Share

Bab 5

Penulis: Asri Faris
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-05 14:25:09

Sejak pertemuan sengit itu, Ruma dan Raja berusaha menutup rapat-rapat peristiwa panas malam itu. Raja berusaha menepis rasa bersalahnya, sedang Ruma berusaha melanjutkan hidup dengan suami dinginnya. Sementara ini masih aman, karena pria berstatus suaminya itu masih anti dirinya, dingin, dan hampir tidak peduli. Sedang Raja berusaha mencari tahu apa yang telah terjadi malam itu.

"Permisi, selamat sore, saya salah satu pengguna kamar enam kosong enam kemarin. Kalau boleh tahu itu pesanan atas nama siapa ya? Saya juga mau minta rekaman CCTV hari kemarin."

"Sore, mohon maaf Bapak, aturan dari kami tidak boleh memberikan identitas pengunjung terhadap orang lain. Harap dijadikan maklum," ucap pegawai resepsionis itu mengatupkan kedua tangannya.

Sebenarnya Raja sudah menduga ini akan terjadi. Tetapi apa salahnya mencoba. Dia benar-benar sangat penasaran dengan kejadian malam itu.

"Kalau begitu, bolehkah saya melihat rekaman CCTV-nya?" ucap Raja penuh harap.

Resepsionis pun menghubungi manager hotel tersebut. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya seorang pria berperawakan sedang keluar menemuinya.

"Dokter Raja?" sapa seorang mengenalinya.

"Wawan, kamu manager di sini?" balas pria itu tak menyangka akan bertemu kawan lamanya.

"Ya, ada apa Bro?" tanya pria itu juga nampak kaget dan senang berjumpa dengan kawan baiknya yang sudah lama tak jumpa.

"Wah ... senang bertemu denganmu, apa kabar?"

"Baik-baik. Alhamdulillah."

Mereka berakrab ria saling memeluk hangat. Setelah menanyakan kabar satu sama lain, Raja pun menceritakan kronologi yang terjadi pada dirinya. Tidak sepenuhnya, tetapi jelas inti dari peristiwa yang menimpa pria itu. Hingga bisa terdampar di sebuah kamar panas bersama gadis bersuami. Naas sekali nasibnya.

"Waduh ... sebenarnya ini rahasia." Pria itu nampak galau, tetapi begitulah kekuatan orang dalam, semua bisa dengan mudah dibicarakan.

"Saya hanya ingin tahu saja. Siapakah orang baik yang sudah memesankan penginapan untukku," ucap Raja penasaran.

Dengan berat hati dan bersifat rahasia, mengingat pria baik di depannya juga pernah menolongnya, akhirnya Raja diperbolehkan untuk melakukan penyelidikan di hotel itu.

Pria itu begitu kaget saat melihat CCTV dengan gambar dirinya yang mendatangi kamar enam kosong enam. Sore itu dia memang sedang berkegiatan di sana untuk mengisi workshop. Rencananya akan sekalian menginap mengingat acaranya berlangsung hingga malam. Seingatnya, Raja hanya minum minuman yang sudah disediakan di meja oleh pihak penyelenggara. Kenapa bisa sefatal ini. Apakah minuman itu mengandung obat?

Pria itu menjadi merasa bersalah telah menuduh perempuan itu yang menggoda dan mendatanginya. Ia sempat berpikir kalau anak koas itu sengaja menjeratnya untuk kepentingan tertentu.

"Kasihan sekali, apakah Ruma baru saja menikah dan belum sempat tidur dengan suaminya? Kenapa bisa kebetulan begini," batin Raja mendadak semakin kepikiran.

Jelas dia merasa bersalah, dia menjadi orang pertama yang seharusnya tidak melakukan itu. Apakah kemarin malam juga dia memaksanya? Sungguh, Raja tak bisa mengingat dengan jelas. Dia hanya merasa begitu menginginkan sesuatu pada dirinya.

