Gita melihat abangnya seperti itu jadi kasihan dan tahu rasanya memendam perasaan bersalah dan perasaan cinta yang begitu dalam pada mantannya sekaligus sahabatnya sendiri. Lutfi abang dari Gita tahu setiap hari selalu memandang foto masa lalu bersama sang mantan.
"Bang kenapa sih lu enggak ijinin gue bilang perasaaan lu yang sebanarnya sama Ina, abang tahu sendiri kan kalau Ina juga masih cinta sama lu." ucap gita dengan gemas."Dek, abang itu enggak mau mengulang kesalahan yang sama. Abang pengin lihat Ina bahagia dengan Dito." jawab Lutfi sambil menghela nafas.
Gita rasanya pengin nimpuk abangnya pakai bantal seberat 5kg, kenapa sih enggak sadar-sadar kalau mereka itu saling menyakiti satu sama lain. "Tap-pi bang, Ina baru bisa bahagia kalau sama abangku yang pinter tapi lemot, rese, menyebalkan. Kalian apa enggak sadar udah menyakiti perasaan satu sama lain?" teriak Gita.
"Balikan bang! Balikan aja Ya Allah tapi balikannya abang serius jadiin
Kalian team mana nih guys? Team Dito? Team Lutfi? atau bisa jadi teamnya pak botak eh pak Andra. hehehe 😂 Saran dan komennya ya guys karena komen kalian sangat berarti buat aku 💕. Selamat membaca guys 📘.
Mentari di ufuk timur akan segera muncul, menandakan semua aktifitas pagi akan segera di mulai. Bunda sudah siap-siap buat membangunkan anak kesayangannya, siapa lagi kalau bukan Layinah. Gadis manis nan imut tapi terkadang menyebalkan. Bunda mengetuk kamar putrinya tapi enggak ada tanda-tanda anaknya sudah bangun. Dengan insting seorang ibu, akhirnya Bunda membawa seekor hewan berbulu yang menggemaskan yaitu kucing dan di taruh di depan pintu kamar putrinya. Layinah ini sangat takut dengan kucing karena waktu kecil dia pernah di cakar, sampai sekarang jadi takut kalau ketemu kucing. Bunda mencari seekor kucing di depan teras rumahnya "Pus....pus....pus kamu di mana Cing kemari dong, Bunda punya ikan asin nih." Andra selesai joging di sekitar rumahnya dan melihat Bundanya Layinah langsung menyapa "Tante Ika lagi cari kucing siapa? Setahu saya di rumah kalian enggak melihara kucing." Pikir Andra. "Iya nak Andra kami enggak punya kucing ini loh tante ma
Mentari di ufuk timur akan segera muncul, menandakan semua aktifitas pagi akan segera di mulai. Bunda sudah siap-siap buat membangunkan anak kesayangannya, siapa lagi kalau bukan Layinah. Gadis manis nan imut tapi terkadang menyebalkan. Bunda mengetuk kamar putrinya tapi enggak ada tanda-tanda anaknya sudah bangun. Dengan insting seorang ibu, akhirnya Bunda membawa seekor hewan berbulu yang menggemaskan yaitu kucing dan di taruh di depan pintu kamar putrinya. Layinah ini sangat takut dengan kucing karena waktu kecil dia pernah di cakar, sampai sekarang jadi takut kalau ketemu kucing. Bunda mencari seekor kucing di depan teras rumahnya "Pus....pus....pus kamu di mana Cing kemari dong, Bunda punya ikan asin nih." Andra selesai joging di sekitar rumahnya dan melihat Bundanya Layinah langsung menyapa "Tante Ika lagi cari kucing siapa? Setahu saya di rumah kalian enggak melihara kucing." Pikir Andra. "Iya nak Andra kami enggak punya kucing ini loh tante mau cari k
Sarapan pagi berlangsung dengan lancar tanpa ada yang mengbrol saat makan, tanpa ada bantahan celotehan dari Ina. Biasanya kalau lagi makan seperti ini Ina akan berbicara soal mata kuliah yang susah, dosen yang pelit, teman sekelas yang menyebalkan. Tapi kali ini Ina diam seribu bahasa malu ada Andra ikut sarapan pagi dan duduk di sampingnya. "Alhamdulillah, masakan tante Ika beneran juara deh pokoknya mah top markotop" ucap Andra sambil mengacungkan jempolnya. "Tante seneng loh kalau nak Andra suka sekali sama masakan tante tapi sayang banget anak tante enggak mau belajar masak." jawab Bunda sambil menyindir anaknya. Ina yang melihat hal ini langsung dongkol mendengar jawaban bundanya, "Gimana mau belajar kalau setiap mau bantu selalu dilarang." batin Ina "Sudah...sudah ayo Ina dan nak Andra siap-siap dulu kalian kan harus ke kampus." Ayah menengahi biar tidak terjadi drama pagi ini. Andra bangkit dari kursinya, "terima kasih Tante Ika dan Om
