"Mengapa bisa gagal untuk kedua kalinya? Apa yang salah dengan hal ini!?"
Clark menatap tajam pada dokter pribadi yang hanya dapat menundukan kepala dengan rasa gugup. Sudah satu bulan sejak percobaan bayi tabung yang pertama, kini Clark justru harus kembali merasa kesal dan kecewa setelah mendengar pernyataan dokter. “Saya mohon maaf, Tuan. Saya tidak dapat berbuat apa pun mengenai hasil ini” Clark mengepalkan kedua tangannya dan mengusir sang dokter dari hadapannya. Clark berdecak kesal. Dia tidak menyangka bahwa rencananya untuk melahirkan pewaris dari gadis yang telah dibayarnya juga akan terasa sulit. Setelah pernyataan dokter, sore harinya, Clark yang sedang pusing memikirkan hal ini berdiri di balkon kamarnya bersama dengan Megan. "Kita sudah menghabiskan banyak uang untuk proses ini. Aku pikir sepertinya gadis itu memang bermasalah." Entah mengapa Megan merasa ada yang tidak nyaman dalam hatinya. Mengetahui jika gadis bernama Elis itu memiliki kecantikan yang cukup memikat ada kegelisahan dan kekhawatiran yang hadir. "Mengapa kau berpikir tentang uang? Apakah kamu pikir aku akan miskin hanya dengan proses bayi tabung yang berulang kali?" Clark sedikit menggeram karena sebenarnya pria itu juga kecewa dengan hasil yang sudah disampaikan dokter. Hanya saja berusaha menutupi segala sesuatunya agar terlihat baik-baik saja. "Kita sudah menggunakan dokter terbaik dan rumah sakit terbaik untuk menjalankan proses ini. Namun, sudah gagal di awalnya. Bukankah ini adalah indikasi yang tidak baik terkait dengan kondisi gadis itu, Honey?" "Dokter sudah mengatakan jika dia adalah wanita yang subur dan tidak perlu mempermasalahkan hal itu," bantah Clark. Suara tarikan napas panjang Megan terdengar dan Clark masih menatapnya sinis. "Apa jangan-jangan sebenarnya kamu yang mengalami masalah?" Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari bibir Megan. Clark menatap tajam ke arah Megan, "Apa maksudmu!" Suara marahnya hampir tidak tertahan. Bahkan kilat emosi nampak jelas pada sepasang matanya. Rasa marah berkubang di kepala Clark membuat Megan seketika terdiam dan bergeming, menyadari telah salah bicara. "Aku minta maaf, Honey," lirih wanita itu tetapi Clark menggelengkan kepalanya dan tersenyum sinis menunjukan jika permintaan maaf Megan tidak berarti apa-apa. Egonya sudah diterjunkan dengan pernyataan istrinya. Clark kemudian pergi meninggalkan Megan yang masih merasa takut dengan sikap Clark. *** Clark menghabiskan malam ini di sebuah klub malam, hatinya masih terbakar mengingat ucapan Megan. "Damn!" pekiknya kemudian berdiri. Sang asisten mengikutinya, kemudian mengajak Tuan-nya itu untuk kembali pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, Clark hendak melangkah menuju pintu utama rumah, namun entah mengapa langkah kakinya justru membawanya ke paviliun.
"Tuan," ucap pelayan pribadi Elis, merasa bingung karena menemukan kehadiran Tuan Mudanya di sini, padahal sudah tengah malam. Namun, Clark tidak menganggap kehadiran pelayan itu, dan hanya mengibas-ngibaskan tangannya seakan mengusir pelayan itu dari sana.
Clark membuka gagang pintu kamar Elis yang ternyata tidak terkunci. Suasana remang-remang kamar menyambutnya. Lampu duduk adalah satu - satunya penerangan yang ada.
Clark melihat tubuh Elis yang berbaring meringkuk tanpa selimut hingga gaun tidurnya tersingkap ke atas dan memperlihatkan bagian pahanya yang mulus.
