Mata tajam Clark seolah menyelidiki apa yang ada di dalam pikiran Elis saat ini. Pria itu berdeham membuyarkan lamunan Elis.
"Tidak ada hubungan fisik di antara kita. Aku hanya akan memberikan benihku padamu lewat prosedur medis tanpa kita harus terikat hubungan fisik. Bayi tabung. Itu prosesnya." Mendengar ucapan Clark, Elis menghela napas lega. Itu artinya dirinya hanya akan memberikan rahimnya dan tidak perlu berhubungan langsung dengan pria itu. “Boleh saya tau, mengapa saya harus melakukan hal ini?” Rasa penasaran dalam diri Elis membuat gadis itu akhirnya bertanya pada Clark. Seingat Elis, dia pernah membaca di majalah bahwa Clark Hunter telah menikah beberapa tahun yang lalu dengan seorang model cantik. Bahkan pernikahan itu adalah pernikahan paling megah yang pernah terjadi di negara mereka. “Aku membutuhkan seorang pewaris. Dan anak yang akan kau lahirkan nanti akan menjadi anakku dan istriku. Setelah melahirkan kau bisa kembali bebas.” Tunggu dulu .... itu artinya Elis akan menyerahkan anaknya demi sejumlah uang. Bukankah itu sangat rendah? “Wajahmu tidak terlalu buruk dan aku dapat melihat sedikit kemiripan dengan istriku. Aku yakin anak yang akan kau lahirkan nanti setidaknya akan mirip dengan kami.” Elis menggeleng lemah dan kembali memohon, “Tuan, bisakah saya membalas budi dengan cara yang lain?” Mendengar hal itu Clark menggertakan giginya, tidak menyangka bahwa Elis berani membantah ucapan pria itu. “Apa kau mau kembali pada pria buncit itu agar mereka menjualmu ke rumah bordil?” Elis tidak punya pilihan lagi. Memikirkan dirinya harus melayani para pria hidung belang di luar sana. Pilihan untuk memberikan rahim dan anaknya nanti pada Clark terasa masih lebih baik. Meskipun Elis tau hal itu juga sama saja dengan menjual dirinya. Elis mencoba meredam jantungnya yang terdendam-dentum. Keinginan untuk protes begitu menggebu. Namun, dirinya tidak berdaya. Sehingga dirinya hanya mampu menyetujui permintaan Clark dengan suara lemah, "Saya bersedia." Senyuman tipis menghiasi wajah Clark. “Aku akan memberikan tambahan uang untukmu ketika kau sudah melahirkan untuk melanjutkan hidup. Tidak perlu khawatir." Tatapan matanya kembali tertuju pada Elis. "Bahkan kau masih bisa menikah dengan pria lain serta memiliki anak lagi darinya. Atau jika tidak ingin menikah, hidupmu akan terjamin. Ini adalah hubungan simbiosis dan hal yang paling masuk akal untuk kau lakukan untuk membalas budi." Elis memilih diam. Tidak ada keadilan yang benar-benar adil untuknya, tidak ada. *** Seluruh penghuni mansion sudah diberitahu jika gadis belia yang Clark bawa hanya seorang gadis pesuruh. Clark mengatakan hal seperti itu di hadapan seluruh pelayan agar tidak ada yang tau dan akan membocorkan rencananya untuk mengambil anak dari rahim Elis dan mengklaimnya sebagai anaknya dan Megan. “Kau tidak akan tinggal bersama kami, tetapi menempati paviliun yang ada di sebelah timur,” ucap Clark dengan nada dinginnya. Elis hanya mengangguk. Sama sekali tidak memiliki keinginan untuk protes. “Kau tidak boleh berkeliaran di mansion. Akan ada satu pelayan yang mengurusmu,” tambah Megan, istrinya Clark. Wanita