Semua sudah siap tinggal mengeluarkan si Koala motor kesayangan gue habis itu langsung deh ke kampus, sebelum itu gue harus pamitan sama Bunda biar bagiamanapun doa orang tua di atas segelanya, "Bunda kalau gitu Inna pergi kuliah dulu ya, doakan putrimu bisa menyerap ilmu hari ini. Assalamu'alaikum warahmatullah hiwabaraktuh Bunda." ucapku sambil mencium tangan Bunda. "Iya nak, bunda selalu mendoakan yang terbaik buat putri kesayangan bunda ini, Wa'alaikumsalam warahmatullah hiawabarakatuh hati-hati di jalan." *** Keadaan kelas masih terbilang sepi baru ada 5 temen sekalasku yang datang tapi Gita belum ada batang idungnya. "Apa gue coba telfon aja dia posisinya di rumah atau di jalan, kalau di rumah lumayan bisa lihat mantan. Eh...astagfirullah." ucapku sambil senyum sendiri. "Git, lu ada dimana sih? Masih di rumah atau di jalan?" "Ini gue lagi di jalan di antar sama mantan lu. Motor
***** Pov Lutfi Flashback Mobil Lutfi sudah terpakir rapi di halaman minimarket, suasana minimarket mulai tampak ramai dan berhubung ini malam minggu banyak sekali yang keluar masuk minimarketnya. Lutfi langsung memasuki ruangan karena para karyawaannya sedang sibuk melayani pembeli. Lutfi mau menghitung hasil penjualannya kemarin, berhubung dia taruh di brankas Lutfi membuka brankasnya, "Loh bukannya catatan keuangan terakhir hasil penjualan senilai 10 juta tapi ini di brankas kenapa tinggal 3 juta." batin Lutfi. Perasaan gue mulai enggak enak nih kemana perginya uang 7 juta itu. Kemarin enggak ada supplier yang datang. Lutfi mulai mengingat dia enggak mau berburuk sangka dulu, mmencoba mengingat dan memang enggak ada pengeluaran sama sekali. Untuk meredam kepanikannya dia memutuskan untuk pulang dan besok Lutfi bakal cari tahu kebenarannya lewat CCTV.
Pov Gita Sebenarnya hari ini gue males berangkat kuliah, sudah 2 hari ini bang Lutfi setiap pulang dari minimarket terlihat lesu. Sepintar apapun bang Lutfi dalam menyembunyikan sesuatu, gue bisa merasakannya pasti ada masalah di minimarket bang Lutfi. Gue udah sampai di depan kelas sebagian teman sudah mulai memasuki kelas haanya tinggal beberapa teman saja, Layinah yang duduk sepertinya lagi serius membaca novel. "Assalamu'alaikum sahabatku serius amat neng? Novel baru nih." ucap gue sembari menarik kursi yang ada di sebelah Layinah. Layinah yang sedang fokus membaca novel langsung menoleh ke samping, "Eh....wa'alaikumsalam Git, iya nih novel hadiah yang kasih si botak." Gue tahu siapa yang di maksud sama Layinah novel baru itu pemberian dari pak Andra dosen sekaligus tetangga Layinah. Kalau seperti ini terus posisi bang Lutfi semakin susah buat deketein Layinah. "E cie dalam rangka apa nih pak botak kasih lu hadiah Inn?" tanyaku "En
Pov Layinah Hari semakin siang sebentar lagi jam mata kuliah akan berakhir, begitupun dengan perkuliahan yang mulai memasuki waktu liburan semester. Temen-temen termasuk aku sangat menantikan libur semester yang pertama. Ternyata seperti ini ya menjadi anak kuliahan masuk enggak sesuai dengan jadwal kalau dosen berhalangan masuk pasti di ganti hari lain, enggak seperti saat masih SMA jadwal pelajaran selalu tepat waktu sesuai dengan yang di jadwalkan oleh gurunya. Liburan anak kuliah juga menyenangkan di kampusku ini liburan semester kurang lebih 2 bulan beda dengan anak SMA yang mempunyai libur pada saat semester 1 hanya 2 minggu saja. Pantas sekali banyak anak kuliahan yang saat liburan semester di sambil buat kerja, 2 bulan gitu hanya di rumah doang pasti jenuh. Rasanya enggak sabar menunggu libur semesteran. Gita sepertinya masih kepikiran soal masalah abangnya buktinya dari tadi dia hany
Pov Dito "Kalian yakin mau mendengarkan masalah yang sedang Lutfi alami sekarang?"tanyaku dengan serius "Iya bang cepetan bilang dong, lama-lama gue timpuk juga lu bang." jawab Gita sembari gregetan dengan Dito dari tadi mengulur waktu terus. "Eum Inn sebetulnya ini beneran rahasia yang harus gue simpen tapi berhubung Gita memaksa masalah yang sedang di alami abangnya sekarang." Dito menggeser kursinya mendekat ke arah Gita biar enggak ada orang lain yang mendengarnya. Dengan suara yang pelan Dito pun menghembuskan nafas dengan cepat, "Masalah Lutfi adalah dia lagi dilema banget antara mau melanjutkan kuliah s3 atau dia mengejar perempuan yang dia perjuangkan sekarang." "Bohong banget lu bang iya kali masalahnya cuman sepele kayak gitu. Seperti bukan abang gue." jawab Gita menimpali percakapan mereka. "Iya buat lu sepele Git tapi buat abang lu ini masalah