"Bagaimana kalau setelah ini gadis itu dicap perempuan tidak benar oleh suaminya karena sudah tidak perawan lagi." Mendadak Raja galau. Sebagai pria yang bertanggung jawab, seharusnya dia mengakuinya.

"Bagaimana, apakah sudah mendapatkan petunjuk?" tanya Wawan bersifat membantu saja. Sejenak membuyarkan pikiran Raja.

Pria itu terus menyimak adegan berulang-ulang saat seorang karyawan membawakan minuman ke mejanya. Satu-satunya orang yang patut dicurigai. Karena setelah itu Raja tidak begitu jelas mengingatnya.

"Saya mau bertemu dengan orang di CCTV ini? Apakah kamu bisa memanggilkannya untukku," ujar Raja menunjuk salah satu karyawan yang dimaksud.

"Ya, tentu saja bisa," jawab Wawan lalu memanggil pria di vidio tersebut. Sayang, karyawan yang dimaksud tidak masuk lantaran izin hari ini.

"Apakah kamu mempunyai alamat pegawai ini?" tanya Raja mulai mendapatkan petunjuk.

Pria itu menyalin potongan vidio ke ponselnya. Dia akan menindak lanjuti kasus ini bila benar kesengajaan yang disebabkan oleh orang tak bertanggung jawab.

"Kurang tahu, tapi identitas semua pegawai di sini masuk dalam data kami. Biar aku lihat dulu."

Raja pun menyimpannya, dia harus bisa menemukan pelaku dibalik insiden malam panas itu. Karena ulah oknum tidak bertanggung jawabnya, dirinya dan seorang wanita menjadi korban.

"Sedikit ada titik terang, terima kasih Bro," ucap Raja mulai ada jalan. Walaupun dia masih penasaran dengan minuman yang tersaji di meja.

Pria itu pulang ke rumah orang tuanya. Sudah saatnya sungkem dengan kanjeng umma setelah beberapa hari tidak berkunjung ke rumah. Bahkan, jarang sekali mengunjungi ndalem.

"Raja pulang Umma," ucap pria dewasa itu dengan salam. Mencium takzim ibunya.

"Sudah makan?" tanya Umma Marsha selalu yang pertama.

"Belum, Umma, masih kenyang," jawab Raja belum terlalu lapar.

Sementara di sisi lain, Zura pulang dengan wajah mengantuk dan lelah. Belum sempat tidur, jadi dia akan tidur setelah bebersih. Perempuan itu baru saja menjatuhkan bokongnya ke kasur, lalu merebah sejenak merilekskan tubuhnya, tetiba pintu kamarnya dibuka begitu saja.

Ruma langsung terjingkat kaget, dia spontan menarik diri mengambil duduk. Lagian kenapa Mas Rasya tumben sore ini sudah pulang.

"Mas Rasya, bisa pelan nggak sih, minimal ketuk pintu dulu kalau masuk. Ngagetin orang aja," protes Ruma kesal. Hidup lagi capek-capeknya malah menemukan suami julidnya masuk ke kamar tanpa sopan.

"Bergegas Rum, mami mau ke sini. Cepetan pindahan kamar sebelah. Bawa sekalian barang kamu," ujar Rasya menginterupsi cepat.

"Kenapa harus pindah segala, biasanya juga mami main ke sini. Aku capek Mas, mau tidur dulu, tolong keluar."

Ruma benar-benar lelah, dia hanya butuh rehat sejenak mengingat semalam baru jaga malam dan paginya harus follow up pasien, hingga berlanjut di poli. Sudah macam zombie saja. Benar-benar butuh tidur.

"Beda lah, mami mau nginep. Kamu sekalian siapin makanan ya. Masak apa kek, jangan sampai mami curiga tentang hubungan kita."

Ruma menghela napas lelah, dia benar-benar butuh tidur walau sebentar. Tubuhnya capek, matanya ngantuk. Bagaimana ceritanya memasak di dapur, bisa-bisa hijrah ke alam mimpi.

