Share

Bab 5

"Cepet... cepet bawa semua barang aku dan pindahin ke kamar kamu! Jangan sampai mereka mengendus perpisahan ranjang," tutur Adel dengan napas ngos-ngosan. 

Pria tampan yang hendak menjadi ayah itupun segera menjalankan tugas dari istrinya. 

Sebuah siksaan pagi hari untuk Gagah. Bagaimana tidak, barang Adel bukan satu atau dua koper. Melainkan lima koper. Ditambah, itu semua sudah berceceran. Gagah harus bekerja dua kali. 

Karena merasa kasihan, Adel menawarkan bantuan. Namun, Gagah menolak karena ia tidak mau calon jagoannya kenapa-kenapa. 

"Gah, mereka sudah di depan," bisik Adel. Gagah hanya mengangguk dan melangkah turun diikuti Adel. 

Suri tersenyum lebar melihat kebersamaan anak dan menantunya. Sekali lagi, dia bahagia karena sudah berhasil mewujudkan mimpinya dan mendiang mama Adel.

"Gah, kenapa nggak mandi dulu, Nak? Kamu mah lebay. Mentang-mentang pengantin baru, mainnya sampai pagi. Keringat malah dipamerin ke orang tua." Dani tertawa terbahak-bahak mengira anaknya berkeringat karena memenuhi hasrat. Suri dengan cepat menyikut pinggang berlemak suaminya. 

Mereka sarapan bersama. Adel tampak menikmati masakan ibu mertuanya. Walaupun beberapa kali ia harus menutup hidung karena tidak tahan dengan aroma nasi yang masih mengepul. 

"Del, Bunda mau lihat-lihat rumah kalian, boleh nggak?" 

Adel melihat ke arah Gagah, lalu beberapa detik kemudian ia mengangguk mengiyakan. 

Saat hendak berdiri, Adel pusing dan hampir tersungkur. Suri memekik khawatir. Sementara Gagah dengan sigap menggendong istrinya ke kamar. 

"Gah, kok kamar sebelah banyak banget barang Adel? Kalian pisah kamar?" 

Deg! 

Napas Gagah tercekat. Adel melotot mendengar pertanyaan ibu mertuanya. 

"Kalian pisah kamar? Jawab Bunda!" Raut wajah Suri berubah menegang, dia akan sangat kecewa jika memang benar mereka pisah kamar. 

"Ya nggak lah, Bun. Barang Adel kebanyakan. Lima koper. Namanya juga nikah mendadak, jadi Gagah belum sempat beli lemari lagi buat taruh barang-barang dia," jawab Gagah sambil melihat istrinya. 

Adel bernapas lega. Untung saja otak suaminya bekerja. Kalau tidak, hancur sudah kepercayaan dari mertuanya. 

***

"Mau ke mana, Del?" tanya Gagah saat melihat istrinya berpakaian rapi dengan riasan di wajahnya. 

"Aku boleh kumpul sama temenku, kan?" 

Gagah hanya mengangguk. Alisnya mengernyit saat melihat Adel berbalik dan menghampirinya. 

"Aku ada rapat juga sama klien. Mungkin pulang agak malam." 

"Aku antar kalau begitu," usul Gagah. 

Namun, istrinya menggeleng dengan cepat. Penolakan instan. Gagah menolak untuk memaksa Adel. Dia tidak mau istrinya risih dan merasa tidak nyaman bersamanya. Adel juga sangat dingin dan cuek, Gagah tidak mau sikap negatif Adel yang lain tumbuh. 

Mungkinkah Adel akan bertemu dengan seorang pria? Atau... mungkinkah istrinya memiliki seorang pacar? Berbagai pemikiran negatif mulai mengerubungi otak Gagah. 

Berhubung Adel sudah pergi, Gagah segera meraih ponselnya dan menelepon seseorang. Dengan suara berat dia memberi perintah, "Pantau Adel. Jangan sampai dia kenapa-kenapa. Untuk lokasinya, nanti aku bagikan. Ingat, laporannya harus detail." 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status