itu sebenarnya menahan rasa kesal di dalam hatinya ketika harus dihadapkan pada permasalahan seperti ini. “Baik, Nyonya.” Jawab Elis. Dirinya sesekali melirik istri Clark itu. Wanita itu sungguh cantik dan memancarkan aura elegan. Pantas saja keduanya menjadi pasangan serasi. Sungguh, Elis merasa dirinya tidak sebanding dengan mereka. “Berapa kontak nomor teleponmu? Aku harus memantaumu nantinya setelah proses itu dilakukan.” Tidak menjawabnya, Elis kemudian menyodorkan telepon genggamnya ke arah Megan. “Baiklah, kau boleh meninggalkan tempat ini. Antar dia ke paviliun," perintah Megan pada salah seorang pelayan yang ada di sana. Elis mengikuti langkah sang pelayan berjalan keluar dari ruangan. "Hal yang sungguh memuakkan," gumam Clark sementara Megan memilih duduk di atas sofa. "Apakah proses akan segera dilakukan, Honey?" ucap wanita itu. "Ya. Proses akan segera dilakukan." Megan kembali tersenyum. Setelah permintaan mertuanya untuk memiliki cucu, ada bagian dari dirinya yang merasa tersisihkan dan tidak dianggap. Megan sendiri tidak tau mengapa hingga kini dirinya belum juga kunjung dapat hamil. Atau dengan kata lain, sejak awal pernikahan, ibu mertuanya Sarah bersikap datar terhadapnya. Sedangkan David Hunter adalah ayah mertua yang tidak banyak bicara. "Setelah wanita itu melahirkan anak untuk kita. Aku yakin Ayah dan Ibu tidak akan mendesak kita lagi untuk bercerai." ucap Megan sambil tersenyum tipis. ** Seorang pelayan ditunjuk oleh Megan menjadi pelayan pribadi Elis, mengantarkan gadis itu melalui serangkaian prosedur di rumah sakit. Hari ini, proses pertama itu dilakukan dan memakan waktu cukup lama. "Kau hanya boleh berbaring saja selama beberapa waktu. Tidak boleh melakukan aktivitas yang membahayakan," ucap Clark yang mau tidak mau berada dalam satu mobil dengan Elis. Lagi pula pagi tadi Megan berangkat ke luar negeri untuk menjalani aktivitasnya sebagai seorang supermodel. "Baik, Tuan." "Setelah kau melahirkan, kau akan pindah ke tempat khusus di mana semua orang yang ada di mansion milikku tidak akan pernah tahu apa yang terjadi sebenarnya." "Anda sudah mengatakan berkali-kali pada saya dan saya tidak lupa, Tuan," lirih Elis. Clark cukup terganggu dengan karakter gadis itu yang menurutnya cukup berani. "Kau hanya akan memiliki kesempatan untuk menyusui anak itu hingga usianya 6 bulan," tambah Clark sementara pernyataan itu mendadak hadir di dalam otaknya setelah sebelumnya tidak ada pembicaraan seperti itu."Sial!" Clark langsung berjalan menuju keberadaan kursi kerjanya dan meletakkan begitu saja telepon genggam miliknya di atas meja setelah terlibat pembicaraan dengan ibunya, Sarah Hunter melalui panggilan video. "Ada apa, Honey?" Megan yang datang ke kantor Clark secara dadakan saat waktu istirahat makan siang menatap suaminya dengan ekspresi penuh tanda tanya. "Percobaan pertama gagal!" Ekspresi kesal terbit di wajahnya. "Sedangkan Ibu kembali menanyakan perihal seorang pewaris.” Megan mengelus pundak Clark dengan lembut. “Tidak perlu khawatir, kita bisa mencobanya lagi. Gadis lemah itu sudah di beli dengan harga mahal, tentu saja dia harus melakukan pekerjaannya hingga berhasil” Megan menarik sudut bibirnya ke atas, dirinya begitu memandang rendah pada Elisa. Mendengar hal itu, Clark hanya berdecih. "Ya, apa pun yang terjadi dia harus melahirkan pewaris!" Clark berkata dengan sangat tegas disertai intonasi yang tajam. Melihat respon yang ditunjukkan Clark, Megan terseny