Rasya mengemas barang Ruma tanpa permisi. Dia mondar-mandir memindah ke kamarnya. Repot sekali dia, entahlah. Ruma membiarkan saja pemandangan itu terjadi.

"Kamu kok malah bengong, cepat siapkan jamuan untuk mami," titah Rasya tanpa mau tahu kondisi istrinya.

"Ya Rabb, sabarku kurang panjang, dosaku banyak. Beri aku petunjuk agar bisa tetap ikhlas," batin Ruma seakan nyerah.

"Mas, kenapa tidak pesan saja. Aku sangat lelah," keluh perempuan itu mengiba.

"Ya sudah, terserah kamu saja," ujar Rasya pada akhirnya.

Ruma delivery makanan lewat ponsel pintarnya. Sembari menunggu pesanan datang, Ruma lebih dulu menyempatkan mandi.

"Huhf ... akhirnya beres juga," ucap Rasya selesai memindah barang asal.

Tak berselang lama Mami datang, Rasya langsung menyambut ibunya dengan suka cita.

"Di mana Ruma? Dia belum pulang?" tanya Mami Rasya sembari mengambil duduk.

"Baru pulang Ma, dia sedang mandi," jawab pria itu seolah hubungan mereka baik-baik saja.

Di depan ibunya, Rasya selalu bersikap manis dan baik terhadap dirinya. Ruma mulai lelah, sepertinya dia benar-benar akan menyerah.

"Kamu tidur di sofa, aku tidak mau satu ranjang denganmu," kata Rasya dingin.

"Hmm ... jangan khawatir, aku juga tidak tertarik untuk naik ke tempat tidurmu," jawab Ruma santai.

Komen (15)
goodnovel comment avatar
ramadhaniyulia
Rasya parah sih...punya istri spek bidadari gak di notice sama sekali
goodnovel comment avatar
Duma Candrakasi Harahap
jgn sampe kamu nyesel ya rasya
goodnovel comment avatar
Sumarni Eni
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 6

    "Bagus lah kalau tahu diri, hanya mengingatkan saja. Ini tetap kamarku, dan kamu bisa kembali lagi ke kamarmu setelah mami pulang," ucap Rasnya selalu seenaknya. Seakan tidak pernah menganggap Ruma sedikit pun. Gadis itu tidak menjawab lagi. Sebenarnya dia sangat lelah dan butuh istirahat segera. Namun, rasanya tidak pantas kalau tidak menemui mertuanya yang sudah menyempatkan ke rumahnya. Apalagi beliau orangnya juga sangat baik. "Temui mami, berbaik hatilah kamu dan jangan sampai beliau tahu tentang hubungan kita," kata Rasya mewanti-wanti. Dia selalu mengajarkan Ruma untuk berbohong pada ibunya. Bersikap seolah hubungan mereka normal seperti pasangan lainnya. Padahal tidak sama sekali, semua hanya pencitraan di depan keluarganya saja. Ruma keluar kamar setelah beres mandi. Dia menemui mertuanya yang sudah datang sejak setengah jam lalu. "Assalamu'alaikum Mi," sapa Ruma santun. Seperti biasa, menyalim takzim beliau. "Kamu apa kabar Rum, baru saja pulang ya?""Baik Mi, iya, Mami

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 7

    "Kamu akan dapat masalah setelah ini," kata Raja menatap serius.Ruma tahu itu dan seharusnya dia memang bersikap profesional. Dia tidak boleh mencampuradukkan urusan pekerjaan dengan hal pribadi. Apalagi untuk kemaslahatan pasien."Sakit, Mas," rengek Rina terdengar begitu manja saat Ruma kembali masuk. Saat ini dia tidak sendiri, melainkan ada Raja juga yang ikut membantu. Atau lebih tepatnya memantau seraya menganalisa pasien.Perempuan itu menghela napas kasar. Mencoba mengabaikan perasaannya yang tak berarti ini. Ruma tahu dia belum dicintai, tapi bisakah dua manusia ini berperikemanusiaan sedikit saja untuk tidak mengumbar kemesraan di depannya."Biusnya hanya sebentar dan kamu tidak harus lihat. Tenang saja, Ruma akan melakukannya dengan baik," kata Raja membuat pekerjaan Ruma setidaknya lebih berarti."Iya, kamu bisa terus menatapku agar teralihkan," hibur Rasya menangkup pipinya."Tenang, Ruma, selesaikan tugasmu dengan baik. Setelah ini, kamu boleh melakukan apa pun sesuka ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-19
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 8