Tubuhnya berdesir oleh api panas yang hadir tiba-tiba. Jakunnya naik turun, mengalirkan gelombang tegang yang berpusat pada inti tubuhnya. Matanya sekilas menatap wajah cantik Elis hingga perlahan-lahan kelopak mata gadis itu terbuka. "Tuan ...." Elis langsung terjingkat ketika menatap keberadaan pria itu di kamarnya. Ada ketakutan menguasai pikiran hingga kemudian dia menjangkau selimut untuk menutupi tubuhnya yang sebenarnya memakai gaun tidur. "Mengapa Anda datang ke sini?" Suaranya gelisah. Belum lagi karena mencium bau alkohol yang berasal dari Clark, serta bagaimana tatapan mata Clark seakan ingin memangsanya. Mendengar pertanyaan itu, Clark tidak menjawab. Rasa pusing imbas alkohol yang ia konsumsi mulai menguasainya. Namun, desiran itu tidak bisa ia abaikan. Terlanjur menatap paha mulus Elis dan tingkat tegang pada kepemilikannya makin meningkat. "Aku menginginkanmu." Suaranya serak bersama dengan langkah kaki yang mendekat menuju tempat tidur. "Tuan, tolong sadarlah. Anda sedang mabuk. Anda sedang tidak sadar." Elis berusaha mengingatkan, tetapi Clark tetap saja bergerak. Dalam pandangannya saat ini, gadis itu terlihat memikat sedangkan ia sudah berada di puncak tegang. Tubuh Elis kini kembali bergetar ketika mendengar suara resleting celana dibuka dan sentuhan telapak tangan bergerak tidak terkendali meraba-raba gaunnya kemudian meloloskannya dengan mudah melalui kepalanya. "Tuan tolong lepaskan saya," rintih Elis ketika merasakan tubuh kokoh Clark sudah menindih tubuhnya. Berusaha untuk mendorong jauh tubuh Clark, namun kekuatannya tidak seimbang dengan kekuatan Clark. Hawa dingin kini menyerbu tubuh Elis karena seluruh kain yang melekat di tubuhnya telah terhempas di atas lantai. Entah bagaimana tadi Clark meloloskannya. Elis tidak lagi ingat karena yang ada adalah irama takut dari detak jantungnya. Di bawah sana dia merasakan gesekan yang membuat sekujur tubuhnya meremang. Kepemilikan pria itu sudah menunjukkan geliatnya dan Elis tak bisa mengabaikannya. Begitu tegang dan menghadirkan hawa panas. "Aku menginginkanmu, layani aku," gumam Clark di antara kesadaran yang sudah menipis. "Tidak..Tuan tolong sadarlah," rintih Elis, masih berusaha untuk menyelamatkan dirinya.Sedetik kemudian, bibir Clark membungkam bibir Elis, sehingga gadis itu tidak dapat berbicara lagi.
Bibir Clark kemudian menyerbu sepasang bukit Elis bergantian ketika telapak tangannya menemukan permukaan keras di area tubuh bagian depan wanita itu. Menciumnya dengan lembut seolah menikmati momen itu. "Ahhhh ...." Suara erangan tak tertahankan keluar dari bibir Elis saat lidah Clark bermain pada puncak bukitnya hingga kemudian tanpa apa-apa Clark menyentakkan inti tubuhnya ke dalam lembah gelora gadis itu. Sentakan keras dan membuat Clark terdiam. Hanya sebentar saja karena dia tahu, keinginan untuk terus melaju itu makin besar. "Akhhh ... sakit, Tuan ... sakit ...."Elis merasakan tubuhnya seolah terbelah setelah penyatuan yang dilakukan Clark tadi malam. Clark beberapa kali menggelengkan kepalanya saat posisinya sudah siap. Entah, ia benar-benar berada di posisi setengah sadar saat ini. Sempat menatap wajah Elis dan bahkan mengecup bibir gadis itu lembut sebelum akhirnya menghentak dengan kuat hingga suara erangan bersautan dari kamar. Peluh keringat membasahi tubuh keduanya saat akhirnya puncak itu diraih Clark dan ia langsung terkulai dan memejamkan mata. Elis menangis tersedu. Ia tidak menyangka jika Tuan Muda Hunter akan melakukannya. Gadis itu mulai menapakkan kaki ke atas lantai dan memunguti pakaiannya. Ditatapnya wajah Clark yang terlihat begitu damai, tanpa rasa bersalah. Rasa kecewa pada diri sendiri karena tak dapat menjaga mahkotanya langsung hadir di hati Elis. Ia bangun dan berjalan dengan tertatih ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Clark akhirnya ikut terbangun, masih dengan kepala yang terasa sangat pusing.
