sekali kalau Dokter Raja juga ada di rumah."Iya, Ruma memang kaget, ada hal penting apa sampai Rina dan mantan ibu mertuanya datang ke rumah. Sepertinya Mas Rasya juga, tetapi kenapa pria itu tidak turun dari mobil. "Iya, silahkan masuk Rin, Tante," ucap Ruma menyambutnya dengan hangat. Yang berlalu biarlah berlalu, yang penting sekarang Ruma mempunyai keluarga yang menyayanginya penuh syukur. "Terima kasih banyak, Rum," jawab Rina dan Tante Maria masuk. Lalu mengambil duduk setelah dipersilahkan. Kedatangan kedua orang di masa lalu Ruma tentu bukan tanpa alasan. Mereka merasa perlu bersilaturahmi untuk melegakan hatinya. Tentu saja karena memang ada suatu hal yang tidak melegakan hatinya. "Sebelumnya, maaf jika kedatangan kami membuat kamu dan keluarga tidak nyaman. Sudah
Raja terjaga setelah mendengar deringan alarm ponselnya memekik. Pria itu merasakan kepalanya sedikit pening. Tidak biasanya ia terbangun dengan keadaan begini. Walau ia merasakan stamina tubuhnya begitu berbeda.Pria itu merasa asing menatap sekitar. Jelas sekali ini bukan kamarnya. Lalu di mana? Ia menoleh memastikan keadaan. Netranya hampir melompat dari tempatnya kala mendapati bahu seputih susu terpampang di depannya."Astaghfirullahalazim ...," ucap pria tampan itu shock seketika. Ia langsung memandang dirinya sendiri dengan perasaan tak terduga.Hatinya bergemuruh kala mendapati pakaiannya, dan juga pakaian gadis yang kini masih lelap di bawah selimutnya itu berserakan di lantai kamar.Raja bergegas turun dari ranjang. Memungut pakaiannya dengan kasar, lalu beranjak ke kamar mandi. Sungguh ini tidak benar. Apa yang telah terjadi. Mengapa dia bisa satu kamar dengan seorang gadis.Bukan hanya itu, dia telah melanggar norma agama yang seharusnya tidak boleh dilakukan tanpa adanya
Ruma berjalan cepat meninggalkan kamar enam kosong enam. Dia tidak mendengarkan seruan Raja yang tiba-tiba mendapatkan panggilan darurat dari rumah sakit.Pria itu ingin sekali mengejar wanita yang telah menghabiskan satu malam bersamanya. Setidaknya duduk tenang tanpa ketegangan. Menyelesaikan masalah yang baru saja terjadi. Namun, waktu seakan tak memberikan restu untuk keduanya.Raja langsung bertolak ke rumah sakit. Meninggalkan kerumitan hatinya yang tengah melanda. Jelas saja dia merasa hidupnya telah berubah dalam semalam.Sementara Ruma pulang ke rumah dengan suasana hati yang sangat tidak nyaman. Beruntung dia masuk shif siang. Jadi, tidak harus dikejar deadline untuk pemeriksaan.Wanita itu pulang dengan taksi. Sepanjang perjalanan, pikirannya menerawang jauh tentang kejadian semalam. Dia agak lupa setelah kedatangannya bersama Rasya ke sebuah jamuan makan.Hatinya bergejolak hebat mengingat itu semua. Lalu, kenapa Rasya meninggalkannya pada seorang pria asing. Apakah dia se
Ruma langsung menundukkan pandangan dan melangkah cepat sembari menarik Vina. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan pria itu lagi di rumah sakit. Jujur, Ruma takut kalau masalah semalam ada yang tahu. Apalagi dia punya suami, dan tengah memperjuangkan cintanya."Apaan sih, Rum, narik-narik. Ada Dokter Raja tuh. Kesempatan nyapa dulu," protes Vina kesal."Kamu kenal?" tanya Ruma polos. Dia sudah hampir dua bulan di rumah sakit ini, tetapi tak begitu paham dengan dokter tadi.Jelas saja dia kenal, bahkan hampir semua staf dan dokter di rumah sakit tahu pria itu siapa."Ya ampun Ruma, seluruh penghuni rumah sakit ini juga tahu kali siapa tuh orang. Kamu ke mana saja. Dokter sekeren Raja sampai tidak kenotice. Ish ish ish."Vina menggeleng takjub. Ke mana saja selama ini sahabatnya itu. "Siapa emang? Senior ya?" tanya Ruma sungguh tak paham dengan pria yang semalam menghabiskan malam panas dengannya. Harap-harap cemas dan berdoa semoga tidak bersenggolan dengannya lagi."Beneran nggak
"Astaghfirullahalazim ...," ucap wanita itu langsung berdiri. Sudah macam melihat hantu saja. Kaget tak terkira melihat pria itu tiba-tiba ada di depannya.Hidup lagi capek-capeknya malah bertemu lagi dan lagi dengan orang satu ini. Kenapa pria itu berkeliaran di sini malam-malam begini. Apakah Dokter itu juga tengah jaga malam."Maaf, saya sedang nugas," ujar wanita itu jelas menghindarinya."Jangan khawatir, saya yang bertanggung jawab di rumah sakit ini. Tolong ikut saya sebentar," ujar pria itu dingin. Wajahnya lempeng tanpa senyum sedikit pun. Memberikan kesan tak nyaman seketika.Mau tidak mau akhirnya Ruma mengikuti langkah Dokter itu. Suasana lorong rumah sakit sangatlah sepi. Hanya satu dua orang petugas nampak berlalu lalang.Mereka menuju lift, hingga sampai di lantai 4. Ruangan Raja ada di sana.Perempuan itu terus mengikutinya, padahal dia harus membuat morning report pagi ini. Kenapa malah terjebak di ruang Dokter begini."Ada apa, Dok?" tanya Ruma langsung saja. Dia mer
Sejak pertemuan sengit itu, Ruma dan Raja berusaha menutup rapat-rapat peristiwa panas malam itu. Raja berusaha menepis rasa bersalahnya, sedang Ruma berusaha melanjutkan hidup dengan suami dinginnya. Sementara ini masih aman, karena pria berstatus suaminya itu masih anti dirinya, dingin, dan hampir tidak peduli. Sedang Raja berusaha mencari tahu apa yang telah terjadi malam itu."Permisi, selamat sore, saya salah satu pengguna kamar enam kosong enam kemarin. Kalau boleh tahu itu pesanan atas nama siapa ya? Saya juga mau minta rekaman CCTV hari kemarin.""Sore, mohon maaf Bapak, aturan dari kami tidak boleh memberikan identitas pengunjung terhadap orang lain. Harap dijadikan maklum," ucap pegawai resepsionis itu mengatupkan kedua tangannya.Sebenarnya Raja sudah menduga ini akan terjadi. Tetapi apa salahnya mencoba. Dia benar-benar sangat penasaran dengan kejadian malam itu."Kalau begitu, bolehkah saya melihat rekaman CCTV-nya?" ucap Raja penuh harap.Resepsionis pun menghubungi mana