    Raja menatap tubuh itu berlalu begitu saja. Mengabaikan rasa penasarannya yang sebenarnya sama sekali bukan urusannya.Wanita itu sempat menengok sekilas, lalu beranjak dengan motornya. Dia tidak begitu peduli penilaian Dokter Raja terhadap dirinya seperti apa. Seharusnya malam ini dia mematuhi perkataan suaminya. Membeli makanan yang enak-enak untuk mertuanya, lalu bersandiwara Rasya akan pulang terlambat karena lembur. Tetapi malam ini Ruma tidak ingin berbohong. Dia hanya memesan makanan tetapi tidak kunjung pulang. Ruma malah menyusul teman-temannya yang saat ini tengah makan di luar. Bukan maksud hati tak patuh, dia hanya sedang lelah. Butuh healing untuk mengembalikan moodnya yang tengah hancur seharian ini. Apalagi besok dia mau menghadapi ujian, tentu butuh fisik yang sehat, serta hati dan pikiran yang baik. "Sorry telat, udah pada pesen?" tanya Ruma langsung bergabung di meja yang sama. Tempat favorit bersama teman-temannya memanjakan perut. "Baru kok, maaf aku kira kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 9

    "Makasih," ucap Ruma lalu meminumnya. Dia memang haus dan lumayan capek. Beruntung ada Dokter Raja yang menolongnya malam ini. Raja hanya mengangguk mengiyakan. kembali fokus menatap depan dengan posisi masih duduk menyamping di belakang jok kemudi. Kedua kakinya keluar dari mobil. Sementara Ruma berdiri menyenderkan tubuhnya di badan mobil bagian samping. "Dokter baru pulang?" tanya Ruma berbasa-basi. Bingung dan canggung untuk melanjutkan obrolan. "Iya, kenapa tidak meminta jemput suamimu saja. Ini kan sudah malam juga. Apa kamu sudah memberi kabar?" tanya Raja hati-hati. Pria itu tidak bermaksud hendak ikut campur. Suasana sudah malam sedang dia tidak tega meninggalkan Ruma sendirian di jalan. Entahlah, hatinya mendadak sepeduli itu. "Belum." Ruma menggeleng. Sedetik kemudian wajahnya berubah menjadi sendu. Mana suaminya peduli, dia bahkan tidak mau tahu urusan Ruma sedang apa dan lagi apa. "Dokter kalau mau pulang, pulang saja. Sebentar lagi mungkin taksiku datang," ujar Ruma

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-23
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 10

    Raja terus mengamati sampai Ruma masuk bersama seorang wanita. Sementara wajah Rasya terlihat begitu kesal. Pria itu semakin penasaran dengan apa yang tengah terjadi. Namun, tak gegabah menyapa Rasya lantaran tak punya alasan yang tepat maksud keberadaannya di sana. Setelah beberapa menit berlalu, Rasya memutuskan masuk. Namun, langkahnya terhenti saat prasangkanya merasakan ada seseorang di luar sana yang seperti tengah mengamati pergerakannya. Raja sendiri langsung beranjak cepat begitu melihat Rasya menoleh. Dia perlu tahu lebih dulu tanpa melibatkan siapa pun. "Kaya ada orang," gumam Rasya berjalan mendekat. Sekilas seperti melihat bayangan orang lain, tetapi tak begitu jelas. Ia yang hendak masuk malah penasaran untuk melihat dulu siapa dibalik pepohonan hias itu. Sementara Raja yang berada di tempat persembunyiannya pun harap-harap cemas sembari menyiapkan prakata barang kali ditemukan oleh Rasya. Dia berpikir keras untuk mencari alasan yang tepat. "Rasya, ngapain k