Clark berada di ruang kerjanya yang ada di rumah. Setelah kejadian malam itu di pavilun dia terbayang-bayang dengan Elis. Suara rintihan samar yang terdengar dari bibir Elis saat kesadarannya hanya separuh entah mengapa justru terbayang terus di beranda otaknya. "Apa yang terjadi denganku?" erangnya.Beberapa hari ini kebersamaan dengan Megan tidak lagi terasa menyenangkan. Ada satu bagian dari dirinya yang merasa tidak terpuaskan dengan Megan walaupun dia berusaha bersikap baik-baik saja pada wanita itu. "Aku tidak bisa melupakannya dan justru ingin mengulanginya kembali."**Di suatu sore, Damian datang menemui Elis di taman. Tidak lama kemudian mobil Clark datang dan dari dalam mobil, pria itu menatap Damian yang mengulurkan satu tangkai mawar merah ke arah Elis. Brakkk! Suara pintu mobil ditutup dengan begitu keras seketika membuat Damian menoleh ke belakang hingga Elis pun berdiri saat menatap murka di wajah Clark. "Enyah kau dari rumahku, Damian. Jangan pernah datan
"Apa kau yang bernama Elis Kannelis?" Seorang pria berperawakan tinggi dengan perut buncit menyeringai begitu melihat kehadiran Elis. "Ya. Nama saya Elis. Apakah Tuan mengenal saya?" Wajah Elis menunjukan raut kebingungan. Pasalnya dia sedang melayani beberapa tamu di restaurant tempatnya bekerja, hingga salah satu rekan kerjanya mengatakan ada pria yang mencarinya. Sedangkan Elis sama sekali tidak mengenal pria di hadapannya ini. "Tentu saja. Pamanmu sudah berutang banyak padaku. Dalam surat perjanjiannya, kau yang akan diserahkan padaku sebagai seorang penjamin." Mata hazel Elis memancarkan ketakutan dan gadis itu menggelengkan kepalanya. Elis tidak menyangka bahwa pamannya tega menjadikannya sebagai seorang penjamin. "Nona cantik, kau tidak bisa mengelak dari hal itu karena memang pamanmu yang sudah menjaminkan dirimu padaku. Ayo, sekarang ikut aku ke rumah bordil." "Maaf saya tidak bersedia." Elis tentu takut, dirinya tidak mau jika harus dijual ke rumah bordil. Membay
Mata tajam Clark seolah menyelidiki apa yang ada di dalam pikiran Elis saat ini. Pria itu berdeham membuyarkan lamunan Elis. "Tidak ada hubungan fisik di antara kita. Aku hanya akan memberikan benihku padamu lewat prosedur medis tanpa kita harus terikat hubungan fisik. Bayi tabung. Itu prosesnya." Mendengar ucapan Clark, Elis menghela napas lega. Itu artinya dirinya hanya akan memberikan rahimnya dan tidak perlu berhubungan langsung dengan pria itu. “Boleh saya tau, mengapa saya harus melakukan hal ini?” Rasa penasaran dalam diri Elis membuat gadis itu akhirnya bertanya pada Clark. Seingat Elis, dia pernah membaca di majalah bahwa Clark Hunter telah menikah beberapa tahun yang lalu dengan seorang model cantik. Bahkan pernikahan itu adalah pernikahan paling megah yang pernah terjadi di negara mereka. “Aku membutuhkan seorang pewaris. Dan anak yang akan kau lahirkan nanti akan menjadi anakku dan istriku. Setelah melahirkan kau bisa kembali bebas.” Tunggu dulu .... itu artinya
