Share

Chapter 6

Clark berada di ruang kerjanya yang ada di rumah.

Setelah kejadian malam itu di pavilun dia terbayang-bayang dengan Elis.

Suara rintihan samar yang terdengar dari bibir Elis saat kesadarannya hanya separuh entah mengapa justru terbayang terus di beranda otaknya.

"Apa yang terjadi denganku?" erangnya.

Beberapa hari ini kebersamaan dengan Megan tidak lagi terasa menyenangkan. Ada satu bagian dari dirinya yang merasa tidak terpuaskan dengan Megan walaupun dia berusaha bersikap baik-baik saja pada wanita itu.

"Aku tidak bisa melupakannya dan justru ingin mengulanginya kembali."

**

Di suatu sore, Damian datang menemui Elis di taman.

Tidak lama kemudian mobil Clark datang dan dari dalam mobil, pria itu menatap Damian yang mengulurkan satu tangkai mawar merah ke arah Elis.

Brakkk!

Suara pintu mobil ditutup dengan begitu keras seketika membuat Damian menoleh ke belakang hingga Elis pun berdiri saat menatap murka di wajah Clark.

"Enyah kau dari rumahku, Damian. Jangan pernah datang. Gadis ini sudah kubeli dan dia sedang bekerja untukku. Tidak akan kubiarkan siapapun terlibat hubungan dengannya selama dia terikat dengan perjanjian bersamaku!"

Damian mengerahkan tatapan pada Clark. Jelas pria itu melihat adanya kecemburuan di sana.

"Oho. Aku melihat sesuatu di sini. Apakah mataku tidak salah mengenali jika kau sudah bermain api, Clark?" Senyum Damian sinis.

Bibirnya melengkungkan senyum tipis ketika menyadari jika posisi Megan di rumah ini akan sangat terancam.

"Kau tidak layak berkomentar atas apa yang kulakukan. Lekas lah pergi dari sini atau aku benar-benar akan menyeretmu dari rumahku dan tidak akan mengizinkanmu menginjakkan kaki di tempat ini!"

Kemarahan Clark sudah berada di ubun-ubun.

Kejadian penyelamatan yang dilakukan Damian saat itu masih terekam dalam benaknya dan entah mengapa menghadirkan serpihan kesal luar biasa.

"Gadis ini milikku. Jiwa raganya sudah tergadai denganku sampai batas yang sudah ditentukan!"

Elis hanya menundukkan wajahnya saat kenyataan itu disebutkan Clark dengan begitu lancang dia tahu harga dirinya telah tergadai.

"Ikut denganku sekarang!" Tiba-tiba Clark menyentak lengan Elis dan menariknya dengan gerakan kasar hingga mau tidak mau Elis mengikuti langkah pria itu.

"Dasar wanita murahan!" Suara pekik kemarahan itu disampaikan Megan yang dibakar emosi.

Deru napas Megan memburu. Bisa membayangkan apa yang akan dilakukan suaminya terhadap gadis miskin itu saat ini.

Atau dengan kata lain, Clark akan mencari cari alasan agar bisa menyentuh gadis itu dan membuat hatinya terbakar setiap saat.

Sementara Clark tidak lagi hangat padanya dan pria itu sudah berubah. Ketika dirinya meminta hak biologisnya, Clark selalu menolak dengan alasan lelah.

"Lihat saja. Lihat saja. Aku akan membuatmu terusir dari tempat ini. Lihat saja. Kau tidak akan kubiarkan mengandung anaknya Clark. Tidak akan pernah.”

Sementara Damian yang sudah diusir oleh Clark menatap ke arah Megan.

“Aku melihat awal kehancuranmu di rumah ini, Megan.” Suaranya lirih seolah-olah memang ingin menabur garam di luka Megan.

Megan menolehkan tatapannya, mempertemukan mata merahnya dengan tatapan Damian yang menyeringai mengejek.

“Aku tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi. Clark milikku. Selamanya akan menjadi milikku.”

"Tapi aku mencium aroma kekalahan di sini, Megan dan yah gadis itu masih cantik dan muda. Sebagai seorang pria, pilihanku akan jatuh padanya."

"Tutup mulutmu, Damian! Dasar tidak tahu diri. Pergi dari sini!" Jarinya menunjuk ke wajah Damian.

Keteguhan terlihat pada sepasang mata Megan yang menunjukkan sinyal murka dan seolah-olah di sekitar wanita itu ada kobaran amarah yang hadirnya tidak bisa dihindari.

“Kamu sudah mendapatkan karmamu.” Kali ini suara Damian disampaikan sangat lirih.

“Tutup mulutmu, Damian. Jangan pernah bicara lancang di hadapanku karena kamu tidak diperkenankan bicara seperti itu.”

Menanggapi kalimat yang disampaikan Megan, Damian hanya tersenyum.

Dia berjalan meninggalkan Megan yang beberapa kali menendang-nendangkan kakinya di udara seolah hari ini adalah hari terburuk dalam hidupnya.

**

Sementara itu Clark yang sudah dikuasai emosi mengabaikan suara kesakitan Elis saat cengkeraman pada pergelangan tangan wanita itu demikian kuat.

Bahkan pelayan pribadi yang ditugaskan untuk melayaninya hanya terpaku tanpa bisa membantu.

Pelayan itu tahu, Tuan Muda Hunter tidak bisa dihentikan.

Suara pintu kamar ditutup dengan keras bersama dengan Clark yang menghempaskan tubuh Elis begitu saja di atas tempat tidur dalam posisi terlentang.

"Tuan maafkan saya," lirih Elis. Akan tetapi, Clark yang sudah dikuasai emosi karena Elis merespon Damian kemudian tergesa-gesa melepaskan kancing kemejanya disusul dengan resleting celananya.

“Maaf? Apa maksudmu dengan maaf? Aku tidak akan pernah memaafkan perbuatanmu kali ini. Sudah kukatakan berulang kali padamu untuk tidak merespon laki-laki yang ada di tempat ini.”

Suaranya menggelegar bersama dengan suara napasnya yang menderu.

“Saya tidak melakukan apapun dengan Tuan Damian. Saya tidak melakukannya, Tuan. Anda sudah salah mengira."

“Tutup mulutmu. Aku melihat sendiri kamu bersedia menerima bunga itu dari Damian. Kamu pikir apa yang dilakukan dan dipikirkan seorang pria ketika memberikan bunga terhadap seorang wanita? Terima hukumanmu sekarang.”

"Tidak, Tuan ...."

Elis menggelengkan kepalanya. Namun, Clark justru tidak memperdulikan permohonan Elis.

Tubuh gadis itu gemetar ketika suara ikat pinggang kemudian berbenturan dengan lantai.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
tjun ho
bisulnya c megan blm mateng nunggu meletus ,, pasti seru nih...
goodnovel comment avatar
Pryono Dian
kecanduan tuh Clark alasan cemburu
goodnovel comment avatar
Iffa Syahida
wohoho kk terbaik...️......️......️...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status