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 11

    "Ruma! Rasya!" seru Raja menyebut namanya. Terlihat jelas perempuan itu diantar Rasya. Raja bahkan melihat langsung keluar dari mobilnya. Tentu hal itu sangat mencurigakan. Bukankah Ruma punya suami, dan Rasya juga sudah menikah? Kali ini Raja harus menyapanya. Mumpung dalam kawasan tempat kerjanya."Dokter?" sapa Ruma kikuk sendiri. Menormalkan ekspresi kejutnya yang tiba-tiba. Pagi-pagi sudah bertemu dengan Dokter Raja. Apa kabar hari ini. "Raja!" sahut Rasya balas memanggilnya."Kalian kok bisa bareng?" tanya Dokter Raja biasa saja. Berusaha menyembunyikan rasa kepo yang sudah menggunung sejak kemarin. Selebihnya dia memang menaruh curiga. Pasti akan mencari tahu setelah ini. Entahlah, mendadak ia begitu tertarik dengan urusan mereka. Apakah itu semua gegara Ruma. "Kebetulan bertemu di jalan, aku kasihan saja melihatnya sepertinya buru-buru sedang menunggu taksi, jadi kuajak bareng," jelas Rasya beralasan. Tersenyum yang bagi Rasya jelas kurang menyakinkan. "Owh ...." Raja meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 12

    Ruma langsung berdiri begitu saja meraih Vina. Dia mensejajarkan tubuhnya kaget saat menyadari kesalahan yang baru saja diperbuat."Dokter Raja!" seru gadis itu terkesiap langsung melepas tangannya. Wajahnya merona malu sekaligus pucat seketika. Bagaimana bisa dia menarik orang yang salah. Dan sialnya, Dokter Raja yang kebetulan melintas. Kenapa bisa kebetulan sekali. Apakah semesta sedang mempermainkannya.Terus Vina ke mana? Kenapa Ruma sampai tidak sadar begini.Raja yang kebetulan baru saja keluar dari lift kaget saat tiba-tiba seseorang menarik jasnya begitu saja. Dia hampir saja terjerembab kalau tidak sigap mempertahankan diri. Untung tubuhnya cukup kuat ketimbang tarikan Ruma yang mungkin tidak disengaja itu. Entahlah.Pria itu balas menatap Ruma datar, ada apa dengan perempuan ini. Sepertinya salah fokus sampai menarik-narik dirinya begini. "Maaf Dok, saya nggak sengaja," ucap Ruma kikuk. Wajahnya merah padam tak karuan."Ya ... kamu lagi banyak pikiran ya?" tebak Dokter Raja

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 13 Istri Status

    Mobil terus melaju membawa keduanya. Ruma hanya diam dengan pikirannya sendiri. Dia bingung dan tidak punya topik untuk menanyakan sesuatu. Begitupun dengan Dokter Raja, sebenarnya dia punya banyak pertanyaan mengenai wanita di sampingnya. Bahkan sangat penasaran dengan kehidupannya sejak malam panas itu. Apakah suaminya tahu akan hal ini? Pasti sangat kecewa kalau tahu Ruma bermalam dengan pria lain walaupun itu sebuah ketidaksengajaan. Hening untuk beberapa menit berlalu. Sampai mobil itu berhenti tepat di halaman sebuah bengkel dan toko sparepart. "Udah sampai ya?" tanya Ruma begitu mobil itu terparkir sempurna. "Iya, ayo turun!" kata Raja membuka pintu. Diikuti Ruma keluar dari mobil. Raja terlihat beramah tamah dengan pegawai di sana. Sepertinya sudah akrab betul. "Motornya udah jadi Mat?" tanya pria itu memastikan. "Eh, Gus Raja, sudah beres Gus, tapi belum sempat dicuci. Nunggu sebentar ya, tak selesaikan satu lagi," ujarnya sembari sibuk mengerjakan yang lain. "Ya sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 112