"Sial!" Clark langsung berjalan menuju keberadaan kursi kerjanya dan meletakkan begitu saja telepon genggam miliknya di atas meja setelah terlibat pembicaraan dengan ibunya, Sarah Hunter melalui panggilan video. "Ada apa, Honey?" Megan yang datang ke kantor Clark secara dadakan saat waktu istirahat makan siang menatap suaminya dengan ekspresi penuh tanda tanya. "Percobaan pertama gagal!" Ekspresi kesal terbit di wajahnya. "Sedangkan Ibu kembali menanyakan perihal seorang pewaris.” Megan mengelus pundak Clark dengan lembut. “Tidak perlu khawatir, kita bisa mencobanya lagi. Gadis lemah itu sudah di beli dengan harga mahal, tentu saja dia harus melakukan pekerjaannya hingga berhasil” Megan menarik sudut bibirnya ke atas, dirinya begitu memandang rendah pada Elisa. Mendengar hal itu, Clark hanya berdecih. "Ya, apa pun yang terjadi dia harus melahirkan pewaris!" Clark berkata dengan sangat tegas disertai intonasi yang tajam. Melihat respon yang ditunjukkan Clark, Megan terseny
Clark berada di ruang kerjanya yang ada di rumah. Setelah kejadian malam itu di pavilun dia terbayang-bayang dengan Elis. Suara rintihan samar yang terdengar dari bibir Elis saat kesadarannya hanya separuh entah mengapa justru terbayang terus di beranda otaknya. "Apa yang terjadi denganku?" erangnya.Beberapa hari ini kebersamaan dengan Megan tidak lagi terasa menyenangkan. Ada satu bagian dari dirinya yang merasa tidak terpuaskan dengan Megan walaupun dia berusaha bersikap baik-baik saja pada wanita itu. "Aku tidak bisa melupakannya dan justru ingin mengulanginya kembali."**Di suatu sore, Damian datang menemui Elis di taman. Tidak lama kemudian mobil Clark datang dan dari dalam mobil, pria itu menatap Damian yang mengulurkan satu tangkai mawar merah ke arah Elis. Brakkk! Suara pintu mobil ditutup dengan begitu keras seketika membuat Damian menoleh ke belakang hingga Elis pun berdiri saat menatap murka di wajah Clark. "Enyah kau dari rumahku, Damian. Jangan pernah datan
Elis merasakan tubuhnya seolah terbelah setelah penyatuan yang dilakukan Clark tadi malam. Clark beberapa kali menggelengkan kepalanya saat posisinya sudah siap. Entah, ia benar-benar berada di posisi setengah sadar saat ini. Sempat menatap wajah Elis dan bahkan mengecup bibir gadis itu lembut sebelum akhirnya menghentak dengan kuat hingga suara erangan bersautan dari kamar. Peluh keringat membasahi tubuh keduanya saat akhirnya puncak itu diraih Clark dan ia langsung terkulai dan memejamkan mata. Elis menangis tersedu. Ia tidak menyangka jika Tuan Muda Hunter akan melakukannya. Gadis itu mulai menapakkan kaki ke atas lantai dan memunguti pakaiannya. Ditatapnya wajah Clark yang terlihat begitu damai, tanpa rasa bersalah. Rasa kecewa pada diri sendiri karena tak dapat menjaga mahkotanya langsung hadir di hati Elis. Ia bangun dan berjalan dengan tertatih ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Clark akhirnya ikut terbangun, masih dengan kepala yang terasa sangat pusing.