"Mengapa bisa gagal untuk kedua kalinya? Apa yang salah dengan hal ini!?" Clark menatap tajam pada dokter pribadi yang hanya dapat menundukan kepala dengan rasa gugup. Sudah satu bulan sejak percobaan bayi tabung yang pertama, kini Clark justru harus kembali merasa kesal dan kecewa setelah mendengar pernyataan dokter. “Saya mohon maaf, Tuan. Saya tidak dapat berbuat apa pun mengenai hasil ini” Clark mengepalkan kedua tangannya dan mengusir sang dokter dari hadapannya. Clark berdecak kesal. Dia tidak menyangka bahwa rencananya untuk melahirkan pewaris dari gadis yang telah dibayarnya juga akan terasa sulit. Setelah pernyataan dokter, sore harinya, Clark yang sedang pusing memikirkan hal ini berdiri di balkon kamarnya bersama dengan Megan. "Kita sudah menghabiskan banyak uang untuk proses ini. Aku pikir sepertinya gadis itu memang bermasalah." Entah mengapa Megan merasa ada yang tidak nyaman dalam hatinya. Mengetahui jika gadis bernama Elis itu memiliki kecantikan yang c
Elis merasakan tubuhnya seolah terbelah setelah penyatuan yang dilakukan Clark tadi malam. Clark beberapa kali menggelengkan kepalanya saat posisinya sudah siap. Entah, ia benar-benar berada di posisi setengah sadar saat ini. Sempat menatap wajah Elis dan bahkan mengecup bibir gadis itu lembut sebelum akhirnya menghentak dengan kuat hingga suara erangan bersautan dari kamar. Peluh keringat membasahi tubuh keduanya saat akhirnya puncak itu diraih Clark dan ia langsung terkulai dan memejamkan mata. Elis menangis tersedu. Ia tidak menyangka jika Tuan Muda Hunter akan melakukannya. Gadis itu mulai menapakkan kaki ke atas lantai dan memunguti pakaiannya. Ditatapnya wajah Clark yang terlihat begitu damai, tanpa rasa bersalah. Rasa kecewa pada diri sendiri karena tak dapat menjaga mahkotanya langsung hadir di hati Elis. Ia bangun dan berjalan dengan tertatih ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Clark akhirnya ikut terbangun, masih dengan kepala yang terasa sangat pusing.
Clark berada di ruang kerjanya yang ada di rumah. Setelah kejadian malam itu di pavilun dia terbayang-bayang dengan Elis. Suara rintihan samar yang terdengar dari bibir Elis saat kesadarannya hanya separuh entah mengapa justru terbayang terus di beranda otaknya. "Apa yang terjadi denganku?" erangnya.Beberapa hari ini kebersamaan dengan Megan tidak lagi terasa menyenangkan. Ada satu bagian dari dirinya yang merasa tidak terpuaskan dengan Megan walaupun dia berusaha bersikap baik-baik saja pada wanita itu. "Aku tidak bisa melupakannya dan justru ingin mengulanginya kembali."**Di suatu sore, Damian datang menemui Elis di taman. Tidak lama kemudian mobil Clark datang dan dari dalam mobil, pria itu menatap Damian yang mengulurkan satu tangkai mawar merah ke arah Elis. Brakkk! Suara pintu mobil ditutup dengan begitu keras seketika membuat Damian menoleh ke belakang hingga Elis pun berdiri saat menatap murka di wajah Clark. "Enyah kau dari rumahku, Damian. Jangan pernah datan