    Mas Raja yang menggoda, Ruma yang tidak suka. Suaminya ini kenapa malah dicie ciein, apa dia tidak bertanya-tanya kenapa Rina dan ibunya Rasya datang ke rumah. "Rum, maaf mengagetkan kamu pagi-pagi. Kebetulan sekali kalau Dokter Raja juga ada di rumah."Iya, Ruma memang kaget, ada hal penting apa sampai Rina dan mantan ibu mertuanya datang ke rumah. Sepertinya Mas Rasya juga, tetapi kenapa pria itu tidak turun dari mobil. "Iya, silahkan masuk Rin, Tante," ucap Ruma menyambutnya dengan hangat. Yang berlalu biarlah berlalu, yang penting sekarang Ruma mempunyai keluarga yang menyayanginya penuh syukur. "Terima kasih banyak, Rum," jawab Rina dan Tante Maria masuk. Lalu mengambil duduk setelah dipersilahkan. Kedatangan kedua orang di masa lalu Ruma tentu bukan tanpa alasan. Mereka merasa perlu bersilaturahmi untuk melegakan hatinya. Tentu saja karena memang ada suatu hal yang tidak melegakan hatinya. "Sebelumnya, maaf jika kedatangan kami membuat kamu dan keluarga tidak nyaman. Sudah

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 111

    "Sayang, lama banget, itu MUA-nya udah datang." Raja sampai menyusul ke kamar mandi sebab istrinya tak kunjung keluar. "Suruh nunggu Mas, aku sedikit mual." Ruma keluar kamar mandi dengan wajah sedikit pucat. "Loh, kamu sakit?" Dari semalam Ruma memang kurang enak badan. Sedikit masuk angin dan kurang istirahat lebih tepatnya. Jadi, berefek paginya. Padahal hari ini ada acara aqiqahan baby Maher. Malah mendadak tidak enak badan begini. "Nggak Mas, aku cuma agak mual dikit."Semalam baby Maher banyak rewelnya, tumben sekali bayi mungil itu meminta perhatian lebih. Ruma tidak bisa tidur nyenyak gegara putranya terlihat tidak seperti biasanya. Dia takut sendiri dan sedikit trauma kalau sampai ada apa-apa dengan bayinya. "Masuk angin sih ini. Minum obat ya, aku ambilin. Udah makan kan?""Nggak Mas, nggak usah. Ini udah agak mendingan kok," tolak Ruma merasa lebih baik. Pria itu beranjak mengambilkan minum hangat. Menganjurkan istrinya rehat sejenak. Acaranya masih nanti agak siangan,

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 110

    Ruma dan Raja sepakat mencari pengasuh untuk baby Maher. Tentu saja untuk meringankan pekerjaan istrinya. Apalagi sekarang Ruma tengah masa pemulihan pasca melahirkan. Sudah pasti repot harus membagi waktu untuk dirinya dan juga bayinya."Mas, nanti aku jadwal kontrol. Sekalian ke rumah sakit ya.""Iya, nanti aku antar. Jam berapa sayang?""Siang lah, kamu hari ini berangkat?""Cutiku udah habis, siang ya, nanti aku anterin dulu kalau pagi. Aku langsung pulang beres dari rumah sakit."Waktu Raja memang sangat sibuk. Dia hanya cuti beberapa hari menemani istrinya di rumah sakit dan di rumah. Selebihnya kembali sibuk di rumah sakit. "Iya, nggak pa-pa, ada suster Anna yang bantuin." Untungnya sesama dokter, jadi lebih tahu kesibukan masing-masing. Tidak menuntut untuk dimengerti sendirian. Saling memaklumi karena kehidupannya memang bukan sepenuhnya milik pasangannya. Harus terbagi dengan banyak orang yang membutuhkan.Setiap libur, Raja selalu meluangkan waktunya full di rumah. Karena