"Mengapa bisa gagal untuk kedua kalinya? Apa yang salah dengan hal ini!?" Clark menatap tajam pada dokter pribadi yang hanya dapat menundukan kepala dengan rasa gugup. Sudah satu bulan sejak percobaan bayi tabung yang pertama, kini Clark justru harus kembali merasa kesal dan kecewa setelah mendengar pernyataan dokter. “Saya mohon maaf, Tuan. Saya tidak dapat berbuat apa pun mengenai hasil ini” Clark mengepalkan kedua tangannya dan mengusir sang dokter dari hadapannya. Clark berdecak kesal. Dia tidak menyangka bahwa rencananya untuk melahirkan pewaris dari gadis yang telah dibayarnya juga akan terasa sulit. Setelah pernyataan dokter, sore harinya, Clark yang sedang pusing memikirkan hal ini berdiri di balkon kamarnya bersama dengan Megan. "Kita sudah menghabiskan banyak uang untuk proses ini. Aku pikir sepertinya gadis itu memang bermasalah." Entah mengapa Megan merasa ada yang tidak nyaman dalam hatinya. Mengetahui jika gadis bernama Elis itu memiliki kecantikan yang c
"Sial!" Clark langsung berjalan menuju keberadaan kursi kerjanya dan meletakkan begitu saja telepon genggam miliknya di atas meja setelah terlibat pembicaraan dengan ibunya, Sarah Hunter melalui panggilan video. "Ada apa, Honey?" Megan yang datang ke kantor Clark secara dadakan saat waktu istirahat makan siang menatap suaminya dengan ekspresi penuh tanda tanya. "Percobaan pertama gagal!" Ekspresi kesal terbit di wajahnya. "Sedangkan Ibu kembali menanyakan perihal seorang pewaris.” Megan mengelus pundak Clark dengan lembut. “Tidak perlu khawatir, kita bisa mencobanya lagi. Gadis lemah itu sudah di beli dengan harga mahal, tentu saja dia harus melakukan pekerjaannya hingga berhasil” Megan menarik sudut bibirnya ke atas, dirinya begitu memandang rendah pada Elisa. Mendengar hal itu, Clark hanya berdecih. "Ya, apa pun yang terjadi dia harus melahirkan pewaris!" Clark berkata dengan sangat tegas disertai intonasi yang tajam. Melihat respon yang ditunjukkan Clark, Megan terseny
Mata tajam Clark seolah menyelidiki apa yang ada di dalam pikiran Elis saat ini. Pria itu berdeham membuyarkan lamunan Elis. "Tidak ada hubungan fisik di antara kita. Aku hanya akan memberikan benihku padamu lewat prosedur medis tanpa kita harus terikat hubungan fisik. Bayi tabung. Itu prosesnya." Mendengar ucapan Clark, Elis menghela napas lega. Itu artinya dirinya hanya akan memberikan rahimnya dan tidak perlu berhubungan langsung dengan pria itu. “Boleh saya tau, mengapa saya harus melakukan hal ini?” Rasa penasaran dalam diri Elis membuat gadis itu akhirnya bertanya pada Clark. Seingat Elis, dia pernah membaca di majalah bahwa Clark Hunter telah menikah beberapa tahun yang lalu dengan seorang model cantik. Bahkan pernikahan itu adalah pernikahan paling megah yang pernah terjadi di negara mereka. “Aku membutuhkan seorang pewaris. Dan anak yang akan kau lahirkan nanti akan menjadi anakku dan istriku. Setelah melahirkan kau bisa kembali bebas.” Tunggu dulu .... itu artinya
"Apa kau yang bernama Elis Kannelis?" Seorang pria berperawakan tinggi dengan perut buncit menyeringai begitu melihat kehadiran Elis. "Ya. Nama saya Elis. Apakah Tuan mengenal saya?" Wajah Elis menunjukan raut kebingungan. Pasalnya dia sedang melayani beberapa tamu di restaurant tempatnya bekerja, hingga salah satu rekan kerjanya mengatakan ada pria yang mencarinya. Sedangkan Elis sama sekali tidak mengenal pria di hadapannya ini. "Tentu saja. Pamanmu sudah berutang banyak padaku. Dalam surat perjanjiannya, kau yang akan diserahkan padaku sebagai seorang penjamin." Mata hazel Elis memancarkan ketakutan dan gadis itu menggelengkan kepalanya. Elis tidak menyangka bahwa pamannya tega menjadikannya sebagai seorang penjamin. "Nona cantik, kau tidak bisa mengelak dari hal itu karena memang pamanmu yang sudah menjaminkan dirimu padaku. Ayo, sekarang ikut aku ke rumah bordil." "Maaf saya tidak bersedia." Elis tentu takut, dirinya tidak mau jika harus dijual ke rumah bordil. Membay