"Apa kau yang bernama Elis Kannelis?" Seorang pria berperawakan tinggi dengan perut buncit menyeringai begitu melihat kehadiran Elis. "Ya. Nama saya Elis. Apakah Tuan mengenal saya?" Wajah Elis menunjukan raut kebingungan. Pasalnya dia sedang melayani beberapa tamu di restaurant tempatnya bekerja, hingga salah satu rekan kerjanya mengatakan ada pria yang mencarinya. Sedangkan Elis sama sekali tidak mengenal pria di hadapannya ini. "Tentu saja. Pamanmu sudah berutang banyak padaku. Dalam surat perjanjiannya, kau yang akan diserahkan padaku sebagai seorang penjamin." Mata hazel Elis memancarkan ketakutan dan gadis itu menggelengkan kepalanya. Elis tidak menyangka bahwa pamannya tega menjadikannya sebagai seorang penjamin. "Nona cantik, kau tidak bisa mengelak dari hal itu karena memang pamanmu yang sudah menjaminkan dirimu padaku. Ayo, sekarang ikut aku ke rumah bordil." "Maaf saya tidak bersedia." Elis tentu takut, dirinya tidak mau jika harus dijual ke rumah bordil. Membay
Clark berada di ruang kerjanya yang ada di rumah. Setelah kejadian malam itu di pavilun dia terbayang-bayang dengan Elis. Suara rintihan samar yang terdengar dari bibir Elis saat kesadarannya hanya separuh entah mengapa justru terbayang terus di beranda otaknya. "Apa yang terjadi denganku?" erangnya.Beberapa hari ini kebersamaan dengan Megan tidak lagi terasa menyenangkan. Ada satu bagian dari dirinya yang merasa tidak terpuaskan dengan Megan walaupun dia berusaha bersikap baik-baik saja pada wanita itu. "Aku tidak bisa melupakannya dan justru ingin mengulanginya kembali."**Di suatu sore, Damian datang menemui Elis di taman. Tidak lama kemudian mobil Clark datang dan dari dalam mobil, pria itu menatap Damian yang mengulurkan satu tangkai mawar merah ke arah Elis. Brakkk! Suara pintu mobil ditutup dengan begitu keras seketika membuat Damian menoleh ke belakang hingga Elis pun berdiri saat menatap murka di wajah Clark. "Enyah kau dari rumahku, Damian. Jangan pernah datan
Elis merasakan tubuhnya seolah terbelah setelah penyatuan yang dilakukan Clark tadi malam. Clark beberapa kali menggelengkan kepalanya saat posisinya sudah siap. Entah, ia benar-benar berada di posisi setengah sadar saat ini. Sempat menatap wajah Elis dan bahkan mengecup bibir gadis itu lembut sebelum akhirnya menghentak dengan kuat hingga suara erangan bersautan dari kamar. Peluh keringat membasahi tubuh keduanya saat akhirnya puncak itu diraih Clark dan ia langsung terkulai dan memejamkan mata. Elis menangis tersedu. Ia tidak menyangka jika Tuan Muda Hunter akan melakukannya. Gadis itu mulai menapakkan kaki ke atas lantai dan memunguti pakaiannya. Ditatapnya wajah Clark yang terlihat begitu damai, tanpa rasa bersalah. Rasa kecewa pada diri sendiri karena tak dapat menjaga mahkotanya langsung hadir di hati Elis. Ia bangun dan berjalan dengan tertatih ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Clark akhirnya ikut terbangun, masih dengan kepala yang terasa sangat pusing.