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 109

    Ruma langsung mengiyakan, HPL memang masih akhir bulan, tetapi benar tanda-tandanya baby boy mau launching. "Bisa jalan?" tanya Raja khawatir. Ruma mengangguk, walau dengan wajah menahan sakit, cukup aman untuk berjalan sampai ke mobil. "Ayo sayang, hati-hati!" Abi Zayyan dan juga Ummi Marsha juga langsung ikut ke rumah sakit. Sementara Bik Sumi pulang dengan taksi membawa belanjaan mereka. "Tambah kerasa ya?" tanya Raja sembari mengemudi perjalanan ke rumah sakit. "Iya Mas, lumayan," jawab Ruma memejam. Mengatur nafas, dan sesekali merilekskan tubuhnya saat tengah nyeri. Ini bukan pertama kali bagi Ruma, tetapi sakitnya tentu sama saja satu rasa. Namanya orang mau melahirkan, di mana-mana pasti luar biasa. "Lancar-lancar ya sayang, bantu Buna," ucap Raja sembari mengelus perut istrinya. Begitu sampai di rumah sakit, Ruma langsung disambut hangat oleh tim medis. Perempuan itu langsung dibawa ke ruang bersalin. Setelah dicek ternyata memang sudah pembukaan tiga. Masih lumayan

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 108

    Empat purnama tak terasa berlalu dengan cepat, Ruma kini tengah menanti hari-hari kelahiran anak kedua. Perempuan itu juga sudah menyelesaikan waktu magangnya. Jadi, bisa mempunyai banyak waktu di rumah menanti launching anak kedua."Aku berangkat ya, nanti kalau ada apa-apa kabari. Jangan belanja sendirian, nanti malam saja aku temani setelah pulang," pesan Raja tak membiarkan istrinya beraktivitas di luar tanpa dirinya. "Iya Mas, tapi kalau misalnya siang berubah pikiran, terus ditemani Bik Sumi gimana? Kan nggak sendirian juga." Tidak ingin terlalu banyak merepotkan, asal Raja mengizinkan, Rumah tidak mengapa berbelanja sendirian."Duh ... bumil ngeyel ya. Ya sudah, nanti pakai supir saja. Hati-hati ya, ingat selalu berkabar di mana pun berada." Raja mode posesif, bukan apa-apa, dia khawatir mengingat istrinya hamil besar. "Siap Mas, kamu juga hati-hati berangkat kerjanya," balas Ruma mengiyakan. Ruma menyalim takzim suaminya. Raja membalasnya dengan kecupan sayang di keningnya,

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 107

    "Ya Allah ... capek Mas, izin ke kamar ya," pamit Ruma setelah membantu membereskan sisa acara tadi. Padahal cuma bantuin dikit, tapi berada sekali punggungnya. "Kamu sih, dibilangin nggak usah masih suka maksa. Udah istirahat saja."Kalau Ruma sudah mengeluh, Raja yang khawatir. Istrinya itu kadang bandel, tapi ya namanya juga perempuan aktif, mana bisa diem. "Hem ... tadi nggak berasa Mas, sekarang baru terasa," ucap Ruma beranjak. Raja ikut mengekor istrinya ke dalam. Suasana rumah juga sudah sepi, semua tamu dan keluarga dekat sudah pulang sejak tadi. "Sayang, aku pijitin ya," kata pria itu perhatian. Bukan satu dua kali, Raja memang sering melakukan hal semacamnya saat istrinya mengeluh lelah. Ya walaupun ujung-ujungnya tetap bonus adegan panas. "Hmm ... beneran pijat atau minta bonus." Ruma sadar, wanita itu kemarin menundanya. Dia bahkan berjanji sendiri setelah acara bakalan nyenengin suaminya. Tapi, terkadang ekspektasi tak sesuai realita. Ruma terlihat kelelahan malam