"Mengapa bisa gagal untuk kedua kalinya? Apa yang salah dengan hal ini!?" Clark menatap tajam pada dokter pribadi yang hanya dapat menundukan kepala dengan rasa gugup. Sudah satu bulan sejak percobaan bayi tabung yang pertama, kini Clark justru harus kembali merasa kesal dan kecewa setelah mendengar pernyataan dokter. “Saya mohon maaf, Tuan. Saya tidak dapat berbuat apa pun mengenai hasil ini” Clark mengepalkan kedua tangannya dan mengusir sang dokter dari hadapannya. Clark berdecak kesal. Dia tidak menyangka bahwa rencananya untuk melahirkan pewaris dari gadis yang telah dibayarnya juga akan terasa sulit. Setelah pernyataan dokter, sore harinya, Clark yang sedang pusing memikirkan hal ini berdiri di balkon kamarnya bersama dengan Megan. "Kita sudah menghabiskan banyak uang untuk proses ini. Aku pikir sepertinya gadis itu memang bermasalah." Entah mengapa Megan merasa ada yang tidak nyaman dalam hatinya. Mengetahui jika gadis bernama Elis itu memiliki kecantikan yang c
"Sial!" Clark langsung berjalan menuju keberadaan kursi kerjanya dan meletakkan begitu saja telepon genggam miliknya di atas meja setelah terlibat pembicaraan dengan ibunya, Sarah Hunter melalui panggilan video. "Ada apa, Honey?" Megan yang datang ke kantor Clark secara dadakan saat waktu istirahat makan siang menatap suaminya dengan ekspresi penuh tanda tanya. "Percobaan pertama gagal!" Ekspresi kesal terbit di wajahnya. "Sedangkan Ibu kembali menanyakan perihal seorang pewaris.” Megan mengelus pundak Clark dengan lembut. “Tidak perlu khawatir, kita bisa mencobanya lagi. Gadis lemah itu sudah di beli dengan harga mahal, tentu saja dia harus melakukan pekerjaannya hingga berhasil” Megan menarik sudut bibirnya ke atas, dirinya begitu memandang rendah pada Elisa. Mendengar hal itu, Clark hanya berdecih. "Ya, apa pun yang terjadi dia harus melahirkan pewaris!" Clark berkata dengan sangat tegas disertai intonasi yang tajam. Melihat respon yang ditunjukkan Clark, Megan terseny
Mata tajam Clark seolah menyelidiki apa yang ada di dalam pikiran Elis saat ini. Pria itu berdeham membuyarkan lamunan Elis. "Tidak ada hubungan fisik di antara kita. Aku hanya akan memberikan benihku padamu lewat prosedur medis tanpa kita harus terikat hubungan fisik. Bayi tabung. Itu prosesnya." Mendengar ucapan Clark, Elis menghela napas lega. Itu artinya dirinya hanya akan memberikan rahimnya dan tidak perlu berhubungan langsung dengan pria itu. “Boleh saya tau, mengapa saya harus melakukan hal ini?” Rasa penasaran dalam diri Elis membuat gadis itu akhirnya bertanya pada Clark. Seingat Elis, dia pernah membaca di majalah bahwa Clark Hunter telah menikah beberapa tahun yang lalu dengan seorang model cantik. Bahkan pernikahan itu adalah pernikahan paling megah yang pernah terjadi di negara mereka. “Aku membutuhkan seorang pewaris. Dan anak yang akan kau lahirkan nanti akan menjadi anakku dan istriku. Setelah melahirkan kau bisa kembali bebas.” Tunggu dulu .... itu artinya
"Apa kau yang bernama Elis Kannelis?" Seorang pria berperawakan tinggi dengan perut buncit menyeringai begitu melihat kehadiran Elis. "Ya. Nama saya Elis. Apakah Tuan mengenal saya?" Wajah Elis menunjukan raut kebingungan. Pasalnya dia sedang melayani beberapa tamu di restaurant tempatnya bekerja, hingga salah satu rekan kerjanya mengatakan ada pria yang mencarinya. Sedangkan Elis sama sekali tidak mengenal pria di hadapannya ini. "Tentu saja. Pamanmu sudah berutang banyak padaku. Dalam surat perjanjiannya, kau yang akan diserahkan padaku sebagai seorang penjamin." Mata hazel Elis memancarkan ketakutan dan gadis itu menggelengkan kepalanya. Elis tidak menyangka bahwa pamannya tega menjadikannya sebagai seorang penjamin. "Nona cantik, kau tidak bisa mengelak dari hal itu karena memang pamanmu yang sudah menjaminkan dirimu padaku. Ayo, sekarang ikut aku ke rumah bordil." "Maaf saya tidak bersedia." Elis tentu takut, dirinya tidak mau jika harus dijual ke rumah bordil. Membay