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 106

    "Tidur sayang, aku tahu kamu capek. Aku nggak akan ganggu," kata Raja pengertian. "Baiknya suami aku. Terima kasih Mas," ucap Ruma merasa merdeka. Dia benar-benar tengah lelah. Beruntung punya Mas suami yang super pengertian, jadi tidak ada drama yang berkepanjangan."Ini beneran kan? Nggak ada mode dendam?" tanya Ruma menatap serius. "Astaghfirullah ... kamu capek kan? Tidur sayang, sebelum aku berubah pikiran," jawab Ruma gemas sendiri. "Oke sayang, besok dobel deh karena malam ini udah baik. I love you," kata wanita itu tersenyum lega. Mengecup pipi suaminya lalu menarik selimut rapat-rapat."Love you more," balas Raja tersenyum sembari mengelus kepalanya lembut. Dia benar-benar meloloskan Ruma malam ini. Tak perlu menunggu lama, wanita itu lelap menemukan kenyamanannya. "Bobok yang nyenyak," ucap pria itu menarik selimut, lalu menciumnya dengan sayang. Raja mana tega eksekusi istrinya mode maksa. Apalagi fisik Ruma tengah mode lelah plus hamil muda. Jadi, menyala sabarnya.Sem

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 105

    Berita kehamilan Ruma begitu menggembirakan untuk keduanya. Namun, Ruma dan Raja sepakat tidak membagi kabar bahagia ini dulu dengan keluarga besar. Namanya juga baru trimester pertama dan masih rentan, jadi sabar menahan diri untuk berbagi kabar menyenangkan ini. Raja juga khawatir kalau di luar sana ada saja orang yang mungkin tidak berkenan dengan hubungan mereka.Setelah berjalan empat bulan, Ruma baru berani speak up, tepatnya saat hendak menjalani acara empat bulanan. Kedua orang tua Raja dan juga kedua orang tua Ruma sampai terheran-heran ketika diberi tahu kabar bahagia ini."Kapan acaranya, Ja? Kok baru ngabarin?" Ummi Marsha jelas kaget sekaligus senang mengetahui menantunya tengah hamil. Raja sengaja menemui ibunya setelah dinas hari ini. Sebenarnya dia sudah tidak sabar membagi moment ini. Alhamdulillah sampai juga di acara empat bulanan. "Besok Ummi, Ruma juga sekarang masih dinas. Memang rencananya meminta libur sehari saja untuk acara besok.""Masya Allah alhamdulillah

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 104

    "Sayang, kalau mau ada yang dibeli pesan dari rumah aja. Misal butuhnya sekarang, atau udah mau butuh banget buat besok.""Iya Mas, santai aja. Sekarang kan serba mudah. Orang belanja sayuran segar aja bisa dari rumah. Cuma ya itu, yang mahal kan waktunya. Aku pingin jalan berduanya.""Duh ... kapan ya, besok sore gimana? Nggak mau janji juga, semoga nggak ada pasien mendadak.""Aamiin ... ngabarin aja Mas, tapi semoga bisa ya. Eh gimana kalau malam sabtu.""Kalau malam sabtu malah sudah berencana bad minton sama temen-temen. Boleh kan yank.""Duh ... aku ditinggal gitu sendirian di rumah." Rumah merengut, nggak enak banget malam-malam sendirian di rumah."Boleh ikut kok, ada banyak teman-teman juga. Mungkin pada bawa pasangannya juga.""Beneran boleh ikut?""Iya boleh."Waktu berdua itu sangat berharga bagi mereka. Semenjak kepergian Sama, Rumah memang anti kesepian. Dia juga terlihat lebih manja dengan suaminya. Beruntung mempunyai suami yang pengertian, sama-sama bucin, jadi tidak

DMCA.com Protection Status